Happy Reading!
🔥Dengan wajah sembab, Sakura menghadap jendela taksi, memandangi apa saja yang ada di luar. Sesekali ia sesenggukan, air mata mengalir dari kedua matanya yang tampak kosong——tak berniat untuk mengusapnya.
"N-Nona, apakah Anda sudah menentukan tempat yang ingin Anda tuju?" tanya sang sopir taksi, menatap Sakura dari kaca spion.
Namun, tidak ada tanggapan dari Sakura, membuat sang sopir menghela napas, lalu kembali bertanya, "Nona, kita sudah memasuki wilayah Kyoto. Apakah Anda ingin saya terus mengambil jalan lurus?"
Mendengar di mana ia sedang berada, Sakura mengerjapkan kedua matanya. "Begitu, ya. Kalau begitu, berhenti di sini saja," lirihnya dengan suara serak.
Hal tersebut, sontak membuat sang sopir taksi terheran-heran. "Apakah Anda yakin?" tanyanya. Pasalnya, daerah yang sedang ia lewati begitu sepi, hanya ada lapangan yang sisi kanan kirinya terdapat pohon-pohon besar.
"Ya. Berhenti," bisik Sakura, entah dalam keadaan sadar atau tidak.
Mau tak mau, sang sopir taksi menghentikan mobilnya di pinggir lapangan. Ia menoleh ke arah Sakura. "Nona, tempat ini begitu sepi, apakah Anda yakin?" tanyanya lagi.
Sakura tak menjawabnya, ia membuka tasnya, lalu mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu yen, kemudian memberikannya pada sang sopir. "Ini, Oji-san. Terima kasih," katanya, sebelum beranjak keluar.
"Nona, kembalian Anda ...." sang sopir taksi menghela napas, melihat Sakura pergi ke arah lapangan gelap dengan langkah yang diseret. "Apakah dia akan baik-baik saja? Tidak ada siapa pun di sini. Semoga saja tidak ada hal buruk padanya, " ujarnya, lalu melajukan mobilnya.
Seolah tidak menyadari ia sedang berada di mana, Sakura terus berjalan lurus. Embusan angin malam menerpa dirinya, membuat kimono tidur yang ia pakai berkibar. Ia bahkan seakan tidak merasakan hawa yang begitu dingin; mengingat ia hanya mengenakan kimono tidur untuk menutupi lingerie yang ia pakai, dan sendal tidur.
Begitu sampai di tengah-tengah lapangan, Sakura berhenti melangkah. Terpaan angin semakin besar, tetapi ia terlihat tidak peduli. Dengan air mata yang mengalir, ia menengadahkan kepalanya, menatap langit malam yang kelam——tak ada satu pun bintang mau pun bulan yang menghiasinya.
"Sasuke-kun," bisik Sakura pilu.
Tak pernah Sakura bayangkan, kalau Sasuke adalah seorang gay. Sasuke begitu sempurna, tidak ada celah yang membuat bungsu Uchiha itu terlihat buruk. Tapi, kenyataan yang ia dapatkan, menampar telak dirinya.
Seulas senyum miris terukir di bibir mungil Sakura. Kini ia tahu, alasan Sasuke tidak mencium bibirnya untuk menyempurnakan acara pemberkatan pernikahan mereka——memilih mencium keningnya dengan singkat.
Sikap Sasuke yang terang-terangan tidak ingin ia mendekat, menyentuh, atau bahkan melakukan malam pertama, terjawab sudah. Bungsu Uchiha itu juga rela memberinya obat tidur untuk menghidari malam pertama. Ia yakin, Sasuke juga memberinya obat tidur setelah mereka resmi menikah, dan akan melakukan malam pertama.
"Hiks hiks ... kenapa hiks?" isak Sakura, ia jatuh terduduk, dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Kenapa bisa seperti ini, Sasuke-kun? Huhuhu hiks hiks."
Sreeek! Sreeek! Sreeek!
Sebuah suara yang berasal dari belakang tubuh Sakura, tak membuat gadis musim semi itu menyadarinya. Rasa sedih yang sedang Sakura rasakan, seolah menulikan indra pendengaran, mematikan indra perasa, dan membutakan indra penglihatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conquer SEME Husband [END]
Romance[21+ IN SAVERAL CHAPTER]⚠️ "Kupikir kau akan menjadi budak ranjang Sasuke." "Hiks. Aku juga berharap menjadi budak ranjangnya, Ino." Bagaimana tanggapanmu, jika kau berhasil menikahi laki-laki yang kau cintai? Apa kau akan menunjukkan perasaan bahag...