Allen akhirnya memutuskan untuk bertanya lagi, "Ngomong-ngomong... tempat apa ini?"
"Tempat ini... Dieverthe." Jawab Ellan pelan.
Allen merasa asing dengan nama yang disebutkan, "Dieverthe... Kau bilang...?"
"Semacam tempat jiwa yang hilang, orang bilang begitu." Ellan menjelaskan.
Allen terkekeh, "Orang bilang begitu? Aku belum pernah dengar ada yang bicara tentang begituan." Ujarnya.
"Terserahmu saja, tapi begitulah yang aku tahu." Ellan menggeleng-geleng, "Tempat yang menjadi destinasi para jiwa-jiwa yang terombang-ambing antara hidup dan mati, inilah Dieverthe."
"Memangnya kau dengar dari mana?" Tanya Allen lagi.
"Cerita nenekku." Jawab Ellan, "Kau mungkin akan tertawa lagi, aku pun awalnya begitu, tapi nyatanya sekarang kita berada di sini 'kan?"
Allen mengangguk-angguk, "Iya juga sih..."
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sebuah gudang yang tampak kosong, terlihat gagang pintunya sudah berkarat kecoklatan, bau karatan pun terendus begitu menyengat.
"Aduh... hhhh!" Allen menutupi hidungnya dengan tangannya, "Baunya membuatku mual!"
"Tahanlah sebentar." Ellan menarik tangan Allen lagi, kali ini mereka menuju ke belakang gudang.
"Sebenarnya kita mau ke mana sih...?" Tanya Allen benar-benar kebingungan, tiba-tiba kedua matanya tertuju pada sesuatu di ujung, yang tampak seperti sumur yang ditutupi dengan tutup besi.
'Grrrkkkk!' Tutup sumur tadi tampak seperti bergoyang-goyang, dari bawah muncullah seseorang, hingga menjatuhkan tutupnya ke tanah, "Rupanya sudah sampai, ya, baru mau kususul."
"Kau tidak perlu sampai menjatuhkannya begitu." Ellan menggeleng-geleng. "Ini" DIa merangkul pundak Allen, "Anak baru yang kutemukan di perbatasan."
"Anak baru?" Seseorang yang tampaknya adalah temannya Ellan itu tertegun, "Di siang-siang begini?" Tanyanya tampak tidak percaya.
"Itulah yang kutemukan." Ellan mendorong Allen mendekati sumur, "Masuklah."
"Hah? Masuk ke sini?" Allen tampak menolak.
"Sudahlah, cepat." Temannya Ellan langsung menarik Allen, "Ayo."
"Eeeehhh?!" Eeeh, mau ke mana ini?! Lepaskan aku!" Allen langsung memberontak, tapi tubuhnya terlalu lemah melawan dua orang sendirian.
'Bruukkk!' Allen terbaring di lantai, dijatuhkan begitu saja oleh Ellan, "Adududuuuuhh..." Ia mencoba bangun lagi, "Kalian berdua ini maunya apa?!"
Temannya Ellan hanya menggeleng-geleng, "Banyak tanya." Ujarnya ketus.
Ellan berdiri di hadapan Allen, "Kau tahu, kenapa kau bisa ada di sini?"
Allen termenung sejenak, "Entahlah... aku tidak tahu."
"Tidak tahu 'ya?" Temannya Ellan muncul lagi sembari memegang botol mineral, "Nih." Lemparnya pada Allen.
Allen menangkap botolnya, "Terima kasih..." Ia langsung meminumnya.
"Itu juga yang kami pikirkan sewaktu pertama kali berada di sini, sih." Ellan menghela napasnya, "Punyaku mana?" Tanyanya pada temannya.
"Ambil sendiri."
"Cih."
Allen mengerutkan dahinya, "Maksudnya?"
"Ah iya." Ellan teringat sesuatu, "Aku lupa mengenalkan temanku, Jun." Tunjuknya pada temannya itu.
Jun memperkenalkan diri, "Salam kenal."
Allen mengangguk, "Salam kenal, aku Allen..."
"Allen? Kebalikkan dari namamu 'ya?" Tanyanya pada Ellan.
"Mana kutahu." Ellan mengangkat kedua bahunya. "Kalau begitu, istirahatlah di sini." Ujarnya pada Ellan. "Leslie dan Paul masih belum kembali 'ya?"
Jun menggeleng, "Mungkin sebentar lagi. Memang sih sebentar lagi sudah mau malam, tapi Leslie bilang dia ingin makan daging jadi mungkin masih berburu?"
"Berapa jam lagi menuju malam?" Tanya Ellan lagi.
"Entahlah, di sini tidak ada penanda spesifik mengenai waktu." Jun meneguk kembali minumannya. Yang penting sekarang kita berjaga-jaga dulu di dekat sumur. Ayo."
"Apa ada makanan...?" Tanya Allen tiba-tiba, "Entah kenapa, aku merasa lapar..."
Jun menyodorkan sesuatu, "Ah, ini, makanlah."
"Ini apa?" Alllen memandangi segumpalan sesuatu di piring kayu yang disodorkan Jun.
"Itu daging bakar, yaaa sisa kemarin sih." Jawab Jun, "Nanti malam mau bakar-bakar lagi, untuk sekarang makanlah ini dulu."
"Wah terima kasih!" Allen tampak kegirangan, dan langsung memakan daging bakar yang diberikan Jun, "Agak pahit ya?" Lidahnya terasa pahit.
Jun tergelak, "Ah, itu pasti kau yang masak ya?" Sorot matanya berganti ke arah Ellan.
Ellan menggeleng-geleng, "B-Bukan aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey On Dieverthe (Book 1)
Mystery / Thriller1st of Dieverthe's Trilogy Project Allen terjebak di sebuah dunia yang asing baginya. Di sana, ia bertemu dengan orang-orang yang bernasib sama, menjalani aktivitas tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka. Ia bersama yang lainnya pun mu...