Bonus || The Day I Become Yours

66 9 0
                                    



Di bawah hujan yang turun dengan lebatnya, kami membiarkan ia membasahkan jasad kami berdua. Entah, tetapi saat ini aku begitu inginkan jawapan dari maksud bicaranya.

Apakah dia serius atau mungkin hanya bermain untuk kenakan Malik ?

Tapi

Mengapa hati kecilku bagai terasa kecewa untuk mendengar jikalau jawapannya adalah yang kedua dan bukan pertama.

" Maksud kamu tadi ? Ian - kamu suka aku ?"

Aku langsung melepaskan apa yang terbuku. Membiarkan air hujan menjadi penguat untuk aku mendengar jawapannya.

Ya, terkadang hujan itu adalah bencana bagi beberapa orang. Namun kali ini aku berharap hujan adalah jalan untukku menemui bahagia sebenar.

Dan akan kubuktikan, orang-orang itu silap menilai seperti apa sebenarnya sang hujan. Tetapi, bagaimana jika bicara lelaki itu hanyalah yang keduanya ? apa hanya untuk kenakan Malik ?

Ian masih membisu. Bahkan, aku tidak bisa membaca apa yang sedang berlangsung di benak fikiran lelaki itu. Aku mula merasakan kekecewaan naik ke dasar hatiku. Cuba mengetuk dan memecahkan sedikit harapan.

" Syifa.."

Dia membuka bicara. Aku memandangnya meskipun tiraiku sering kabur dek air hujan.

" Aku gak pasti gimana rasa kamu saat pertama kali lihat aku. aku gak tahu seperti apa sebenarnya hati kamu ke aku. Tapi aku ingin bilang.. kalau aku.."

Saliva aku telan paksa. Debaran yang aku rasa bertambah kuat. Sambil ditemani dua suara lainnya. Gemersik hujan dan desiran angin, aku yakin. Ini sebuah babak romantik yang hadir di setiap momen impian seorang wanita.

" Aku suka kamu, Puteri Asyifa. "

Dan akhirnya,

Aku bisa membuktikan orang-orang silap menilai sang hujan. Ya, hujan bukanlah buruk seperti yang mereka sangkakan. Hujan adalah satu jalan indah yang bisa dirasakan tenangnya dalam diam.

Dan mereka. Mereka hanya silap menganggap hujan bersalah dalam setiap momen kehidupan. Alasan mereka adalah bencana sebenar dalam hidup mereka.

" Maaf, aku gak seharusnya..."

" Aku juga suka kamu Ian. Tapi maaf kerna aku pernah menidakkan perasaan itu. maafkan aku."

Perlahan, retinaku naik memandang lelaki itu. Mungkin dia terkejut dengan luahanku. Tetapi, lebih baik sahaja aku jujur. Ternyata, aku silap. Dia malah menghadiahkan seulas senyum yang berbunga dengan kedua lesung pipinya.

Kami kemudiannya berakhir dengan tawa.

Masing-masing malu dengan luahan sebentar tadi. Haider kemudiannya mengangkat kedua tangan. Meneduhkan wajahku dari titisan hujan yang masih belum jeda.

Aku tertawa kecil. Momen yang sama saat aku melihat dia pertama kali di malam itu dengan kopiah hitamnya. Hujan di Desa Kota Batu, ternyata membawa aku kepada seorang lelaki yang luar biasa hebatnya.

Dia kemudiannya mengajak untuk meneruskan larian. Ya, dan buat pertama kalinya langkah kaki kami berdua bersatu. Meninggalkan jejak dan perasaan yang telah puas diluahkan. Yang juga disaksikan oleh sang hujan.

Entah mengapa, bagaikan sebuah layar pacak di tengah hujan, memori pertemuan kami sudahpun kelihatan. Dari awalnya iris indah kami berselisih sehingga jejak terakhirku berada di desa. Semuanya lengkap !










THE END


Terima Kasih kepada yang sudah membaca Asmaraloka Di Langit Jawa Timur  dari awal hingga ke penghujung bab. Semoga hari hari kamu bahagia selalu. Nantikan buku seterusnya yaa.

Selamat Malam semua🤍

lop.

Ain <3

UNDER THE RAIN [ C ]Where stories live. Discover now