9 | Rasa nyaman ini

37 5 0
                                    

Udara malam berlomba lomba memasuki jendela yang terbuka lebar. Seperti biasa, sang pemilik kamar enggan menutup jendela meskipun tubuhnya sudah menggigil kedinginan. Lee jeno menatap pemandangan kota melalui balkon kamarnya. Ia memejamkan matanya membiarkan angin menerpa wajah tampannya. Raut wajah jeno terlihat datar seperti biasanya, namun tidak dengan hatinya. Ada perasaan senang yang ia rasakan mengingat kejadian sore tadi.

Jeno menatap langit malam dengan tatapan berkaca kaca.

"ibu, kau mendengarkan cerita ku kan? aku telah menemukannya. Iya, aku menemukannya. Entahlah, aku merasa senang saat melihatnya." Ucap jeno sambil mengingat wajah siyeon.

Jeno merasa bingung apa yang harus ia ceritakan lagi pada ibunya. ia terlalu senang hingga perasaan senang nya tak dapat ia ungkapkan dalam bentuk kata kata. Jeno menutup jendela kamarnya dan berjalan menuju tempat tidur. Jeno duduk di pinggir tempat tidur. Ia menatap figur foto diatas mejanya.

"apakah ini saatnya aku kembali menjadi jeno lee yang lama?"

******

TAK!

Suara kaki dihentakkan menjadi gerakan terakhir untuk jeno Latihan hari ini, bersamaan dengan selesai nya alunan musik yang mengiringi tariannya. Rambut nya yang basah kuyub karena keringat yang terus mengalir melewati dahinya. Jeno mengusap keringat nya dengan pakaian yang ia gunakan. Jeno juga berusaha menetralkan nafas nya setelah menari selama 6 jam. Jeno tidak mengenal kata Lelah jika ia melakukan kegiatan yang ia sukai. Apalagi nanti ia akan pergi menemui siyeon, meskipun ia sendiri tidak tahu dimana siyeon berada.

CITT!

Suara derit pintu terbuka terdengar membuat jeno mengalihkan tatapannya. Ia menatap orang yang memasuki ruangan ini dengan tatapan bingung nya.

"YAAKK! TOLONG BANTU AKU!"

Jeno memundurkan kepalanya saat mendengar teriakan orang di hadapannya. Jeno memundurkan beberapa langkahnya dan memberi bahasa tangan menyuruh orang tersebut tidak berjalan mendekatinya.

"telinga ku bisa pindah ke lutut jika kau berteriak sekeras itu."

"hehehe. Ini penting sekali! kau harus membantuku tuan lee!"

"apa? Apa? Cepat katakan nyonya na jaemin."

Jaemin melangkahkan kakinya mendekati jeno, ia mendekatkan wajahnya ke telinga jeno dan mulai membisikkan sesuatu.

TAKH!

"aduh! KENAPA?!" teriak jaemin sambil mengusap belakang kepalanya yang dipukul oleh jeno.

"seberapa penting nya sampai kau harus bisik bisik begitu? Disini hanya ada kau dan aku, lagipula kau bicara saja tidak jelas, aaah...haaah... apa apaan itu?!" keluh jeno.

Jaemin tertawa keras mendengar keluhan jeno.

"aku sengaja hahaha. Jadi, kau ingat laki laki yang waktu itu membantuku menolong mu? Park jisung? Dia bilang orang tua ku akan datang kemari!!!"

"park jisung? Iya aku ingat dia. Lalu kenapa jika orang tua mu datang?"

"kau ini lupa atau bagaimana? Nanti mereka akan tahu jika aku mempunyai motor baru! Nanti motor ku akan diambil dan digadaikan bagaimana??"

Jeno mendengus malas mendengar ucapan jaemin. Sebenarnya jeno berusaha menahan dirinya untuk tidak menertawakan sahabat nya ini. dulu sebelum orang tua jaemin pulang ke negara asalnya, mereka memberikan hadiah kepada jaemin yaitu motor vespa. Bayangkan, motor vespa dengan laki laki seperti na jaemin.

Jaemin tentu saja merasa malu jika memakai motor vespa seperti itu, apalagi warna nya pink, ayolah, itu bukan tipe jaemin sekali. kemudian jaemin diam diam bekerja sambilan, menabung, dan ia menjual motor vespa itu untuk membeli motor yang jauh lebih keren. Sampai sekarang orang tua nya tidak tahu jika jaemin membeli motor itu.

Jika  | Lee jeno [ √ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang