Kali ini Valery dilarang untuk memasuki ruang belajar Vincent ataupun ruang kerja ayah dikarenakan ia menunjukkan minat yang ekstrem pada belajar, sehingga dua orang itu menyuruh nya untuk fokus bermain ataupun berbelanja.
"Kenapa aku tidak boleh ikut belajar dengan kakak? Ayah juga melarang aku untuk datang ... Sebenarnya kenapa?" Valery memprotes orang-orang yang melarang nya untuk datang. Ia menatap Ayah nya tajam.
"Valery diumurmu yang sekarang seharusnya kau lebih banyak bermain dibandingkan terjebak dengan kertas membosankan itu, Ayah tidak sanggup melihatmu memiliki uban seperti orangtua karena terjebak dilingkungan orang dewasa terlalu dini."
"Tapi rambutku memang sudah putih tanpa harus menjadi tua." Valery menunjuk rambut perak nya dengan kesal. Kilatan keras kepala itu tentu saja adalah keturunan kepala keluarga Rothesay dan baru kali ini dia menyesalinya karena menurunkan sifat itu pada Putri nya yang manis.
Vincent membungkuk dan mengelus kepala nya berkata dengan perhatian.
"Valery kakak menyadari bahwa kau tidak pernah mengundang teman-temanmu untuk minum teh, haruskah kakak memberikan undangan kepada mereka."Oh Valery benci sekali dengan kebisingan apa lagi harus terjebak di sekumpulan nona muda yang doyan bergosip. Dengan begitu Valery memilih mundur dari perang dan berkat dengan manis, "Tidak perlu, Aku akan pergi jalan-jalan dengan Ibu. Sampai jumpa."
Dengan begitu Valery kini selalu menjadi buntut dari Duchess, yang berperan sebagai versi mini yang selalu mengikuti nya. Kini mereka pergi ke ibukota untuk membeli gaun baru untuk musim panas.
Valery tidak banyak bicara dan hampir sebagian wajah nya tertutup oleh topi. Ia bersemangat pada awal nya ketika berbelanja tapi ketika hal ini sudah menjadi rutinitas, Valery menemukan bahwa dirinya mulai bosan.
Melihat nya yang sudah letih Ibu meninggalkan Valery sebentar di toko kue, membiarkan nya makan pie cokelat sambil menunggu Ibunya berbincang dengan seorang bangsawan.
Tapi yang jadi masalah adalah keberadaan anak laki-laki seumuran nya yang juga tampak nya sama sekali tidak berminat untuk bicara. Mereka makan dalam keheningan yang damai...
Nama nya adalah Alex, Putra tunggal dari Marques Houston. Dia tampan dengan ciri khusus yaitu memiliki mata dengan warna yang berbeda-beda. Heterochromia.
'Hijau dan biru.' pikir Valery ketika mencuri lihat ia terhipnotis dengan kecantikan yang dilihatnya. Valery selalu lemah dengan semua hal cantik. Tertangkap basah tengah menatap Valery membuang pandangan nya kembali ke arah kue nya.
"Apa yang kau lihat?"
"Uh, maafkan aku." Valery menuduk karena tatapan menusuk itu, dia seperti pencuri yang ketahuan.
"Kenapa minta maaf? Kau berpikir jika aku aneh?" Suara itu terdengar seperti tengah mengejek nya membuat Valery mendongak. "Aneh?"
"Kedua mataku ini, kau berpikir jika aku aneh kan?" Tuan muda Alex ini memang tampan tapi kenapa nada bicara nya sangat ketus seperti ini?
Valery menggeleng cepat. "Aku tidak berpikir seperti itu, aku suka dengan matamu ... Itu terlihat sangat cantik." Ia berkata-kata dengan sungguh-sungguh, dibandingkan dengan kedua mata nya yang berwarna merah dan sensitif Valery lebih menyukai milik Alex.
Tuan muda Houston itu dapat melihat pantulan dirinya dalam batu permata merah milik Valery yang berbinar. "Kedua matamu itu spesial, jarang ada orang lain yang memiliki nya. Jadi menurutku itu cantik dan spesial." Valery memakan kembali pie coklat nya dan kini tidak ragu-ragu lagi menatap tuan muda Houston.
Selain keras kepala tampak nya Valery juga menuruni sikap terus terang dan tidak peka dari ayah nya. Sehingga ia sama sekali tidak menyadari telah membuat anak laki-laki keluarga lain memerah karena sikap nya.
"Ya ampun wajahmu merah, manis sekali. Tunggu, apa kau kepanasan? Aku juga selalu seperti itu jika berada dibawah matahari terlalu lama." Valery turun dari kursi nya dan meletakan telapak tangan dingin nya di kening hangat milik Alex. "Tidak apa-apa," Alex berusaha menghindar dengan gugup ketika Valery tersenyum dengan manis.
"Duchess, Lady sangat manis ya. Putra saya itu sangat pendiam saya jadi terkejut melihat nya dapat bersikap gugup seperti itu." Istri Marquis Houston tertawa senang melihat pemandangan itu. "Oh apakah Lady kecil telah berpasangan? Sangat baik melihat keakraban mereka sekarang."
Duchess hanya tertawa kering, ia bisa membayangkan seheboh apa suami dan putra nya jika mendengar ini.
"Valery belum memiliki nya masih ada banyak waktu."Setelah itu mereka harus kembali ke mension, Valery melambaikan tangan nya pada Alex yang hanya tersenyum tipis pada nya. Dia suka anak-anak seperti Alex yang tidak banyak bicara. Terkadang jika berada dilingkungan yang ramai maka Valery akan menjadi pendiam, hal itu berbalik jika ia dihadapkan oleh orang yang tenang.
"Ini pertama kali nya ibu melihat kau berbicara dengan anak seumuran, apa kau suka dengan tuan muda Houston nak?"
"Oh Alex? Ya aku suka kedua matanya cantik. Sikap nya lembut walaupun awal nya agak ketus." Semua orang yang merasa jika dirinya memiliki kekurangan akan bersikap defensif pada awal nya, dan Valery memaklumi nya. Padahal apa yang dimiliki oleh Alex adalah hal yang spesial.
Kereta mereka tiba-tiba bergerak dengan cepat, Ibu berubah khawatir ketika ia membuka jendela ternyata kereta mereka telah dibajak oleh bandit. Tak lama bandit itu melompat dari kereta setelah menusuk kuda dengan pisau, membuat hewan itu berlari tak terkendali.
Ibu memeluk Valery erat-erat dalam pelukan nya saat kereta berguncang dengan liar. Tak lama rasa sakit yang mematikan itu muncul setelah kereta mereka jatuh kedalam jurang.
Valery mendengar suara tangisan samar-samar dalam mimpi nya, ada cahaya putih yang bersinar dari dada nya. Ibu nya tersenyum lembut mengecup kening nya, "Ibu akan selalu bersamamu sayang. Maaf karena tidak bisa menemanimu lebih lama."
Valery mengulurkan tangan nya, kedua mata nya berkaca-kaca melihat darah yang berasal dari kepala Ibu nya. Tubuh itu tertimpah oleh badan kereta dan masih kokoh untuk melindungi nya.
"Huh, Ibu ..."
"Maaf sayang, tumbuhlah menjadi gadis yang bahagia dan dicintai. Ibu menyayangimu nak." Setelah mengatakan itu Ibu jatuh walaupun tidak menimpa tubuh Valery, masih melindungi nya.
"Ibu bangun, ayah akan segera datang huhu." Valery menangis menggoyangkan tangan Ibu nya yang mengelilingi tubuh nya. Berusaha membangunkan nya. "Aku mohon bangun Ibu, kumohon."
Valery terisak-isak, seluruh tubuh sakit ... Sakit sekali tapi hati nya jauh lebih sakit. Ia kehilangan Ibunya, orang yang sangat mencintainya dikehidupan ini.
Ada suara langkah kaki lain yang datang, Valery sudah sangat berharap jika itu adalah orang-orang Ayah nya. Tapi ketika melihat senyuman picik di wajah-wajah itu ia terpaku.
"Duchess sudah mati, tapi Lady kecil masih hidup." Pria itu mengangkat tubuh Valery yang penuh bercak darah, Valery melihat tempat dimana mereka jatuh bagaimana bisa orang-orang ini membuat mereka jatuh dari ketinggian seperti itu.
Valery berusaha memberontak ketika tubuh nya dibawa pergi menjauh dari Ibunya yang tergeletak disana. "Tidak, lepaskan aku! Ibu! Akh!!!!"
"Anak sialan, Ibumu itu sudah mati biarkan saja mayat nya disini. Sebentar lagi serigala hutan akan turun dan memakan jasad nya."
"Kau iblis! Kau lebih jahat dari iblis!" Valery diseret untuk pergi, tubuh nya dilempar kedalam kereta barang. Valery melihat ibunya dari sela pintu yang digembok dan terus menjerit. Bayangan tentang apa yang dikatakan penjahat itu membuat nya gila, ia tidak membiarkan Ibunya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby Of The Sorrow
Romance(Hiatus) "Sepertinya saya harus mengatakan nya sekarang jika Lady Rothesay akan bertunangan dengan saya setelah debutante nya di masa depan." Pengumuman tidak langsung itu mengegerkan seisi ballroom, para tuan bangsawan yang sebelum nya mendekati Du...