22.Gegabah

9 9 15
                                    

📌Janlup votmentnya bestii.

Happy Reading All🤎
________••V••________

Tok tokk

Seorang guru mengetuk papan tulis menggunakan spidol di tangannya.

"Lexxa." Untuk ke dua kalinya guru itu memanggil nama gadis yang saat ini sedang duduk melamun di kursinya.

Guru tersebut menghela napas kasar sebelum pada akhirnya..

"LEXXA!"

Gadis itu terkejut ketika sang guru memanggilnya dengan nyaring, bisa dibilang guru itu membentaknya.

Tangannya yang semula menopang dagu kini langsung terlipat rapih di atas meja.

Sekilas ia melirik ke arah sekitar ruangan itu, ia bisa melihat bahwa semua mata kini tertuju padanya.

Dan di saat itu juga Alex langsung mengangkat sebelah tangannya. "Maaf bu, mungkin Lexxa gak konsentrari karena masih kurang sehat."

Seketika Lexxa langsung menatap Alex bingung, sedangkan pria itu mengedip-ngedipkan matanya guna memberi kode agar gadis itu tetap diam.

Guru itu terlihat berfikir sejenak, melihat perban yang masih membalut kepala gadis itu membuatnya percaya dengan apa yang diucapkan Alex dan kembali melanjutkan proses pembelajarannya.

••V••

"Ze temanin gw."

"Kemana?"

"Lapangan basket."

Zea mendengus kesal begitu Lexxa menarik tangannya, padahal ia ingin tidur sebentar sebelum jam Istirahat berakhir, tapi anehnya gadis itu sama sekali tidak bisa marah atapun menolak permintaan Lexxa.

"Lo mau ngapain sih?" Tanya Zea penasaran.

"Mau ngomong sama Gibran" Ucapan Lexxa membuat tatapan Zea teralihkan dari ponselnya.

Sejak kapan sahabatnya yang satu ini mengenal pria lain selain Alex, Devano dan juga Rayn? Kenal Rayn pun hanya karena pria itu terus membuat ulah padanya bukan? jika tidak sudah bisa dipastikan bahwa Lexxa tidak akan kenal dengan seorang pria yang bernama Rayn itu.

Itu yang ada dalam pikiran Zea.

Tak mau ambil pusing Zea terus saja berjalan di samping Lexxa hingga mereka sampai di lapangan basket.

Lexxa mengangkat tangannya setinggi setengah tiang begitu Gibran melihatnya.

Gibran melihat ke sekeliling untuk memastikan apakah benar gadis itu sedang memanggilnya.

Lexxa mengangguk begitu Gibran menunjuk dirinya sendiri.

Gibran berjalan menghampiri mereka berdua yang berada di pingir lapangan.

"Lo nyari gw?" Tanya Gibran yang masih tak percaya.

Lexxa mengangguk. "Pulang sekolah gw bisa minta tolong gak?"

"Mintol apa?" Jawab Gibran.

"Tolong antarin gw ke rumah Rayn"

"Whaattt?!?!" Zea terkejut bukan main, mata gadis itu terbelalak dan langsung menutup mulutnya yang sedikit terbuka menggunakan kedua tangannya, ia sama sekali tak percaya dengan apa yang baru saja Lexxa katakan.

Gibran mengerutkan keningnya dalam. "Serius lo?"

Lexxa menaikan sebelah alisnya sambil menyodorkan handphonenya ke Gibran. " Nomor lo, entar pulang sekolah gw atur tempat buat kita ketemuan."

Gibran mengambil handphone itu dengan ragu lalu ia menyodorkannya kembali setelah menyimpan nomornya di sana.

"Thanks." Ucap Lexxa singkat, lalu ia pergi begitu saja dari hadapan Gibran.

Gibran melongo menatap kepergian gadis itu, begitu juga dengan anggota team basket yang lainnya, ia masih tak habis pikir dengan sikap Lexxa yang bisa berubah hanya dalam hitungan detik.

