Happy Reading!
🔥Tokyo, 08:45 AM.
"Enhh."
Suara lenguhan kecil keluar dari celah bibir Sakura, dan tak lama kemudian gadis berambut merah muda itu mengerjapkan matanya. Dengan dahi mengerut, ia memijat ujung keningnya, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Kenapa kepalaku terasa berat, ya?" tanyanya.
Setelah rasa pusingnya reda, Sakura mengedarkan pandangannya ke segala arah, dan kedua alisnya menyatu, saat tidak mendapati sosok Sasuke di atas ranjang. Segala macam aktivitas yang telah ia lakukan kemarin, menimbulkan rona merah di kedua pipinya.
"Apa semua itu hanya mimpi?" Sakura memegang dagunya dengan jari telunjuk, lalu menoleh ke arah cermin. Ia memerhatikan pantulan dirinya dengan baik-baik.
Gaun tidur masih melekat di tubuhnya, membuktikan tidak terjadi apa-apa tadi malam. Sakura menghela napas——kecewa pada dirinya sendiri. "Kenapa aku bisa ketiduran? Seharusnya, semalam aku memberikan hak Sasuke-kun," gumamnya.
"Eh?" Sakura tiba-tiba menegakkan tubuhnya dengan mata melebar, baru menyadari bathrobe yang semalam ia pakai sudah terlepas. Tak perlu menunggu hitungan detik, wajahnya sudah merah sempurna. "A-apa Sasuke-kun yang melepaskannya?" tebaknya.
Clek!
Suara pintu yang dibuka, mengalihkan perhatian Sakura, dan wajahnya semakin merah, mendapati Sasuke memasuki kamar dengan membawa nampan berisi makanan. Bungsu Uchiha itu terlihat sexy dengan kemeja putih yang dua kancing atasnya terbuka, dan lengannya digulung hingga siku; dilengkapi dengan celana bahan berwarna hitam pekat, dan uwabaki (sendal) yang disediakan hotel.
Dengan raut tanpa ekspresi, Sasuke berjalan mendekati Sakura, lalu meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas. "Mandi lalu makan ini," katanya.
Sakura mengulum bibir bawahnya, lalu menundukkan kepalanya. Dan ia tersentak, melihat kedua ujung dadanya yang timbul dari balik gaun tidurnya. Dengan cepat, ia pun meraih selimut untuk menutupi tubuh depannya.
Sasuke menatap Sakura. "Doushita (ada apa)?" tanyanya.
"Eh? T-tidak ada apa-apa," jawab Sakura kikuk.
"Aa." Sasuke mendudukkan dirinya di samping Sakura, lalu mengambil smartphonenya dari saku celana. Ia memainkan benda persegi itu dengan raut datar.
Mata zamrud Sakura melirik Sasuke, memerhatikan sisi wajah suaminya itu dengan raut gugup. Ia mengulum bibir bawahnya, lalu berkata, "M-maaf."
"Untuk?" tanya Sasuke, tanpa mengalihkan pandangan dari layar smartphonenya.
"Untuk semalam ...," jawab Sakura pelan, "seharusnya ... semalam kita—"
"Aku tidak mempermasalahkannya. Jangan khawatir," sela Sasuke.
Bibir Sakura terbuka, lalu tertutup kembali. Dengan pelan, ia menarik ujung lengan kemeja Sasuke. "N-nee. Sasuke-kun sungguh tidak apa-apa?" tanyanya memastikan.
"Hn," gumam Sasuke.
"T-tapi ...." Sakura tidak melanjutkan kata-katanya, ia menundukkan kepalanya dengan raut sedih.
Gerakan jari Sasuke pada layar smartphonenya terhenti, ia melirik Sakura. Merasa harus melakukan sesuatu, ia meletakkan smartphonenya di atas ranjang, lalu beringsut mendekati Sakura. Dalam diam, ia menaikkan dagu mungil gadis musim semi itu. "Jangan memaksakan dirimu. Kau kelelahan, aku tidak bisa memaksamu."
Mata Sakura berkaca-kaca, ia mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk leher Sasuke, tak peduli selimut yang menutupi tubuh depannya melorot. Ia juga tidak menyadari adanya perubahan ekspresi Sasuke. "Sasuu, kita ... kita sudah menjadi pasangan suami istri. Aku ... aku ingin memberikan hak Sasuke-kun. Aku ingin menjadi istri yang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Conquer SEME Husband [END]
Roman d'amour[21+ IN SAVERAL CHAPTER]⚠️ "Kupikir kau akan menjadi budak ranjang Sasuke." "Hiks. Aku juga berharap menjadi budak ranjangnya, Ino." Bagaimana tanggapanmu, jika kau berhasil menikahi laki-laki yang kau cintai? Apa kau akan menunjukkan perasaan bahag...