Alex saat ini tengah duduk di bangku kantin belakang sekolah, menatap kosong ke depan sambil mengaduk-aduk segelas jus miliknya, sesekali ia menghela napas pelan, sebelum pada akhirnya sebuah tepukan keras mendarat di pundaknya dan membuatnya tersentak."Lo dari tadi kenapa si Lex? melamun mulu?"
Pria itu menoleh ke arah wanita yang sudah sedari tadi berada di sampingnya. "Perasaan gw gak enak Ze."
"Gak enak gimana maksud lo?" Tanya Zea heran.
Alex terlihat berfikir sejenak sebelum pada akhirnya tatapannya kembali tertuju ke Zea. " Tadi pas gw ngejagain Lexxa, dia sempat cerita ke gw–"
"Cerita apaan?" Potong Zea cepat.
"Yaa sabar nyet, baru juga gw mau cerita lo maen motong-motong aja."
"Abisnya lo biasanya kan gitu kalo ngomong suka setengah-setengah."
"Bukan gw yang suka ngomong setengah-setengah, tapi lo nya aja yang suka motong pembicaraan orang."
"Yaudah iyaa iyaa, lanjut."
"Tadi Lexxa cerita, dia bilang sempat ngobrol-ngobrol sama si Rayn."
"Whaaattt??? Lexxa? ngobrol sama Rayn?" Tanya Zea memastikan, ia sama sekali tak percaya dengan apa yang baru saja pria itu katakan.
Alex mengangguk pelan. "Dia gak cerita semuanya sih, dia cuma bilang kalo si Rayn ternyata Kpopers juga."
"Hmm... berarti bagus dong kalo Lexxa nemu cowo yang sefrekuensi sama dia." Ucap Zea penuh semangat sedangkan Alex hanya diam membisu.
Tawa Zea seketika terhenti begitu melihat raut wajah Alex. "Kenapa Lex? lo gak setuju?"
Alex berpikir sejenak sebelum pada akhirnya ia menghela napas kasar. "Bukan gak setuju sih, gw cuma merasa ada kejanggalan aja gitu."
"Janggal gimana maksud lo?"
"Emm..gimana ya ngejelasinnya"
"Yaelah tinggal jelasin aja susah amat si lo." Gerutu Zea yang sudah tak sabar untuk mendengar cerita dari Alex.
"Jadi gini, gw merasa aneh aja gituh, kenapa si Rayn jadi tiba-tiba ngedeketin Lexxa? dia niat banget lo buat ngepacarin Lexxa, sampe minta tolong segala ke gw padahal dia kenal gw aja kaga, secara lo tau sendiri kan Lexxa itu anaknya pendiem terus gak terkenal gitu, sedangkan Rayn kebalikannya. Masa iya gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba suka sama Lexxa?"
"Tungu tunggu, tadi lo bilang Rayn minta tolong ke lo?" Tanya Zea memastikan apakah iya tadi salah dengar atau tidak dan Alex hanya membalas dengan dehaman.
"Minta tolong apa?"
Pria itu mengambil ponsel yang berada di sakunya, lalu ia menyodorkan ke Zea, di dalamnya sudah terputar sebuah rekaman suara perbincangan anatara dirinya dan Rayn tempo hari. "Nih lo denger sendiri."
Gadis itu tersenyum sinis begitu selesai mendengar rekaman itu. "Gw pikir cuma gw doang yang di giniin."
Alex mengerutkan alisnya heran. "Jangan bilang lo juga?"
Zea mengangguk, di seruputnya minuman yang ada di hadapannya. " Gw bingung Lex, kalo gw ceritain ini pasti entar lo bakal bilang gw jahat."
"Cerita Ze, gw gak bakal bilangin lo jahat."
"Kenapa lo bisa yakin kalo gw gak jahat?"
"Karna tiap orang pasti punya alasannya tersendiri Ze." Alex tersenyum manis, ia berusaha meyakinkan gadis itu agar mau menceritakan semuanya.
Zea kembali menghela napas pelan. "Lo tau kan Lex keadaan ekonomi keluarga gw gimana." ucapnya dan langsung mendapat anggukan dari Alex.
"Gw terpaksa nerima tawaran Rayn, dia minta gw buat bisa bikin dia sama Lexxa jadian sebagai gantinya dia ngasih gw duit."
"Jadi lo terima?" Tanya Alex penasaran.
Gadis itu menunduk, perasaan bersalah seketika muncul di dalam dirinya. "Gw gak punya pilihan lain Lex, waktu itu nyokap gw sakit, semua duit tabungan udah habis buat biayaya pengobatan, mana gw juga butuh banget buat bayar sewa rumah, kebutulan waktu ade gw nelpon buat ngasih tau kabar itu si Rayn dengar semua pembicaraan gw, awalnya gw gamau nerima tawarannya, tapi di situ gw cuma dikasih waktu dua hari untuk bayar rumah kalo gw gak bisa bayar otomatis kita bakal di usir."
Hening sesaat.
"Maafin gw Lex, gw gak ada sama sekali niatan untuk manfaatin keadaan."
Alex bergeming.
"Kenapa diam? Gw jahat yah?"
"Gw jahat banget malahan."
"Sama aja gw kaya ngejual sahabat gw sendiri."
Alex tersenyum simpul sambil menggelengkan kepalanya pelan. "lo gak jahat Ze–" pria itu memberi jeda pada ucapannya.
"Tapi keadaan yang membuat lo terpaksa jadi jahat."
Tangan pria itu naik menepuk-nepuk pundak Zea. "Dan gw bisa maklumin itu, mungkin kalo gw ada di posisi lo gw bakal ngelakuin hal yang sama."
Gadis itu tersenyum kecut, raut wajahnya sudah tidak begitu sedih seperti sebelumnya, bagaimana ia bisa melupakan pria yang ada di hadapannya itu jika pria itu terus saja bersikap baik dan lembut padanya, walaupun sebenarnya Alex sudah mengetahui bahwa dulu ia sempat memiliki perasaan kepadanya akan tetapi pria itu bisa bersikap layaknya tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka.
"Lo kenapa sih baik banget ke gw?" Tanya gadis itu secara tiba-tiba yang membuat Alex langsung menatapnya heran.
"Terus lo maunya gw jahat ke lo gituh?, entar kalo gw jahat yang ada lo malah–"
"Ia gw mau lo jadi jahat" Ucapan Alex dipotong cepat oleh Zea.
"Kenapa Ze?"
Gadis itu terpegun beberapa saat sebelum akhirnya ia bangkit dari duduknya dan hendak beranjak dari sana. "Kalo lo terus-terusan bersikap baik, gw bisa gagal buat ngelupain lo."
Gerakan tangan Alex seketika terhenti, rasa lapar di perutnya hilang begitu saja setelah mendengar ucapan dari gadis itu, dijauhkannya mangkok yang berada di hadapannya lalu ia menatap punggung gadis itu yang semakin mengecil dari pandangannya.
"Jadi selama ini lo belum move on dari gw Ze?" Batin Alex bertanya-tanya.
Terdengar lucu sekali ketika seseorang yang belum sempat menjalin hubungan akan tetapi dipaksa untuk melupakan, namun seperti itulah realitanya.
Alex tersenyum getir, ia memejamkan matanya sesaat, lalu diusapnya kasar wajah tampan yang dimilikinya. "Maaf kalo sikap gw selama ini bikin lo gamov Ze."
"Maaf kalo sampe detik ini gw gabisa balas perasaan lo."
"Bukan cuma ke lo kok Ze, tapi semuanya.."
"Sampai kapanpun gw gak boleh jatuh cinta."
" ke siapapun itu..."
________••V••________
•Thanks 4-Reading and see u next chapter🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
Sefrekuensi {ON GOING}
Ficțiune adolescențiTentang seorang gadis yang memiliki trauma kerena kejadian di masa lalunya. Tentang seorang gadis yang berasal dari keluarga broken home yang membuat kehidupnya tidak berwarna. Tentang seorang gadis yang hanya memiliki satu sahabat yang sangat tulus...