"Gadis yang sulit ditebak." Gibran bergumam dalam hati.

••V••

"Lexxa lo itu apa-apaan sih?!" Tanya Zea geram setelah mereka berada di lorong koridor.

Gadis itu tidak memperdulikan ucapan Zea, ia terus saja berjalan dengan cepat hingga membuat Zea kewalahan karena ia harus setengah berlari agar bisa mengimbangi langkah gadis itu.

"Lo sadar gak sih sikap lo yang barusan itu bisa bikin lo celaka?!"

"Lo sadar gak sih kalo kedatangan lo di sana tadi jadi pusat perhatian? Lo gak liat apa gengnya Yeji ada di sana? Lo mau dibuly lagi? Iya?!"

Mendadak Lexxa menghentikan langkahnya dan membuat gadis yang sedari tadi memakinya itu ikut berhenti juga. "Gak ada yang bisa ngecelakain gw." Ucap Lexxa sambil tersenyum miring.

Zea merotasikan matanya. "Emang lo kesana mau ngapain sih xa?, kalo cuma mau ngomong kan lo bisa chat dia."

Lexxa berfikir sejenak, benar juga apa yang di katakan Zea, ngapain ia harus repot-repot mendatangi pria itu, lagian siapa dia?

Zea menepuk pelan pundak gadis itu. "Jangan gegabah xa, entar lo nyesel—"

"Nyesel kenapa?!?"

Tiba-tiba muncul Alex yang langsung betengger di bahu kedua gadis itu.

Zea dan Lexxa saling melemparkan pandangan satu sama lain.

Lexxa menggeleng pelan memberi kode kepada gadis itu, dan untung saja Zea bukan tipe orang yang lemot, ia bisa langsung paham hanya dengan sekali bertatapan dengan Lexxa.

Zea melepas rangkulan pria itu. "Ih apaan sih lo kepo amat sama urusan cewek."

Setelah berkata demikian Zea langsung pergi meninggalkan mereka berdua, ia menghindar dari Alex karena ia yakin setelah Lexxa tidak ada pasti pria itu akan menanyakan banyak hal yang sudah pasti akan menuntut jawaban dari dirinya, jadi sebelum hal itu terjadi alangkah lebih baiknya jika ia menghindar.

"Cihh dasar sasimo!"

"Abis Alex, Rayn, terus sekarang Gibran?"

"Ckckck murahan banget semua cowok diembat"

"Kalo gatel di garuk atuhh emba nya."

"🎵Kamu gatal gatal gatal, bukan kah kau sudah ada yang punyaa a a a a🎶"

Itu suara Yeji dan kawan-kawannya.

Alex maju beberapa langkah mendekati kerumunan gadis itu, ia menatap tajam ke arah mereka. Terutama Yeji. "Maksud kalian apa ngomong begitu?!" Tanyanya begitu ia berhadapan dengan Yeji.

Sedangkan yang ditanya hanya berdecih kecil, sebelum pada akhrinya Yeji ikut maju beberapa langkah sambil memainkan rambutnya. " Kalo lo mau tau, tanya aja langsung sama sahabat lo yang gatal itu."

Lexxa menatap gadis itu geram, kedua tangannya sudah terkepal kuat di sisi tubuhnya, ingin sekali rasanya ia memukul gadis itu, akan tetapi sebisa mungkin ditahannya, ia tak ingin menjadi pusat perhatian untuk kesekian kalinya, sudah cukup kejadian-kejadian yang sebelumnya membuat nama gadis itu cukup terkenal.

Gadis itu maju beberapa langkah, jari telunjuknya naik menunjuk dada Yeji hingga membuat gadis itu temundur dengan sendirinya. "Jaga ya mulut lo!—"

"Entar giliran dibalas malah playing victim."

Lexxa menabrak bahu gadis itu dengan kuat hingga membuat Yeji nyaris terjungkal kebelakang.

"Minggir!"

________••V••________

Thanks 4Reading and See u

Sefrekuensi {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang