19.Pertengkaran

23 16 78
                                    

—Happy Reading All—

Setelah berhasil kabur dari kejaran security Rayn langsung membawa gadis itu ke UKS, perlahan tangannya turun mendudukan gadis itu di atas  bangs, lalu ia mengambil kotak p3K yang sudah tersedia di ruangan itu.

"Biar gw aja, gw bisa sendiri kok." Lexxa segera merebut obat merah dan kapas yang berada di tangan pria itu.

"Pliss kali ini aja xa, gw mau bertanggung jawab atas perbuatan gw." Pinta Rayn sambil memasang tampang bersalah di wajahnya.

Lagi-lagi Lexxa hanya bisa pasrah, ini sudah keberapa kalinya ia menerima kebaikan dari pria itu, seorang pria yang terkenal dengan perangainya yang buruk, sejenak gadis itu berfikir mungkinkah selama ini orang-orang hanya menilai pria itu hanya dari luarnya saja? Atau mungkin pria itu hanya sedang memakai topeng agar bisa mengelabui dirinya?.

Gadis itu menggelengkan kepelanya cepat, mengusir semua pikiran yang ada di dalamnya.

Perlahan tangan pria itu mulai mengoles luka yang ada di lutut Lexxa.

"Sshh.." Lexxa meringis kesakitan begitu merasakan tetesan obat merah yang menyentuh lukanya.

Sejenak Rayn menghentikan gerakannya, lalu ia menatap wajah gadis itu sambil melemparkan senyuman manis kepadanya. "Tahan bentar ya."
ucapnya sambil meniup luka gadis itu.

Setelah selesai mengobati luka Lexxa yang berada di lutut kini tangan pria itu beralih pada luka yang ada di sikut Lexxa.

Kini jarak mereka bisa dibilang cukup dekat, untuk pertama kalinya Lexxa disentuh oleh pria lain selain Alex, hal itu membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Tanpa sadar Lexxa memandangi pria itu dengan kagum, harus ia akui bahwa Rayn memanglah tampan, tak heran jika para wanita yang ada di sekolah itu tergila-gila padanya.

Tak butuh waktu lama Rayn telah selesai mengobati luka gadis itu, ia mendongakan kepalanya, kini mata mereka saling bertatapan satu sama lain.
Entah mengapa kali ini Lexxa tak bisa mengalihkan pandangannya dari bola mata indah milik pria itu, begitupun dengan Rayn.
Keduanya terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing, saling memandang satu sama lain, menikmati pemandangan indah ciptaan sang Tuhan.

Suara pintu UKS yang dibuka secara kasar membuat keduanya kompak menoleh ke arah asal suara.
Menampilkan sesosok pria yang tak lain dan tak bukan adalah Alex, pria itu berjalan cepat menghampiri mereka.

"Biar gw aja yang jagain Lexxa, lo bisa pergi." Ucap Alex dengan nada rendahnya yang cukup mengintimidasi.

Rayn bangkit dari duduknya, lalu ia menghadapkan tubuhnya ke pria itu, tangannya naik terlipat di depan dada. "Gimana kalo lo aja yang pergi?" Ucapnya sambil menaikan sebelah alisnya.

Alex menghela napas kasar, sebelum pada akhrinya ia menatap tajam pria itu. "Pergi selagi gw masih minta baik-baik."

Rayn maju beberapa langkah mempertipis jarak diantara mereka. "Mau lo ngomong secara kasar pun gw gk bakalan pergi Lex–"

"karna gw di sini sedang bertanggung jawab atas perbuatan gw, sedangkan lo mau ngapain di sini?" Bisik Rayn sambil tertawa kecil yang terdengar seperti sedang mencemooh.

"Bisa diam gak?, mendingan kalian berdua pergi dari sini." Tegas Lexxa membuat keduanya terdiam sejenak.

Rayn menepuk pundak Alex, lalu ia kembali membisikan sesuatu, entah apa yang ia bisikan hingga membuat Alex lepas kendali terhadap emosinya.

Bugh!

Satu tinjuan berhasil mendarat mulus di pipi Rayn, membuat pria itu jatuh terpental kelantai.

Melihat hal itu sontak membuat Lexxa langsung berdiri. "Alex lo apa-apaan sih!" Bentak gadis itu ketika ia melihat sudut bibir Rayn berdarah.

Alex sama sekali tak memperdulikan teriakan dari gadis itu, ia kembali menarik kerah baju Rayn dan menyeretnya keluar dari ruangan itu.

Rayn menatap tajam ke arah Alex, kemudian ia menghempaskan tangan pria itu dari kerahnya. "Lo deluan yang mulai Lex." Ucapnya geram sambil melayangkan sebuah pukulan ke wajah pria itu.

"Rayn Stop!" Lexxa berteriak mencoba menghentikan perkelahian itu, suaranya yang cukup nyaring mengundang perhatian siswa-siswi yang tengah belajar di dalam kelas.

Serentak mereka keluar dari dalam kelas untuk menyaksikan perkelahian itu, tak peduli dengan keberadaan guru yang sedang mengajar di dalam sana.
Mereka hanya menyaksikan, tidak ada satupun di antara mereka yang berani menghentikan keduanya, coba saja jika ada yang berani mungkin dia lah yang menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan pelampiasan kemaraha Rayn.

Perkelahian itu menjadi sangat sengit, tidak ada satupun di antara mereka yang mau mengalah, aksi pukul-memukul, tendang-menendang terjadi begitu saja, jeritan-jeritan dari para gadis yang menyaksikannya semakin terdengar nyaring.

Lexxa pun tak tinggal diam, ia berdiri di antara mereka, berusaha melerai kedua pria itu, namun tubuhnya yang kalah besar dari mereka dengan mudahnya terhempaskan begitu saja, seni bela diri yang ia pelajari selama ini seketika tak lagi berfungsi jika menghadapi kedua manusia yang brutal itu.
Pantang menyerah, gadis itu kembali bangkit dan berlari ke arah mereka, sebelum pada akhrinya Alex mengangkat sebuah kursi yang berada di dekatnya kemudian ia melayangkan kursi itu ke arah Rayn.
Namun naasnya yang terkena kursi itu bukanlah Rayn melaikan Lexxa yang tiba-tiba berhenti di antara keduanya.

Bugh!

Gadis itu meringis kesakitan, tangannya naik memegangi kepalanya, ia bisa merasakan ada sesuatu yang mengalir dari kepalanya, penglihatannya pun mulai memburam, dan kakinya mulai melemah, ia masih sempat berjalan beberapa langkah sebelum pada akhrinya tubuhnya ambruk begitu saja ke lantai.

"LEXXA!" Teriak kedua pria itu berbarengan.

Secepat kilat mereka menghampiri gadis itu, namun Alex lebih dulu mengangkat tubuh mungil Lexxa.

"Diam lo di situ! Jangan pernah lo berani nyentuh wanita gw!" Ucap Alex lalu ia pergi membawa gadis itu ke UKS, meninggalkan semua orang yang berada di sana termaksud Rayn yang saat ini masih melampiaskan amarahnya dengan membanting benda-benda yang berada di sekitarnya.

" SEMUANYA GAK ADA YANG BOLEH PERGI DARI SINI!" Ucap Gibran yang baru saja datang dan membuat para siswa yang ada di koridor itu membukakan jalan untuknya.

Gibran berjalan menghampiri sepupunya di ikutin oleh seluruh pengurus OSIS dan seluruh anggota team basket di belakangnya, pria itu membanting beberapa handphone yang tertangkap olehnya karena telah berani merekam kejadian itu.

"MASIH INGAT PERATURANNYA? TIDAK ADA YANG BOLEH MEREKAM KEJADIAN APAPUN YANG DI LAKUKAN SEPUPU GW, KALO TIDAK KALIAN TANGGUNG SENDIRI AKIBATNYA!" Teriak Gibran dengan lantang.

"Gab, lo suruh yang lainnya untuk sita semua hp mereka yang ada di sini."

Gabriel langsung menuruti apa yang diperintahkan oleh Gibran, tak butuh waktu lama bagi mereka untuk melakukan hal itu.

Siapa mereka hingga berani melakukan hal semena-mena seperti itu?

Mereka semua adalah anggota OSIS yang diketuai oleh Gibran sekaligus orang-orang dengan status sosial yang berpengaruh di sekolahan itu, dan beberapa dari mereka merupakan anggota team basket yang diketuai oleh Rayn.

Dengan Kekayaan yang mereka punya membuat siapa saja bisa tunduk kepada mereka dan menguasai sekolah itu dengan mudahnya.

"SEKARANG KALIAN SEMUA BOLEH PERGI!"

Para murid yang ada di situ langsung bubar dengan perasaan gelisah karena ponsel mereka telah barada di pengurus OSIS.
Dan di saat itu juga terlihat beberapa guru diikuti oleh seorang security di belakangnya menuju ke arah mereka.

"Apa-apaan ini Rayn?!" Ucap seorang guru yang di ketahui adalah wali kelas dari Rayn sendiri.

"IKUT IBU SEKARANG JUGA!"

________••V••________

•Don't forget to vote comment nya yaa bestii

•Thanks 4-reading and see u next chapter

Sefrekuensi {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang