33

655 21 10
                                    

Indri mengalami pendarahan hebat, suasana dalam ruang bersalin mendadak panik, semuanya berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik.

"Mohon maaf, Bu, sebaiknya anda menunggu di luar," ucap salah seorang perawat pada Nia.

"Tidak, saya ingin terus berada di sini! Saya ingin menemani putri saya!" tolak Nia keras.

Melihat hal itu, Sita pun langsung menghampiri Nia. "Bu Nia, tolong percayakan Indri pada saya. Saya berjanji akan melakukan yang terbaik untuk Indri," ucap Sita meyakinkan. "Suster, tolong segera antar Bu Nia ke luar," pintanya kemudian.

__
____

Semuanya langsung berdiri kala melihat pintu ruangan terbuka, menatap penasaran pada orang yang baru saja keluar.

"Apa yang terjadi, Bunda? Kenapa Bunda nangis? Apa Indri sudah selesai melahirkan? Apakah mereka berdua selamat?" tanya Rizki penasaran.

Nia tak menjawab, wanita paruh baya hanya terus menangis.

"Ada apa Bunda? Apakah terjadi sesuatu?" kini giliran Ken yang bertanya, lelaki itu berjalan mendekat ke arah sang Bunda.

Nia langsung memeluk tubuh putra pertamanya itu dengan erat, "Indri mengalami pendarahan, dia sedang tidak sadarkan diri sekarang," ungkap Nia memberi tahu.

Hal itu membuat semuanya terkejut bukan main, termasuk juga Rizki. Lelaki itu hampir saja ambruk jika saja Yadi sang Papa tidak segera menahannya.

"Kamu harus sabar, Nak, kita pasrahkan semuanya pada Tuhan. Indri pasti baik-baik saja," ucap Yadi berusaha menenangkan putranya.

Beberapa waktu berlalu, semuanya menanti dengan cemas. Hingga kemudian pintu ruang persalinan kembali terbuka, menampilkan sosok Sita yang baru saja keluar dari dalam.

"Ma, bagaimana keadaan Indri sekarang?" tanya Rizki kemudian. "Indri baik-baik saja kan?" Kekhawatiran terpampang jelas di wajahnya.

Sita memaksakan untuk mengulas senyum tipis di bibirnya, "Alhamdulillah, Indri sudah melewati masa kritis, pendarahannya masih bisa dihentikan. Meski begitu Indri mungkin harus di rawat beberapa hari di sini karena kondisinya yang masih sangat lemah," perkataan Sita sejenak membuat semuanya lega, mengucapkan hamdalah sebagai bentuk rasa syukur.

"Tetapi...," sambungnya lagi tergantung. Mendadak wajah Sita berubah sendu.

"Tapi apa, Ma?" tanya Rizki cemas. Yang lainnya ikut menantikan lanjutan dari kalimat yang Sita ucapkan.

"Indri memang sudah baik-baik saja sekarang. Namun, bayinya memiliki sedikit masalah dan akan segera dibawa ke ruang NICU untuk ditangani lebih lanjut," sambung Sita memberi tahu.

__
____

Indri mengerjap pelan, mencoba untuk menyesuaikan cahaya yang masuk melalui retina matanya. Tubuhnya terasa sangat lemas, hal itu membuat dirinya tidak bisa bergerak bebas.

"Kamu sudah sadar, Ndri," ucap Rizki kemudian.

Indri mengangguk pelan, "Bunda ke mana?" tanya Indri lirih.

"Bunda kamu pulang dulu sebentar, mungkin sebentar lagi juga balik lagi ke sini," jawab Rizki meberi tahu.

"O, iya, anak kita gimana? Dia selamat 'kan?" tanya Indri lagi.

Rizki terdiam, wajahnya berpaling ke arah lain. "Kenapa diem aja, Ki? Dia baik-baik saja, 'kan? Aku bahkan sempat mendengar suaranya sekilas sesaat sebelum pingsan," ucap Indri meminta penjelasan.

"Anak kita memiliki sedikit masalah dan sekarang sedang di rawat di ruang NICU," jawab Rizki pelan, suaranya terdengar lemah.

"A-apa? Masalah?" ulang Indri seolah tak percaya.

Pregnant: Between Responsibility And Dream(Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang