"Kau tahu bukan, selamat tinggal adalah kata yang paling ku benci. Tapi, kini kata itu selalu ku dengar dari mulutmu"
Jungkook tersenyum miris. Kini semua hanya tinggal berandai.
Andai dirinya dulu tidak mementingkan ego.
Andai dirinya dulu memahami perasaan Lisa.
Andai dirinya dulu tidak melakukan hal bodoh.
Andai andai dan andai, karena semuanya telah menjadi penyesalan belaka yang tak berguna.
Siang yang dingin di tengah kota California. Di balkon apartemen milik Jungkook. Jalanan terlihat sedikit padat meskipun udara di luar sangat tajam dan menusuk kulit. Udara dingin begitu terasa membuat orang orang menggertakkan giginya.
Lisa hanya tersenyum kecut mendengar apa yang dikatakan Jungkook. Tapi, bukankah itu memang keinginan Jungkook? Jungkook ingin berjauhan dengan Lisa dan Lisa menyanggupinya.
"Lalisa Kim"
Lisa menoleh dan membalas tatapan Jungkook. Jungkook menyimpan cangkirnya yang berisi teh herbal ke atas meja yang ada.
"May I borrow your hug for a moment please? I'm so tired"
(Bolehkah ku pinjam pelukkan mu sebentar? Aku sangat lelah)
Lisa mengangguk tanpa sadar. Chemystri yang terikat dengan Jungkook begitu kuat sehingga dirinya bisa merasakan bagaimana lelahnya Jungkook.
Lisa tak mengetahui alasan dari rasa lelah itu. Lisa juga tak ingin bertanya dan membiarkan Jungkook memeluknya di bawah langit biru dengan terpaan angin yang cukup kencang. Tapi Lisa memberanikan dirinya untuk membuka suara,
"Can you stop make me feel down apart? I'm so broke, Jung"
(Bisakah kau berhenti membuatku terjatuh? Aku sangat hancur, Jung)
Jungkook merengkuh Lisa. Mendekapnya lebih erat mencoba untuk berbagi tenaga yang dimilikinya.
"Everything will be fine, Lisa. Aku akan berada di sisimu. Aku akan memperbaiki hal yang rusak. Aku akan memperbaharui semuanya. Kumohon kembalilah, I can't life without you"
Suara Jungkook terdengar purau. Rasa sakut menjalar di hati Lisa saat merasakan pundaknya membasah.
Itu air mata Jungkook! Jungkook menangis!
Lisa merasakan dilemanya. Dirinya masih mencintai Jungkook dan dia mengakui itu, tapi rasa sakit yang pernah Jungkook tanam juga begitu dalam.
Mengingat apa yang Jungkook lakukan membuat Lisa kembali merasa insecure. Dirinya merasa menjijikan.
"Jung-"
"Kumohon Lisa, kumohon... Aku akan berlutut jika kau memerlukannya"
Lisa merasakan dekapannya semakin dalam. Jungkook mengeratkan pelukannya. Menghirup dalam dalam aroma Lisa seakan hari ini adalah hari terakhirnya bernapas. Bahunya bergetar dan Lisa bisa merasakannya.
"Lisa, katakanlah kau ingin kembali kepadaku. Katakan bahwa aku adalah hidupmu"
"Tapi, -"
"Aku akan memindahkan semua harta ku atas nama mu, apa pun itu"
"Jung-"
"Aku akan mengumumkan pernikahan kita nanti ke publik dan mengatakan kau adalah satu satunya wanita yang kucintai, dan itu berlaku sampai ku mati"
"Jungkook"
"Ku mohon Lisa, tetaplah bersamaku. Kembali kedalam dekap ku, berdirilah di sisiku. Dampingi hidupku"
"Jung"
"Aku akan lakukan apapun yang kau mau. Aku akan menyesal dalam hidupku, seumur hidupku"
"Tapi Jungkook"
"Tidak Lisa, biarkan aku bicara. Aku akan menunggu mu sampai kau kembali mencintaiku. Sampai kau kembali kepadaku. Aku akan memberimu waktu tapi kumohon jangan tinggalkan aku"
Lisa melepas pelukan Jungkook. Mengangkat tangannya dan mengusap pelan pipi Jungkook. Pahatan yang begitu indah. Tapi jalan hidup mereka tak seindah visual yang Tuhan berikan kepada mereka.
"Lalisa Kim. Aku akan lakukan apa pun, tapi tidak dengan kematian. Karena aku ingin hidup bersamamu. Selamanya. Saling memberi kekuatan satu sama lain, jadi kumohon jangan memintaku untuk mati. Karena aku ingin menjadi milikmu, dan kau menjadi milikku"
***
Bukankah sulit menjadi seorang yang sempurna. Bahkan nyaris mustahil. Begitupun yang Lisa pikirkan. Dirinya sangat jauh dari Jeon Jungkook. Terlampau jauh. Jika Jungkook memiliki otak yang gemerlang tanpa harus belajar, maka dirinya harus belajar mati matian untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Tidak lupa juga menjaga kulit wajahnya agar tidak terlihat kalah dari siapapun.
Apa? Kalah?
Tentu saja, Lalisa memiliki peluang besar untuk kalah. Jika dirinya terlihat seperti belajar mati matian untuk mengalahkan Jungkook maka itu akan menurunkan harga dirinya.
Lisa selalu menangis setiap malam. Di bawah langit malam yang indah. Suasana sepi, lampu yang sengaja dipadamkan dan terbaring di ranjang besarnya. Sendirian.
Bukankah hidup itu tidak adil? Apakah Tuhan menciptakan manusia untuk merasakan keterpurukan? Lalisa merasa dirinya adalah seonggok sampah. Manusia paling hina. Dia jujur mengatakannya.
Meskipun kepalamu di angkat setinggi tingginya, tapi aku yakin kau pasti merasa bahwa dirimu bukanlah apa apa. Tak peduli seberapa bahagianya dirimu pasti kau akan mengingat seberapa tergoresnya dirimu, seberapa hancurnya hatimu.
Cintanya Lalisa lebih dari seulas bahasa! Lisa tidak bisa memungkiri bahwa hidup nya memang untuk mencintai Jungkook. Tapi Lisa tak bisa. Hidup hanya bisa mencintai tanpa memiliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl With Hate | Lizkook ✔️
Fanfiction❗Mature Rating Semua berubah setelah tragedi. Semua menjadi berbalik. Tangis dan tawa ada di masing masing pihak. Bahagia dan sedih juga ada di masing masing pihak. Tapi tak bisa di pungkiri, kalau sesal masih menyelimuti keduanya. "Aku tak akan pe...