Semenjak kepindahannya ke California, Lisa berusaha sekeras mungkin untuk melupakan Jungkook. Meskipun hasilnya nihil. Jungkook terlalu menjajah hati dan pikirannya.
"Bodohnya aku, mangapa Jungkook dan Jungkook yang selalu memenuhi otakku. Oh Tuhan, tolonglah"
Sejuju Lisa tidak bisa berhenti memikirkan Jungkook, atau bahkan hanya sekedar membicarakan Jungkook. Tapi lagi, rasa benci gadis itu sudah mengakar. Menyeimbangi rasa cinta yang sudah lama tumbuh.
Lisa dibuat terpojok oleh perasaan kalut. Jungkook membuat Lisa kecanduan akan segala hal. Meskipun beberapa kali Lisa mengatakan lelah untuk mengikuti perasaannya, tapi otaknya masih memutar memory suram yang pernah dilaluinya.
Lisa selalu berusaha menyibukkan dirinya dengan berbagai kagiatan. Bahkan untuk beristirahat saja waktunya tidak cukup. Karena mimpi buruk itu selalu mendatanginya. Dan itu tentu saja membunuh Lisa secara perlahan.
"Bisa bisanya orang brengsek sepertimu membuatku kacau Jeon Jungkook. Membuat ku gila akan kepemilikkan dirimu"
Lisa bahkan tidak tahu bagaimana cara membuatnya berhenti. Lisa menyukainya, sensasi luar biasa yang akan membuat hati dan jantungnya berdegup kencang. Tapi Lisa juga membencinya, karena Lisa tak bisa mendapatkannya.
"Entahlah, tapi aku rasa aku masih ingin kembali kepadamu Jungkook. Oh tidak, itu benar. Aku hanya ingin kembali kepadamu"
Baiklah, Lisa kira sudah cukup untuk kembali ke masa lalunya. Dirinya menarik diri dari pelukan tangan kekar. Melihat bagaimana Jungkook memejamkan mata dengan damai. Menikmati keindahan wajah Jungkook yang dahulu dia pikir tak akan pernah bisa dia dapatkan.
Lisa membawa tangannya menyentuh pipi Jungkook. Sangat sehat meskipun wajahnya terlihat sangat lelah. Ya mengingat apa yang baru saja mereka lakukan, menguras tenaga untuk melakukan aktivitas menyenangkan. Jempol Lisa mengusap kecil bibir bawah Jungkook. Warnanya cerah, Lisa bisa menebak bahwa Jungkook sama sekali tak merokok.
Bibir itu, bibir sialan yang bisa membuat benteng pertahanan yang Lisa bangun dengan susah payah kembali hancur. Menerima kembali sang pujaan hati karena inilah saatnya.
"Jika ingin menikmatinya bangunkan aku, aku juga ingin merasakan sentuhanmu"
Lisa terkesiap. Melihat Jungkook yang sedikit mengulas senyum meski matanya masih tertutup tenang. Jungkook merapatkan pelukannya. Malam ini cukup dingin dan dia tak ingin melewatkan moment langka itu. Meskipun sebenarnya di California sedang musim hujan.
"Aku membangunkan mu?"
"Tidak sama sekali"
Lisa berdehem singkat sebagai jawaban.
"Jung, aku ingin bicara"
"Bicaralah"
"Aku pikir kau tak akan pernah mengetahui apapun tentang hal ini", Jungkook mulai mendengarkan serius.
"Semua omong kosong yang pernah ku katakan semenjak kita bertemu lagi. Itu semua hanya bualan semata. Aku masih mencintaimu, Jungkook. Meski rasa pedih itu masih menjalar di dada ku ketika aku melihatmu. Aku kira kau tak akan pernah mengetahui nya. Tapi ternyata kini aku mengatakan dengan jujur"
Jungkook hanya berdiam diri tak mengatakan apapun. Matanya kini terbuka menatap Lisa yang salah tingkah karenanya.
Namun tak sangka, Jungkook menarik tengkuk Lisa. Menegakkan dan melumatnya lebih brutal. Lisa membalas meski di awal sempat tersentak kaget.
Lisa pikir Jungkook adalah obat penenang yang selama ini memang dirinya butuhkan. Pill obat untuk meringankan rasa sakit.
Begitu juga dengan Jungkook. Jungkook sudah terlalu candu akan Lisa. Lisa-nya, Lalisa Kim. Drama yang dilakukannya sudah hilang dan akan menjadi memory yang dikubur dalam dalam dan ditinggalkan bersama masa lalu lainnya. Membuka lembaran baru dan menuntun Lisa berjalan bersamanya untuk pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl With Hate | Lizkook ✔️
Fanfiction❗Mature Rating Semua berubah setelah tragedi. Semua menjadi berbalik. Tangis dan tawa ada di masing masing pihak. Bahagia dan sedih juga ada di masing masing pihak. Tapi tak bisa di pungkiri, kalau sesal masih menyelimuti keduanya. "Aku tak akan pe...