Hukuman untuk Earl gray telah diumumkan, dia akan dipenggal di depan khalayak ramai dan kepalanya akan digantung di depan gerbang.
Valery sudah lebih dulu menghampiri nya semalam memberikan beberapa macam pertanyaan, tetapi orang ini sudah berubah menjadi gila seolah-olah isi kepalanya telah diacak-acak.
Sedangkan istri Earl Gray dan anak-anak nya telah dibunuhnya sendiri saat ditemukan dalam persembunyian.
Pada akhirnya Valery tidak mendapatkan petunjuk apapun tentang para pengikut iblis. Valery menonton bagaimana iring-iringan yang membawa Earl Gray dilempari batu dan sampah. Dendam masyarakat sudah terlalu menumpuk, penderitaan mereka jelas tidak sebanding dengan hukuman mati tersebut.
Kepala Earl Gray diletakan ditengah pasak sampai akhirnya pisau besar itu memisahkan kepala dari leher nya.
Kembali setelah menyaksikan proses hukuman mati itu, Valery menyadari bahwa kondisi desa sudah jauh lebih baik. Orang-orang sudah mulai membuka usaha mereka masing-masing dan membuka lahan pertanian. Desa yang mati itu kini kembali seperti desa lainnya.
Seekor burung besar tiba-tiba hinggap di pundak Valery. Ini familiar milik siapa?
'Nak kau harus berhati-hati seseorang mengikutimu dari belakang.'
"Dewa Fanes?"
'Ayah!' Familiar ini protes besar sambil mengepakkan sayapnya.
"Iya Ayah, jadi siapa yang mengikutiku."
'lima orang semuanya pengguna energi iblis.'
Valery terus berjalan maju membelah kerumunan orang, kini tidak ada kesatria yang menjaga nya dan orang-orang memanfaatkan kesempatan ini untuk menculik nya.
Jauh di dalam hati sebenarnya Valery merasa gelisah, tetapi ia tidak menunjukkan nya dan mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Ayah Fanes. Tetap ditengah jalan orang-orang tersebut telah mencegat jalan nya.
Semuanya tertutup oleh jubah dan masker sehingga Valery tidak melihat wajah mereka. Valery berdiri diam ia menanti siapa yang pertama akan menyerang nya.
"Edric temukan aku di sekitar tempat eksekusi." Valery mencoba mengirimkan telepati tetapi tidak ada sahutan apapun dari Edric.
Mereka semua bersenjata sedangkan Valery memegang pedang pun tidak pernah. Hanya ada satu cara, yaitu memakai kekuatan ilahi nya sampai batas.
****
"Javier dimana Valery?" Tanya Vincent yang tidak melihat keberadaan sang adik sejak pagi.
Javier yang tengah duduk dengan bosan sambil memangku Nixie mengerutkan kening nya. "Bukankah dia pergi bersamamu untuk melihat eksekusi dibalai desa? Dia tidak ingin bicara denganku."
"Aku memang pergi ke balai desa tapi aku tidak melihat Valery disana."
"Apa ada kstaria yang mengikuti nya?"
"Rasanya tidak, kita buru-buru pergi kemari dan Valery sering menggunakan teleportasi."
Pintu terbanting terbuka, Edric yang pada dasarnya memiliki kepribadian yang tenang terlihat agak berantakan sekarang. "SIAPA YANG MELIHAT VALERY?!"
Suasana diruangan itu berubah, Javier menegakan tubuhnya. Rasa sakit menjalar di tubuhnya, ini bukan miliknya tapi rasa sakit Valery yang terhubung dengan nya.
Mereka mendengar ledakan keras dan gelombang mana terasa menyapu mereka. Ketiga orang itu langsung keluar mencari tempat dimana terjadi nya suara itu.
Ketika menemukan nya yang mereka lihat hanyalah bangunan setengah hancur dan bercak darah dimana-mana.
Ada sisa-sisa energi iblis disana dan kekuatan ilahi Valery masih sangat terasa. Semua orang terpaku pada pemandangan yang mereka lihat, kaki mereka terasa dingin seketika.Ada dua mayat yang tergeletak diatas tanah dalam kondisi terbakar, dari gang lain Valery muncul sambil menyeret sebuah mayat yang kaki yang setengah tubuh nya hancur. Tubuhnya bermandikan darah, gaun nya telah berubah warna menjadi kemerahan.
Ada luka dimana-mana tetapi yang berbeda dari Valery adalah aura nya, serta tatapan mata nya yang berbeda. Nixie yang tadi nya ingin melayang kearah Valery malah menyembunyikan diri dipelukan Javier. Ketakutan.
Netra nya yang semula berwarna merah kini menjadi emas. "Oh bukankah kau kakak dari tubuh ini? Seharusnya kau bisa menjaganya dengan baik, aku memang ingin jiwa nya kembali ke surga bersamaku tapi tidak dengan cara ini." Itu suara Valery tapi nada bicaranya seolah-olah dia adalah orang lain.
Valery tersenyum manis, "Kau mengambil alih tubuh Valery siapa kau sebenarnya?"
"Hah~ ini sebabnya aku benci anak laki-laki semuanya melupakan orang yang memberkati kelahiranmu." Valery melepaskan orang yang tadi diseret-seret oleh nya dan menghampiri Javier.
"Apa yang sudah kau lakukan? Mengapa Valery tiba-tiba menjadi seperti ini?!" Javier menyerahkan Nixie pada Vincent sebelum dia mengguncang bahu Valery.
"Aku? tentu saja menyelamatkan anakku disaat yang tepat. Dia hampir mati karena orang-orang ini."
"Anakmu?" Ulang Vincent dengan tatapan aneh.
"Ya secara rohani Valery adalah anakku, akulah yang menciptakan jiwa nya." Valery menepis tangan Javier dari tubuh nya begitu saja. "Oh kau anak yang terpilih buat orang ini bertahan hidup, dia akan berguna nanti. Aku tadi kesulitan untuk menahan-nahan kekuatanku karena dia mencekik tubuh anak kesayanganku." Dia menunjuk pria yang tergeletak di tanah dimana dari pinggul kebawah telah hancur.
Edric mengenali kekuatan ilahi ini yang sebelumnya terasa di anting-anting milik Valery. Saat ini yang tengah merasuki tubuh gadis itu ada Dewa Fanes.
"Seorang atheis yang merupakan keturunan dewa tetapi mencintai anak Dewa. Rumit sekali hidupmu. Andaikan aku tidak tahu apa yang ada dihatinya sudah kusuruh jauh-jauh kau dari anakku dasar serigala berbulu domba." Saat ini Dewa Fanes dalam raga Valery dengan senang hati mencaci maki Javier. Di alam Dewa dia gereget sekali melihat pria ini memeluk dan menggoda putri nya yang lugu tetapi tidak melakukan apa-apa.
Vincent diam-diam setuju, jadi dia ikut menatap tajam Javier walaupun masih belum mengetahui siapa sosok yang merasuki Valery.
"Lantas dimana sekarang Valery berada?" Tanya Javier berusaha sabar walaupun keinginan untuk mencekik Dewa pelindung kekaisaran begitu besar tapi saat ini Dewa sialan itu tengah berada ditubuh Valery nya.
"Dia tidur di dalam sana. Kau tenang saja aku tidak mungkin membiarkan nya melihat adegan brutal ini."
Mereka sudah kembali ke kediaman Earl yang disita, Dewa Fanes menggunakan kekuatan nya untuk membersihkan diri dari darah sehingga keadaan tubuh Valery kembali seperti semula. Selain jejak luka dan memar disekitar leher nya karena itu dia terus mengeluh.
Javier duduk di ruang tamu tatapan mata nya tajam menusuk. "Jadi kapan kau akan keluar dari tubuh nya?"
"Memang nya kenapa? Kau tidak suka?"
Tantang Dewa Fanes."Keluarlah sebelum aku menghancurkan perantara yang menghubungkan kalian." Yang dimaksud oleh Javier adalah anting-anting tersebut, benda itulah yang Dewa fanes gunakan agar bisa mengambil alih tubuh Valery.
Dewa Fanes berpangku tangan, ia tertawa kecil. "Saat kau merasa cemburu padaku, apakah tidak terpikirkan bahwa mungkin saja saat ini yang kau lihat adalah mayat nya? Sekuat apapun kekuatan ilahi anak itu tidak mungkin bisa menyeimbangi 5 orang dengan energi iblis."
"Fisik yang cantik ini bisa jadi hanya gumpalan daging jika aku tidak menyelamatkan nya. Tidak akan menyenangkan melihat kedua kalinya kematian orang kau cintai dalam cara seteragis itu."
Apa yang dikatakan Dewa Fanes adalah kenyataan, Valery bisa saja mati hari ini atau mungkin akan ada hari-hari berikutnya yang akan mengancam nyawa nya.
"Apa yang harus kulakukan agar dapat melindunginya?"
"Ikat saja."
"Apa?"
"Maksudku ikat anak ini dengan pernikahan, sesungguhnya aku tidak rela membiarkan nya bersamamu tetapi mana nya hanya cocok bersamamu." Dewa Fanes jelas terpaksa saat mengatakan nya, mau bagaimana lagi takdir dua anak ini memang bersama. Dia harus protes pada Aphrodite nanti dia hanya bilang jodohkan Putrinya pada orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan agar bisa melindunginya, siapa sangka malah keturunan nya satu ini yang berjodoh dengan putri nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby Of The Sorrow
Romance(Hiatus) "Sepertinya saya harus mengatakan nya sekarang jika Lady Rothesay akan bertunangan dengan saya setelah debutante nya di masa depan." Pengumuman tidak langsung itu mengegerkan seisi ballroom, para tuan bangsawan yang sebelum nya mendekati Du...