Chapter 2

1.8K 201 20
                                    

(Y/N) POV

"N-nona, maafkan saya jika saya lancang bertanya. Sebelumnya anda mengatakan bahwa anda... berteman dengan Adeptus Xiao. Apakah itu berarti, anda juga..."

"Ya, tentu saja," jawabku. Namun, akan lebih baik jika aku memperjelas sesuatu. "Tapi, tidak seperti Xiao, aku bukan seorang Yaksha. Aku hanya adeptus biasa," lanjutku. Sejujurnya, menebarkan kebohongan ini meninggalkan rasa pahit di ujung lidahku. Namun, aku dan Guizhong—seorang dewi yang menciptakan tubuh boneka ini, telah sepakat untuk menyebut diriku seorang adeptus, terlepas dari sejarah dan asal usulku. Banyak alasan yang mendasari hal ini, termasuk Archon War. Namun, sebagian besar dari alasan itu merupakan alasan pribadi.

"Ehm!" suara itu membuat kami menoleh ke arah Xiao. Dia menyilangkan tangan di depan dada, dan seperti yang selalu dilakukannya di hadapan para mortal, dia memasang tatapan dingin. Apakah dia sudah mencapai batas? "Kami harus pergi," ujarnya, sama sekali tidak memberikan ruang untuk protes. Biasanya, aku akan melayangkan satu atau dua protes hanya untuk sekedar mengganggunya, tapi kali ini aku setuju. Aku memiliki banyak pertanyaan yang harus dijawab.

Entah karena rasa hormat pada adeptus atau karena terintimidasi oleh Xiao, Xingqiu dan Chongyun membungkukkan tubuh mereka. "Sebuah kehormatan bagi kami untuk bertemu dengan Anda," ucap mereka bersamaan. Oh, tata krama mereka patut dipuji. "Tentu. Jaga diri kalian," aku menyunggingkan senyum meski mereka berdua tidak bisa melihatnya, lalu berjalan mengekori Xiao yang sudah melangkah pergi terlebih dahulu. Astaga, tingkahnya pada mortal tidak berubah sama sekali. Aku tidak akan menyalahkan jika ada orang yang salah paham tentangnya, tentu saja. Tapi, apapun itu, setidaknya aku bukan lagi seorang 'anak hilang'. Aku benar-benar merasa terselamatkan karenanya.

"Xiao, apa kau mengenal mortal tadi?" tanyaku ketika sudah menjajarkan langkah dengannya. Xiao melirikku sekilas, lalu sengaja melebarkan jarak. Jangan kira aku tidak menyadarinya. "Dia hanya seorang bocah exorcist, tidak ada yang penting," jawabnya. Lalu, aku mendekatinya lagi. "Jadi, mortal sekarang bisa membantu membasmi iblis dan roh jahat? Bagaimana bisa?" kataku. Xiao menyadari penyempitan jarak di antara kami, lalu sengaja menjauh lagi. "Mereka mempelajari seni Adepti. Tapi, kekuatan mereka tidak bisa dibandingkan-" dia memotong ucapan, lalu memandangku penuh peringatan. "Berhenti mendekatiku," ujarnya.

"Kau pikir aku bisa mendengarmu dengan jarak seperti itu?" balasku sambil menyilangkan tangan. Sementara itu, sebuah kerutan langsung terbentuk di antara kedua alis Xiao. "Kau..."
"Aku bicara kenyataan," aku menegaskan. Kami berdua saling menatap sengit selama beberapa saat sebelum Xiao mengalihkan pandangan dan menghela napas. "Di sini terlalu ramai," ucapnya. Kemudian, dia menunjuk sebuah bukit yang berada tak jauh dari pelabuhan. "Berteleportlah ke puncak bukit itu. Kita bicara di sana," ucapnya, dan sebelum aku berkomentar, dia sudah melanjutkan, "Tidak ada lagi alasan kau tak bisa mendengar suaraku".

"........"

*******

Aku menyadari bahwa diriku sudah menghela napas sebanyak puluhan kali sejak Xiao mulai bicara. Benang kusut yang berasal dari kebingunganku dan hal-hal tak masuk akal yang terjadi padaku sejak tadi telah terurai, dan aku tidak yakin apakah aku harus merasa senang atau tidak. Aku... ternyata payah sekali. Bukan hanya satu bulan atau satu tahun, aku sudah tidak sadarkan diri selama 3700 tahun akibat serangan Osial. Alasan lainnya adalah karena tidak ada yang mampu "memperbaiki"ku selain Guizhong. Sementara Guizhong sendiri, pada hari yang sama dengan kejadian itu, beliau... meninggal dunia. Aku tidak berhasil melindunginya.

Lalu, 2000 tahun yang lalu, Archon War berakhir dengan Rex Lapis menjadi salah satu dari tujuh pemenangnya. Sementara, para dewa yang kalah melarikan diri ke sebuah tempat yang sangat gelap. Setelah semua kejadian itu, tidak banyak yang tersisa. Lebih dari setengah adeptus yang kukenal mungkin juga sudah tidak ada. Mereka gugur satu per satu. Tapi, aku melihat ke arah kota pelabuhan yang semula kukunjungi, Liyue Harbor, dan berpikir bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia. Dan ketika mereka semua mati-matian bertahan, aku justru tertidur di tempatku setelah gagal melakukan apa yang seharusnya kulakukan.

Eternal Torch ( Xiao x Reader ) -Genshin Impact Fanfiction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang