Ia tidak tahu sekarang jam berapa, rasanya sudah berjam-jam berlalu semenjak ia pingsan. Kedua tangan nya sudah lecet dan berdarah-darah karena berusaha membuka pintu. Kaki nya patah dan luka-luka lainnya mulai mengering.
Kedua mata nya perih dan kepala nya sakit, Valery nyaris tidak bisa membuka mata lagi saat pintu terbuka. Suara-suara diluar sana sangat ribut, "Apa dia mati?"
"Coba periksa saja." Orang itu melihat Valery masih bernapas. "Dia masih hidup tapi sepertinya sekarat."
Tubuh nya dibawa kesuatu tempat yang gelap dan lembab seperti penjara. Valery diletakkan dilantai dingin itu seperti seonggok daging.
"Kau tidak akan merantai nya?"
"Kaki nya patah dan tubuh nya banyak luka, mustahil dia bisa kabur."
Memejamkan kedua mata nya, Valery berpikir kematian sebelumnya tidak sesakit ini mungkin jantung nya terasa seperti akan pecah. Namun, saat ini selain jantung, seluruh tubuh dan hati nya terasa sakit luar biasa. Rasanya tidak apa-apa jika dia mati sekarang, ia sudah kehilangan ibunya tepat dikedua mata nya.
Ketika Valery membuka mata nya lagi ternyata seseorang tengah merawat nya. Gadis itu terlihat panik melihat nya tiba-tiba bangun saat tengah membersihkan luka. "Apa itu terasa sakit? Aku minta maaf."
Valery melihat gaun yang penuh darah kering itu telah berganti dengan gaun lusuh. Bekas darah telah menghilang dan hanya menyisakan banyak luka dan memar di sekujur tubuh nya.
Gadis itu tengah membebat kaki Valery yang mulai bengkak dengan warna ungu.
Valery mengabaikan nya dan hanya menatap lantai kotor itu dengan kosong, jiwa nya terasa hampa."Aku Margaretha, Putri Earl Shopia ... Aku juga diculik disini sebulan yang lalu." Gadis itu memperkenalkan dirinya, dan Valery masih tidak menyahut ia sudah tidak peduli lagi ada dimana atau dengan siapa. "Kau sudah pingsan selama lima jam karena demam. Aku sangat khawatir."
"Kita ada disebuah penjara yang tersembunyi di sebuah desa yang jauh dari ibukota."
Valery mendengar suara keras dari seseorang yang membuka pintu besi, orang itu berbicara dengan keras lalu membanting sesuatu ke lantai. Makanan.
Makanan tidak layak, yang pelayan saja mungkin menolak untuk memakan nya. Margareth mengambil sebuah roti, satu-satunya makanan yang terlihat lebih baik diantara yang lain serta air yang ditadahnya dari hujan..
"Kau harus makan sedikit, tubuhmu benar-benar lemah sekarang."
Valery memalingkan wajah nya dan kembali memejamkan mata meskipun Margaretha berusaha untuk membuat minum meski sedikit.
***
Duke Of Rothesay terlihat mengamuk di istana Kaisar, dia kehilangan istrinya dan juga anak nya tetapi pihak kakaisaran masih berusaha untuk menahan nya.
Semua orang tahu jika harta paling berharga untuk Duke Lewis adalah istri dan juga anak-anak. Kabar tentang kematian istrinya saja telah membuat setengah dari kota ini menuju kehancuran karena amarah nya, dan kini sudah hampir 2 hari putri nya masih belum ditemukan.
Dia sudah cukup merasa gila melihat jasad istrinya dibawah puing-puing kereta. Ia sudah gagal menjadi suami dan ia tidak mau gagal lagi menjadi seorang Ayah ketika mengetahui jika Putri nya kini mungkin sedang diculik.
"Kau harus tenang Lewis, aku sudah mengerahkan banyak tentara kekaisaran untuk mencari keberadaan Lady." Kaisar saat ini berkata dengan tentang meskipun ia sudah khawatir bahwa Duke rothesay akan segera meratakan kekaisaran untuk menemukan putri nya.
Duke tertawa terbahak-bahak, dia mencengkram kerah Kaisar kencang.
"Kau bilang aku harus tenang? Aku baru saja memakamkan istriku sendiri, dan sekarang aku kehilangan anak perempuanku tanpa tahu kabar nya. Dan kau memintaku untuk tenang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby Of The Sorrow
Romance(Hiatus) "Sepertinya saya harus mengatakan nya sekarang jika Lady Rothesay akan bertunangan dengan saya setelah debutante nya di masa depan." Pengumuman tidak langsung itu mengegerkan seisi ballroom, para tuan bangsawan yang sebelum nya mendekati Du...