📌Don't forget to vote and commentnya bestii
Happy Reading All🤎
________••V••________
Suasana kelas berangsur sepi saat bel istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu, hanya ada beberapa siswa yang masih tertinggal di dalamnya, termaksud Lexxa yang enggan beranjak dari sana.
Moodnya masih kacau perkara meja dan lokernya tadi, pasalnya gadis ini bingung bagaimana cara ia mendapatkan uang untuk membeli lagi buku pelajarannya tanpa harus meminta sepeserpun ke orangtuanya.
Sebenarnya ia bisa saja tinggal meminta bahkan tanpa alasan apapun sudah pasti orang tuanya langsung mengiriminya uang, akan tetapi Lexxa hanya berusaha untuk tetap mandiri.Semenjak orangtuanya bercerai saat ia masih berusia 16 tahun Lexxa memutuskan untuk tinggal bersama seorang pembantu di rumahnya yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri ketimbang harus memilih diantara mereka berdua.
Saat itu Lexxa menyaksikan bagaimana jeri payah ibundanya yang rela bekerja hingga ke luar negeri untuk menafkahinya, dan mulai saat itu ia memutuskan untuk hidup lebih mandiri.
Sedangkan papahnya??? Ah sudahlah Lexxa bahkan tidak ingin mengetahui dimana keberadaan papahnya itu.
Suara meja yang diketuk membuat gadis ini tersadar dari lamunannya dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah orang yang berdiri di hadapannya.
"Gak ke kantin lo?" Alex berjalan menghampiri Lexxa yang masih duduk di kursinya.
"Gak." Jawab Lexxa singkat, sesingkat balasan chat crush kalian.
Alex mengambil headset yang setia berada di kuping gadis itu. "Yakin? Hari ini makanannya enak-enak loh..."
Lexxa menghentikan gerakan tangannya yang sibuk memainkan handphone, gadis itu menatap Alex datar.
"Gw lagi gak mood, jatah gw biar lo aja yang makan." Lexxa kembali memainkan handphonenya.
"Engak engak, lo harus makan."
Alex menarik pelan tangan gadis itu."Lex plis, hari ini lo makan bareng Zea sama Devano aja yah, entar gw makan kok kalo udah laper."
"Hmm.. yaudah deh." Ekpresi kecewa tersirat di wajah Alex.
"Janji entar harus makan, kalo lo gak makan gw juga gak bakal makan." Alex mengancam, akan tetapi ancamannya tidak membuat Lexxa khawatir justru sebaliknya Lexxa malah tertawa mendengarnya.
"Emang bisa? lo telat makan sebentar aja udah lemes kaya bihun direndam air panas."
"Eh apaan? Gw kuat kok, mau bukti lo?"
"Udah pergi sono, kasian tuh Devano sama Zea pasti udah pada ketar ketir nahan lapar gara-gara nungguin lo."
Lexxa mendorong Alex hingga keluar dari pintu kelas, kemudian ia kembali duduk dan hendak memejamkan matanya sebentar hingga bel pelajaran selanjutnya berbunyi.
Belum sampai 5 menit Lexxa tertidur kini ia mendengar suara ketukan meja lagi.
Tokk.. tokk..
Dengan cepat Lexxa terbangun dan hendak melayangkan pukulannya.
"Apa lagi sihh?! Lo lama-lama gw tamp-"
Gerakannya terhenti begitu melihat pria yang berada di hadapannya itu ternyata bukan Alex.Rayn mematung melihat tangan Lexxa yang sedikit lagi mengenai kepalanya.
"Sebenci itu kah lo sama gw? Sampe niat baik gw pun gak lo terima?" Pria itu memperlihatkan sekotak susu dan roti yang berada di genggamannya.
Seketika Lexxa merasa bersalah. "Eh gak gitu, gw kira tadi si Alex."
"Yaudah kalo gitu nih buat lo."Rayn menyodorkan sekotak susu dan roti itu kepada Lexxa, akan tetapi gadis itu langsung menolaknya.
"Thanks."
Rayn menatap Lexxa heran "Loh kenapa?, lo gak suka?"
Lexxa terdiam sejenak, sebelum pada akhirnya ia mengedarkan pandangannya ke seisi kelas yang tengah memperhatikan intereraksi mereka.
"Lo bisa liat kan gimana reaksi mereka?" Tanya gadis itu yang membuat Rayn ikut mengedarkan pandangannya.
"Yaelahh.. santay aja kali, emang begitu mereka, kalo lo terus-terusan dengerin omongan mereka yang ada idup lo gak bisa tenang Lexx."
Ucap pria itu sambil menyisir rambutnya mengunakan jari.Lexxa menatap pria itu tajam. "Apa? Santay aja lo bilang?"
Tanya Lexxa memastikan apakah ia tidak salah dengar.Rayn mengangguk. "Iya santai aja."
Lexxa beranjak dari kursi menuju loker miliknya, kemudian ia mengambil beberapa buku yang sudah hancur lebur, lalu ia kembali ke arah Rayn yang masih berdiri di sana.
Lexxa membanting buku itu ke atas mejanya. "Nih. Lo liat? Semua buku gw udah gak bisa kepake lagi."
Gadis itu mendekat ke arah Rayn, tanganya naik menunjuk wajah pria itu. "Asal lo tau yah, ini semua gara-gara lo. Semenjak gw berurusan sama lo hidup gw jadi gak tenang tau gak."
"Jadi mulai sekarang jangan pernah lo ganggu gw lagi!" Ucap gadis itu penuh penekanan.
Rayn tertegun sesaat. Memandangi buku-buku Lexxa yang berada di atas meja, sebelum pada akhirnya kata umpatan keluar begitu saja dari mulutnya.
'shiit"
•••V•••
"Yeji!" Panggil Rayn ketika sudah berada diambang pintu kelasnya.
Mendengar namanya disebut gadis itu langsung menoleh ke arah Rayn berada.
Suaranya Rayn yang nyaring sontak membuat beberapa siswa yang masih berada di dalam sana ikut menoleh ke arahnya.
Senyum Yeji mengembang begitu Rayn sudah berdiri dihadapannya. "kenapa lo nyari gw? Kangen yah?
"Udah gak usah banyak bacot deh lo Ji, maksud lo apa coba ngelakuin itu?"
Yeji mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan arah pembicaraan Rayn. "Hah? Ngelakuin apa?"
"Lo gak usah pura-pura bego anjing, lo kan yang sudah nyoret-nyoret meja Lexxa?"
"Terus elo juga kan yang bikin loker Lexxa habis basah begitu?"
Yeji tertawa geli sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Hahaha, tadi si Alex yang ngelabrak gw, sekarang doi gw sendiri, hufftt.. seistimewa apa sihh parasit satu itu sampe-sampe kalian berani nuduh gw?"
Mata Rayn membulat begitu Yeji menyebut dirinya doi. "Doi? Sejak kapan lo jadi pacar gw?"
"Hmm..gini yahh ji, gw tau lo suka sama gw, gw juga nyadar ko kalo gw ini cakep, gak cuman satu dua cewe yang ngaku-ngaku jadi pacar gw, tapi untuk Lo plis lah jangan berlebihan gini, ingat kita ini cuma teman ji, gak lebih. Jadi mulai sekarang stop, lo jangan ngelebelin gw kaya seakan-akan gw ini milik lo."
"Karena sampe kapan pun gw gak akan pernah bisa sukak sama cewe kaya lo."
Suara bisik-bisik mulai terdengar jelas di penjuru kelas itu, bahkan ada yang sampai tertawa setelah mendengar ucapan dari Rayn.
Yeji menatap tajam Rayn sebelum pada akhirnya ia kembali bersuara "Yaps. Kita emang cuma teman Ray-". Yeji memberi jeda pada ucapanya, ia berjalan ke arah Rayn, kemudian ia mendekatkan bibirnya ke kuping pria itu.
"Tapi Lo gak lupa kan sama perjanjian kita?" Bisik Yeji pelan, senyum miring ia perlihatkan setelah berhasil membuat pria itu terdiam seribu bahasa.
'"Fuck. Kenapa dia masih ingat tentang perjanjian itu sih?!"
________••V••________
Thanks 4Reading and See U Next Chapter All🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
Sefrekuensi {ON GOING}
Teen FictionTentang seorang gadis yang memiliki trauma kerena kejadian di masa lalunya. Tentang seorang gadis yang berasal dari keluarga broken home yang membuat kehidupnya tidak berwarna. Tentang seorang gadis yang hanya memiliki satu sahabat yang sangat tulus...