Ada saat dimana aku sadar. Pada akhirnya aku berkali-kali jatuh cinta padamu meski seharusnya jangan.
--
Pagi cerah namun tidak secerah harapan Yerim selama ini. Senja yang terlihat indah namun pergi begitu saja secepat roda putar. Hari ini Yerim tidak tau keadaan hatinya seperti apa. Semuanya terasa begitu rumit, tanpa sebab membuatnya selalu terkurung dalam penderitaan yang tidak berujung.
Yerim berdiri dalam diam sesekali merapikan pakaiannya sejenak, hawa dingin menerpa dan menusuk kulit sensitifnya. Ia melangkahkan kaki menuju jalanan setapak di ujung Rumah. Gadis itu hanya berjalan tanpa suara.
“Sendirian saja Yerim?”
Yerim menoleh, mengalihkan pandangannya pada sosok Gadis bersurai pendek tak jauh disana. Ia menatap wajahnya cukup lama. Mungkin benar, beberapa orang memang peduli terhadap orang lain, “Bukankah setiap hari memang begini?” jawab Yerim.
Gadis bersurai pendek tersebut mengangguk, membenarkan ucapan Yerim. Dia memiliki wajah yang cantik dan ceria. “Kemarin aku mencarimu,” ucapnya.
Yerim tersenyum tipis. Kemarin ya, “Hana, maaf. Aku lupa kalau kita ada janji belajar di Perpustakaan.”
Hana hanya tersenyum menanggapi ucapan sahabatnya itu. Ia kemudian berbalik menghadang Yerim,
“Kenapa?” tanya Yerim agak sedikit kebingungan.
“Kita harus berpisah disini,” keluh Hana sembari memanyunkan wajahnya. Bukannya Hana marah pada Yerim. Namun dia memang harus berpisah jalan dengan Yerim karena ditunggu oleh sang kekasih di tempat lain.
“Jangan pasang wajah begitu didepan pacarmu nanti,” ejek Yerim sesekali tersenyum tipis.
Meski juga ditanggapi kekehan oleh Hana, namun nampaknya kini suasana hati Yerim sudah lebih membaik. Gadis itu kembali berjalan sendirian ditengah keramaian pejalan kaki yang lain. Ia tidak terlalu memperdulikan keadaan sekitarnya dan fokus pada pikirannya sendiri. Bahkan saat kakinya mulai berpijak dan memasuki pekarangan Sekolah pun tetap sama.
Yerim berjalan menuju Ruang Klub Radio terlebih dahulu karena hari ini adalah jadwal piketnya untuk pertama kalinya sejak berhasil diterima. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti begitu membuka pintu ruangan.
Ada sedikit rasa keterkejutan bagi Yerim ketika dirinya secara tidak sengaja menangkap sorot tajam dari Hawon disana. Yerim tidak tau dengan kata apa harus menjelaskan keaadan dirinya saat ini.
“Maaf menghalangi jalanmu,” ucap Yerim langsung menyingkir ke samping. Tadi itu hampir saja. Sebenarnya ada sedikit rasa senang begitu melihat keberadaan Hawon, namun Yerim tidak bisa dengan mudah mengekspresikan semuanya di depan Pria itu. Ia kembali melangkah menuju Meja dan meletakkan tas ranselnya disana.
Yerim merekatkan Airpods miliknya dan memutar beberapa lagu kesukaannya seraya mulai membersihkan Ruangan. Hati kecilnya sebenarnya berharap sekali jika Hawon kembali dan tinggal berdua dengannya, namun sekali lagi Yerim sepertinya harus tau diri.
Sudah setengah jam Yerim habiskan waktunya hanya untuk membersihkan ruangan ini. Agak keterlaluan sih membiarkan dia seorang diri membersihkan seluruh ruangan, namun Yerim tidak mengeluh mungkin ini hanya tes awal untuk diakui sebagai Anggota Klub. Yerim menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya, cukup melelahkan namun dirinya juga cukup senang melakukannya.
___
Tiga jam lalu kelas telah usai. Namun Yerim terlihat bingung disana. Kemana perginya benda persegi empat itu? Yerim memutar kembali ingatannya, tidak mungkin dirinya meninggalkan benda itu di Ruang Radio kan? pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreaming Of You [TERBIT] [End]
RomansaDi dunia ini, saat Yerim tidak lagi punya tujuan untuk bersandar. Sekalipun saat dia berkali-kali ingin menyerah dan juga merasa kesal secara bersamaan. Mengapa hanya dia? Mengapa rasa luar biasa ini membelenggu nalurinya. Saat rasa itu terpanggil d...