Valery masih tidur di kamar Javier, memeluk sebuah boneka besar yang entah sejak kapan pria itu miliki. Javier sendiri hanya menatap wajah itu dalam diam, sesekali memencet pipi nya yang berona kemerahan.
"Lucu sekali," Gumam nya dengan senyum geli. Adik perempuan nya Vincent ini sangat lucu dan cantik, berbeda dengan kakak nya yang mirip dengan malaikat maut yang setiap hari nya berwajah datar tanpa emosi.
Valery merasa risih dengan sesuatu yang terus menerus menyentuh pipi nya, ia menyingkirkan benda itu dan ketika tidak berhasil ia membuka mata nya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah angkuh dari seseorang yang tidak asing tapi ia tidak tahu namanya.
"Selamat sore Lady kecil." Javier menyapa merasa jika Valery tidak merespon nya ia menyusun bantal lalu mendudukan gadis kecil itu.
Otak Valery masih loading, sekitar nya benar-benar sangat asing hingga ia hanya terdiam. Bingung. Ia tadi memang ketiduran dan berpikir tidak masalah karena orang ini adalah teman kakak nya, tapi sepertinya ia salah menduga.
"Dimana?"
"Apa? Oh maksudnya tempat ini?" Javier beranjak dari tempat duduk nya mencari sesuatu dan kembali lagi. Di tangan nya ada sebuah sisir yang laki-laki itu gunakan untuk merapihkan rambut Valery yang berantakan. "Kita ada di Istana."
"Oh ... Eh!" Valery hampir mematahkan leher nya ketika menoleh dengan cepat kearah Javier. "Kau Pangeran?!"
Bertepatan dengan itu pintu terbuka, seorang laki-laki tampan berambut merah datang dengan nampan berisi susu dan kue.
Melihat keterkejutan Valery Javier malah tertawa, ia menunjuk Edmund yang bingung. "Bukan aku, tapi dia ... Dialah Pangeran Osmon."
Valery tidak menyangka jika akan secepat ini bertemu dengan salah satu MC diumurnya yang masih belia. Ia mencoba mengingat-ingat alur pertemuan yang seharusnya berbeda dengan ini, lalu siapa nama Pangeran osmon sebenarnya? Seperti nya Q hanya menyebutkan nya sebagai Pangeran Wells.
Sebelumnya ia juga tidak terlalu memperhatikan gambaran fisik dari Pangeran Osmon, karena ia hanya menyaring typo untuk tahap awal dan belum benar-benar merapihkan alur. Jadi ia tidak tahu seperti apa gambaran jelas jelas dari salah satu MC, yang pasti katanya Pangeran adalah orang yang sangat tampan.
Edmund hanya tersenyum ramah, dan berkata dengan lembut. "Hallo Lady kecil, Nama saya Edmund."
"Edmund." Gumam Valery ia menghapalkan nama itu berulang-ulang di otak nya, agar suatu saat ia menghindar dari orang ini. Senyuman itu entah mengapa Valery sangat kesal, bibit kebencian tumbuh dengan subur.
Javier merasa terhibur melihat Valery yang tidak menanggapi sapaan Edmund yang biasanya berhasil meluluhkan hati gadis-gadis. Sikap nya jadi sangat mirip dengan kakak nya Vincent saat tidak menyukai seseorang. Diam dan cenderung mengabaikan.
Edmund sendiri merasakan aura kebencian yang terarah kepadanya, tapi rasanya mustahil mahluk lembut yang hampir tenggelam diantara selimut dan bantal itulah yang membencinya. Lebih masuk akal jika sepupu gila nya itu yang melakukan nya.
Valery membuang muka. "Apa orangtuaku tahu jika aku disini?" Tanya nya pada Javier dibalas dengan gelengan mantap dari laki-laki itu. "Kau sengaja menculik ku?" Dijawab lagi dengan anggukan.
"Kakakku akan segera membunuhmu." Ujar Valery ia tidak tahu dengan pasti tetapi kakak nya itu sedikit possessive pada apapun yang menyangkut Valery. Mungkin karena ia pernah hampir mati sebelum nya jadi Vincent benar-benar berusaha untuk menjaga nya.
"Itu sudah pasti."
"Lalu kau tidak merasa khawatir?" Valery agak bingung saat Javier memberikan nya segelas susu dan menyuapi nya cookies. Ia hanya membuka mulut nya dan mengunyah dengan patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby Of The Sorrow
Romance(Hiatus) "Sepertinya saya harus mengatakan nya sekarang jika Lady Rothesay akan bertunangan dengan saya setelah debutante nya di masa depan." Pengumuman tidak langsung itu mengegerkan seisi ballroom, para tuan bangsawan yang sebelum nya mendekati Du...