Bab 10 - Janji

5 2 0
                                    

Leslie perlahan beranjak dari tempat tidurnya, ia masih belum sepenuhnya sadar dan mencoba
memaksakan diri untuk bangun, "Aku..."

"Hei, hei!" Jun spontan menghampiri Leslie, menahan badannya yang hampir ambruk ke tanah,
"Seharusnya kamu jangan bangun dulu." Ia membaringkan Leslie lagi di tempat tidurnya.

"Kamu pasti kelelahan 'kan?" Tanyanya. "Biar kuambilkan makanan dulu." Ia berbalik badan hendak mengambil makanan di ruang tengah.

Leslie menahan Jun, mencengkram ujung pakaiannya, "Tunggu... dulu..." Ia tampak susah untuk bernapas.

"Ada apa?" Jun tampak khawatir, "Apa ada yang sakit?"

Leslie mendongak ke sekelilingnya, "Yang lainnya ke mana...?"

"Ah, yang lainnya pergi berburu." Jawab Jun, "Padahal kukira kamu sudah mau sadar kemarin, ternyata malah baru hari ini." Lanjutnya.

"Seharusnya kemarin kita kembali ke pusat, tapi karena kejadian kemarin juga... kita terpaksa harus
menunda dulu."

Leslie mengangguk pelan, "Begitu ya..." Ujarnya, "Maaf..."

"Sudah, jangan dipikirkan." Jun mencoba menenangkan, "Yang terpenting, fokuslah memulihkan tubuhmu dulu."

Leslie mengangguk, "Aku... aku... melihat Aven..." Lanjutnya, sembari mengatur napasnya, "Dia bilang... dia akan menepati janjinya..."

Jun tersentak mendengar perkataan Leslie, "Aven... kamu bilang...?" Ia tampak tidak percaya, "Mana mungkin sih?" Ia menggaruk-garuk kepala.

"Aku... mungkin memang sudah gila..." Leslie menunduk, "Kenapa bisa begini..." Ia kembali merebahkan tubuhnya, "Kalau begini, aku akan mati tanpa tahu kebenarannya."

--

"Jadi begitu, Aven adalah teman dekatnya Leslie..." Allen mengangguk paham, setelah dijelaskan oleh
Paul, "Pantas saja dia selalu bilang Aven." Ia mengingat-ingat, "Malah aku dibilang mirip dengannya."

Paul tergelak, "Anak itu sudah tidak bisa membedakan sesuatu lagi, mungkin." Kekehnya, "Sebenarnya, aku paham kalau mereka berdua saling memendam perasaan."

"Begitu 'kah?"

Paul mengangguk, "Memang begitu, kok." Ia berhenti sejenak, "Sebentar, aku kelelahan mengangkut rusa-rusa ini..." Ia menarik napasnya lalu menghempaskannya.

Kan sudah kubilang biar aku bawa satunya." Ellan langsung merebut satu ekor yang terikat kepalanya, "Ini biar aku saja yang bawa."

"Terserahmu saja, nih." Paul mengiakan, "Tapi, aku tidak menyangka kalau kau juga bermimpi sama
seperti Leslie dan Aven, lho." Pandangannya beralih ke Allen.

Allen menggumam, "Aku sendiri juga tidak menyangka begitu." Ia lalu melihat ke sekelilingnya, "Ngomong-ngomong, mahluk yang kemarin itu..."

"Tenanglah." Ellan mencoba menenangkan, "Sepertinya mereka tidak akan muncul lagi." Imbuhnya.

"Walaupun... aku sendiri tidak ingin berpikir terlalu jauh, tapi..."

Allen merasa aneh dengan sikap Ellan, "Tapi...?"

"Entahlah, yang jelas, malam ini kita pergi berangkat ke Grigio." Tegas Ellan, "Ayo, kita harus bergegas."

"Tunggu dulu, apa maksudmu Grigio...?" Tanya Allen lagi, "Aku benar-benar tidak paham."

Ellan menepuk jidatnya, "Aduh, aku lupa menjelaskannya ya..." Ia menggeleng-geleng sendiri.

"Kemarin aku bilang garis belakang, kau ingat 'kan?"

Allen mengangguk.

"Itulah Grigio." Tambah Ellan lagi, "Sebenarnya dari kemarin kita sudah akan kembali ke sana."

"...Tapi karena kau dan Leslie, jadi tertunda."
Paul menepuk pundak Ellan, "Hei, hei. Dia ini dari kemarin bertanya-tanya terus." Tunjuknya pada Ellan. "Kau ini menjelaskannya dengan benar, tidak sih?"

Ellan menghela napasnya, "Tentu saja aku menjelaskannya dengan benar." Ia menepis tangan Paul. "Sudahlah, kita tidak punya banyak waktu. Ayo."

Beberapa saat kemudian, mereka berjalan sampai tepat di depan aurora pembatas yang kemarin Allen lihat.

"Aurora ini tampaknya tidak bisa ditembus ya?" Cetus Allen.

"Memang tidak bisa." Balas Ellan, "Kemarin kau bisa melewatinya karena berada di sisi abu-abu. Kalau kau memilih ke sisi putih, kau takkan bisa pindah ke sisi seberang sebelum waktu malam di sini tiba."

Allen menelaah sembari mengangguk-angguk, "Sejujurnya, tempat ini agak rumit bagiku untuk
dipahami..."

"Dunia ini dari dulu memang menyebalkan." Sambung Ellan, "Sekalipun kita sudah berpindah duniapun, masih saja menyebalkan. Jadi, biasakanlah dirimu."

"Apaan sih?" Allen tergelak mendengar ucapan Ellan, "Kau benar-benar aneh." Ia menggeleng-geleng.

Tanpa sadar di sebalik aurora, terdapat seseorang yang juga bernasib sama seperti Allen kemarin...

BERSAMBUNG...

Journey On Dieverthe (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang