Chapter 12

867 120 12
                                    

Present time, Y/N POV

"Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?" aku menunjuk ke arah langit yang mulai kehilangan cahayanya. "Malam akan datang. Kau kembalilah ke Wangshu Inn," entah bagaimana, aku tidak merasa kaget mendengar jawabannya. Ini seperti larangan berkeliaran di malam hari yang tidak pernah diucapkan secara langsung. "Dan kau?" aku bertanya dengan helaan napas yang terselip di antara kata-kataku. "Aku memiliki urusan lain," balasnya. Ini juga, tidak mengagetkan sama sekali. Aku bahkan mulai merasa bodoh karena bertanya.

"Kalau begitu, pastikan kau tidak berakhir seperti beberapa hari yang lalu," ucapanku kali ini membuat Xiao memalingkan wajahnya dan mendecih pelan. "Sudahlah, kau hanya perlu menerima saja jika aku dat-" ucapanku terpotong bersamaan dengan Xiao yang bergerak cepat memegangi kepalanya. "Hrrgh!" Xiao meraung akibat rasa sakit yang timbul di tubuhnya secara tiba-tiba. Kedua matanya membulat tanpa berkedip, dengan keingat dingin yang mulai keluar di sekitar keningnya. Selain itu, aku menyadari keberadaan aura hitam di sekitar tubuhnya.

"Menjauhlah dariku," Xiao memperingatiku, atau lebih tepatnya mendesakku untuk mengikuti perkataannya. Tidak hanya itu, Xiao sendiri juga bersiap untuk berteleport ke tempat lain.

Mengapa tiba-tiba sekali?

Namun, saat itu aku merasakan waktu seolah melambat. Di waktu yang singkat itu, aku melihat tanah di belakang Xiao mengeluarkan asap hitam. Lalu asap itu menggumpal membentuk sebuah sosok tubuh, lalu memadat. "Awas!" aku berteriak seraya mengeluarkan Jade Cutter. Xiao, yang memiliki refleks dalam tingkat mengerikan, segera melompat menghindar. Dan sebelum sosok itu sempat melakukan sesuatu, aku sudah menebasnya. Satu detik kemudian, kepala dari sosok itu telah terlepas dari tubuhnya dan jatuh menggelinding di tanah. Tubuh tanpa kepala itu terlihat berkejang-kejang sesaat sebelum terurai habis, seperti tumpukan pasir yang tertiup angin.

"......"
"......"

Aku dan Xiao yang menyaksikan kejadian itu sama-sama terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa. Aku melihat ke arah Xiao, dan mendapati karmanya masih menguar meski menipis. "Aku bertanya hanya untuk memastikan, tapi apa ini pernah terjadi?" tanyaku. Untuk sesaat, Xiao melirik ke arah lain dengan kening berkerut dalam, berpikir. "Sosok hitam tadi merupakan salah satu jiwa kotor dari musuh yang dikalahkan selama Archon War. Pada saat tertentu, terkadang mereka bangkit dan membentuk sosok manifestasi. Namun untuk hal seperti itu, mereka memerlukan proses. Karenanya, sebelum kemunculan mereka, seharusnya ada tanda-tanda yang jelas," jawabnya. Dalam arti lain, kemunculan yang terlalu mendadak seperti ini 'tidak biasa'. Lantas, aku menyimpan senjataku dan berjalan ke arahnya untuk sekedar memeriksa. Namun, aku mendapati langkahku melambat ketika aku menyadari keberadaan aura hitam lain yang menguar tipis di sekitar tempat ini. Dan mungkin saja, karena sebelumnya aku terfokus melihat Xiao, aku juga baru menyadari bau busuk yang sangat tipis. "Mungkinkah... baru-baru ini kau juga membunuh monster di sekitar lokasi ini?" tanyaku spontan. "Ya. Dua hari yang lalu," katanya.

Aku berhenti sejenak dan merentangkan telapak tanganku ke udara kosong, 'menggores' aura hitam asing yang tidak memiliki wujud. Sementara itu, Xiao memandangku dan menyipitkan matanya waspada. "Ini mengkhawatirkan, bukan begitu? Xiao, beritahu aku keadaanmu dengan jujur," aku menutup telapak tanganku dan menatap Xiao lekat-lekat, mengharapkan jawaban jujur darinya. Xiao mengambil jeda untuk menimbang-nimbang sebelum memutuskan untuk buka suara. "Untuk saat ini, tidak buruk," jawabnya. Sontak, aku mengembuskan napas panjang dengan senyum miris yang tersungging di bibirku. "'Untuk saat ini', kah? Apapun itu, aura hitam ini tidak hanya sekedar memengaruhi karma. Ini bahkan memunculkan sebuah manifestasi. Tidak dapat dibiarkan," ucapku, tepat sebelum mengerjap akibat teringat sesuatu.

"Ah, menurut perjanjian, para adeptus akan membiarkan mortal mengurus bahaya yang muncul di Liyue. Tetapi jika mengancam keselamatan pribadi seperti ini, seharusnya tidak masalah, bukan?" aku melipat sebelah tangan, lalu mengusap-usap dagu menggunakan tangan lainnya. "Tidak masalah," jawab Xiao, tepat sebelum dia menatapku penuh antisipasi. "Apa yang akan kau lakukan?" tanyanya dengan suara rendah. "Mencari solusi, tentu saja," ucapku. Xiao lantas mengerutkan dahi dan membuka mulut, namun aku yang telah memperkirakan ucapan yang akan dikeluarkannya, segera memotong sebelum Xiao berhasil mengucapkan kata pertamanya. "Aku tahu kau sangat berhati-hati padaku. Tapi, setidaknya kau bisa bekerjasama dengan kepalaku, kau tahu? Apa kau pernah mendengar istilah dua kepala lebih baik dibanding satu kepala?" ucapku.

Eternal Torch ( Xiao x Reader ) -Genshin Impact Fanfiction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang