📌Don't forget votmentnya yaa bestii
Happy Reading All🤎
________••V••________PLAKKK
"Dasar anak gak berguna!"
"Udah merasa hebat kamu? udah merasa paling jago?, kalo kamu merasa paling jago lawan papah sini!"
BUGH..
"Ayok lawan! Jangan cuma jadi jagoan di sekolahan kamu ya!"
BUGH..
"LAWAN!!"
"Kenapa diam?! Katanya kamu paling jago di selolahan."
"Papah nyekolahin kamu itu biar bisa jadi anak yang pintar!, yang berguna!, yang bisa nerusin perusahaan papah!, bukan untuk jadikan kamu preman!"
"Apa alasan kamu berantem di sekolahan?"
Rayn hanya bisa diam, tak mungkin ia memberi tahu alasan dirinya berkelahi hanya karena memperebutkan seorang wanita.
"Ingat Rayn!, kali ini harus jadi yang terakhir! papah gak mau kalo kejadian begini terulang lagi!, reputasi papah bisa hancur kalo sampe orang-orang tau, Paham?!"
"Paham pah." jawab Rayn singkat.
"ATM, mobil dan hp kamu papah sita!" James mengulurkan tangannya.
Dengan terpaksa Rayn memberikan tiga benda favorite miliknya itu, ia sudah tak kaget lagi dengan hal seperti itu, karena ini bukan yang pertama kalinya, setelah itu ia langsung bergegas kembali ke kamarnya.
Sesampai di kamar Rayn langsung membuka berangkas yang ia sembunyikan di dalam lemarinya selama ini.
Di dalam berangkas tersebut ada beberapa handphone genggam dan juga uang tunai untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ia membutuhkannya, contohnya seperti sekarang ini.
Pria itu mengambil satu handphone dan meletakan kembali berangkas itu ke tempatnya semula.Ia menghubungi Gibran akan tetapi pria itu tidak mengangkat panggilannya.
Sekali lagi Rayn mencoba menghubungi pria itu tetapi hasilnya sama saja.
Pada akhirnya Rayn pasrah, ia membanting dirinya ke atas kasur lalu menatap langit-langit kamarnya yang dipenuhi hiasan cahaya Mikrokosmos mood lamp buatan Jungkook BTS.
Sebenarnya lampu itu ingin diberikan kepada Lexxa tempo hari, akan tetapi ia takut gadis itu tidak menyukainya jadi ia menggantikannya dengan sebuah Album.Selang beberapa menit kemudian ponsel Rayn bergetar, dengan cepat Rayn meraih benda itu.
"Buka pintu lo." Ucap pria yang ada di seberang sana.
"Masuk." Ucap Rayn begitu ia membukakan pintu kamarnya.
Gibran menatap Rayn iba. Bagaimana tidak, wajah pria itu kini terlihat menyedihkan karena dipenuhi dengan darah yang setengah mengering dan juga bekas pukulan yang melebam.
"Lo dipukulin lagi ama bokap lo?" Tanya Gibran sambil menyodorkan kotak P3K.
Rayn bungkam, ia hanya membalas pertanyaan kakak sepupunya itu dengan senyuman sambil mengambil kotak P3K yang diberikan oleh Gibran.
"Gib gw mau mundur dari taruhan yang kita buat, lo boleh ambil lamborghini gw." Ucap Rayn dengan nada serius yang membuat Gibran langsung menoleh ke arahnya.
"Kenapa?"
Pertanyaan singkat dari Gibran mampu membuat pria itu berfikir keras."Entahlah, gw juga gak tau alasannya."
Gibran menatap adik sepupunya itu sambil menyunggingkan senyum jahil di bibirnya. "Lo suka ya sama Lexxa."
"Dih sukak apaan? yakalii gw sukak sama cewek modelan dia."
"Udah ngaku aja deh lo kalo sukak sama Lexxa."
"Enggak Gib, beneran gw gak suka sama dia."
Gibran kembali menghela napas kasar, ia lupa bahwa sekarang yang ada di hadapanya ini adalah seseorang yang lebih mengutamakan gengsinya ketimbang apapun.
"Sampe kapan lo mau menomor satukan gengsi lo itu? gw cuma mau ngasih tau, kalo gegara gengsi lo yang setinggi langit itu, lo bisa kehilangan sesuatu yang berharga di hidup lo."
"Paham kan lo?" Tanya Gibran untuk memastikan apakah adik sepupunya itu mendengar ucapanya atau tidak.
Rayn berdeham pelan, tangannya terhenti memberi obat pada luka di wajahnya, matanya kini beralih ke arah Gibran yang sedang bersiap-siap untuk pulang.
"Lo gak nginep sini?" Tanya Rayn dengan nada yang lebih terdengar seperti memohon.
"Gw gak diijinin bokap lo buat nginep di sini, gw gak enak kalo ngebantah dia."
Setitik ketakutan muncul dalam benak Rayn, ia takut setelah kepergian pria itu James akan kembali menyiksa dirinya.
Setidaknya jika ada Gibran ia merasa lebih aman, entah mengapa James tak pernah sekalipun berani menyiksa dirinya jika ada sosok Gibran di sekelilingnya."Kunci pintu lo, kalo ada apa-apa langsung hubungi gw." ucap Gibran memperingati.
"Besok jam 6 papah lo berangkat lagi ke Amerika, gw juga udah ijinin lo ke bu Siti, jadi besok lo istirahat aja, gak usah sekolah dulu."
Gibran menepuk pundak Rayn sebelum pada akhirnya ia pamit undur diri. "Yaudah gw balik."
Rayn bangkit dari duduknya dan langsung mengunci pintu kamarnya, kemudian ia berdiri di depan cermin memandangi pantulan dirinya di sana, tangannya naik menyentuh pelan luka-luka yang ada di wajahnya.
"Tuhan sampe kapan gw terus hidup begini?" Batin pria itu selalu bertanya kepada sang penciptanya tiap kali ia merasakan sakit atas perbuatan papahnya sendiri.
Lama pria itu mengasihani dirinya sendiri sebelum pada akhirnya ia mengambil bingkai foto yang terletak di atas nakas.
"Bunda Rayn gak salah kan? Rayn cuma pengen bahagia bunda, Rayn pengen bahagia dengan cara Rayn sendiri, bunda dukung Rayn kan?" Ucap pria itu pelan sambil mengelus wajah orang yang berada di dalam foto tersebut.
Pria itu sudah tak sanggup lagi menahan cairan bening yang hendak keluar dari pelupuk matanya, ia berjalan cepat menuju tempat tidur sambil membawa bingkai foto itu, kemudian ia menarik selimut dan menutupi sekujur tubuhnya.
Rayn mulai menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat bingkai foto tersebut, tak lupa ia membekap mulutnya dengan telapak tangan agar tidak menimbulkan suara berisik yang bisa saja terdengar oleh James.
Begitulah kehidupan Rayn yang sebenarnya, jauh dari kata indah seperti yang orang-orang lihat, ia selalu dituntut untuk menjadi sempurna, sedikit saja ia melakukan kesalahan maka fisik dan mentalnya lah yang akan jadi bayarannya.
"Bunda, kalo kali ini kebahagian Rayn dirusak papah lagi.." Rayn kembali berbicara dengan foto yang berada di pelukannya.
"Tolong jemput Rayn bunda."
________••V••________
Thanks 4Reading and See U🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
Sefrekuensi {ON GOING}
Teen FictionTentang seorang gadis yang memiliki trauma kerena kejadian di masa lalunya. Tentang seorang gadis yang berasal dari keluarga broken home yang membuat kehidupnya tidak berwarna. Tentang seorang gadis yang hanya memiliki satu sahabat yang sangat tulus...