Bab 9 - Apa Yang Hendak Dicapai

3 1 0
                                    

Lihatlah." Tunjuk Jun pada Leslie yang seperti meronta-meronta dalam tidurnya, "Sebentar lagi pasti bangun."

Allen merasa iba melihat situasi Leslie saat itu, tapi di saat yang bersamaan juga tidak tahu harus melakukan apa, "Begitu 'ya..." Ia mengangguk, "Kuharap juga begitu."

"Dia tampak sangat kelelahan tadi 'kan?" Tanya Paul, "Kenapa sekarang dia malah meronta-ronta begini?" Ia tampak khawatir.

"Ini seolah-olah kita akan berbuat macam-macam dengannya..." Ellan merangkul Paul, "Dilihat begini pun harusnya kau paham, 'kan?" Ia menghela napas, sembari menunjuk Leslie.

"Paham... paham bagaimana?" Tanya Paul lagi sembari mencoba mencerna perkataan Ellan, "Aku sama sekali tidak paham..."

Ellan mendekatkan wajahnya ke Paul, "Itu adalah... salah satu bentuk penderitaan." Jelasnya.

"Penderitaan.. kau bilang?" Allen menimpali.

"Tentu saja." Ellan berbalik badan, "Memangnya kau pikir apa lagi?" Tanyanya, "Dia... kami, bersama-sama melalui semua ini, tanpa ujung. Tanpa tahu kapan ini semua akan berakhir."

Jun menyela, "Tidak seharusnya kau berbicara tentang itu untuk sekarang." Ia menggeleng-geleng, "Sebentar lagi malam tiba, ada baiknya kita menyiapkan api unggun dan membakar beberapa daging untuk dimakan."

Ellan menunduk, "Kau benar..." Ia menggaruk-garuk lehernya, "Oh iya, Allen. Aku belum cerita tentang mahluk yang tadi kau lihat 'ya, maafkan aku." Ia mulai menuju tempat penyimpanan kayu bakar.

"Nanti akan kuceritakan." Janjinya, "Sekarang kau harus membantuku membuat api unggun ini."

Allen mengangguk, "Baiklah..." Ia bergegas membantu Ellan menyiapkan api unggun.

Beberapa saat kemudian...

"Jadi, bagaimana kau akan menjelaskannya padaku?" Tanya Allen sembari menunggu dagingnya dibakar, "Kau sendiri yang bilang akan menjelaskannya 'kan?"

"Hei, hei..." Ellan duduk di samping Allen, "Aku bilang aku akan menceritakannya, bukan
menjelaskannya." Kilahnya, "Baiklah, akan kumulai."

Allen bersiap untuk menyimak, "Jadi...?"

"Mahluk yang kau lihat tadi siang itu, biasa kami sebut Jumper, seperti yang kau lihat, tingkah mereka buas." Ellan mulai menjelaskan.

"Dan juga, mereka seharusnya bisa melompat dengan tinggi, mereka berorientasi untuk menangkap manusia."

"Menangkap manusia?" Allen tidak paham, "Maksudmu bagaimana?"

Ellan menjawab, "Yaaaa, menangkap." "Setelah itu...?" Tanya Allen lagi, "Setelah ditangkap, lalu apa?"

"Orang-orang yang tertangkap oleh mereka, akan diseret masuk ke wilayah kekuasaan mereka." Timpal Paul, "Di sana, mereka dijadikan sama seperti mahluk-mahluk itu."

Ellan yang tampak kesal karena Paul menimpali, kembali menjelaskan, "Dengan kata lain, mereka
melakukan itu semua untuk memperbanyak jumlah mereka."

"Begitu, ya..." Allen menumpu dagunya, "Untuk memperbanyak jumlah mereka, lalu?"

"Mana kutahu." Balas Ellan, "Hingga kini, kami tidak tahu apa-apa, apa yang harus diraih untuk keluar dari dunia ini..." Tukasnya.

Allen memandangi mereka berdua, "Yah, maksudku... seharusnya ada tugas yang diberikan sebagai syarat untuk keluar dari dunia ini, 'kan?" Tanyanya, "Misalnya, mengumpulkan sesuatu atau mencari-"

"Justru itu. Tidak ada petunjuk tentang hal-hal seperti itu." Tegas Ellan.

"Hari-hari kami di sini, dihabiskan untuk sesuatu yang tak pasti." Ia tampak letih. "Ingin matipun segan, tapi harapan untuk kembali ke dunia lama kita seakan-akan menjauh..."

"Aku kira kau orangnya penyabar..." Allen menggeleng-geleng, "Habisnya, kau tampaknya yang paling bijak sih." Ujarnya, "Atau... manusia memang serapuh itu...?"

Ellan menaikkan kepalanya, "Kau ini bicara apa..?" Ia terkekeh, "Beritahu dia, Paul."

"Apa?"

"Jelaskan padanya, sudah berapa kali aku begini." Tukas Ellan, "Kau tentunya ingat, 'kan?"

Paul mencoba untuk mengingat-ingat, "Entahlah, seingatku kau memang sering begini..." Ujarnya
dengan nada tertawa, "Yah, semua yang sudah dilalui ini benar-benar membuat kita gila 'kan?"

"Kau benar..." Sahut Ellan, "Apa aku... benar-benar gila 'ya?" Ia menatap tanah, mengacak-acak
rambutnya. "Terlalu lama berada di sini... memuakkan sekali...!"

Allen menghela napasnya, "Ya sudahlah, tadinya aku sekalian mau tanya tentang Aven, tapi kalian
seolah tutup mulut." Ia beranjak dari duduknya.

"Kau mau ke mana?" Tanya Paul, "Dagingnya masih belum siap, lho." Ia mengingatkan.

Allen menggeleng, "Aku bukan mau makan." Ia meraih tombaknya yang ia taruh di dekat tungku api, "Aku ingin mengasah ujung tombakku."

BERSAMBUNG...

Journey On Dieverthe (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang