Chapter 11✔

185 42 14
                                    

Katanya melakukan hal yang terbaik.
Tapi malah tidak bisa mengendalikan segalanya dengan baik. Katanya tidak mau terusik, nyatanya malah
membuat pelik.
--

Yerim tentu kaget begitu menyadari sosok lain yang ikut tinggal di rumah ini. Dia sama sekali tidak menyangka kembali dipertemukan dengan sosok Hawon dengan keadaan tidak terduga.

Pemuda yang kerap kali membuat dirinya sakit hati tanpa sebab, pemuda dengan tatapan sorot tajamnya itu sukses membuatnya menunduk takut. Saat ini mereka sudah berada di Ruang utama tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Mungkin Yerim yang masih canggung untuk sekedar mencuri pandang pada pria yang kini ikut duduk di hadapannya.

Kaki jenjang Lelaki tua menyaksikan semuanya dengan raut wajah datarnya. Sorot matanya sejak tadi tak pernah sekalipun terlepas dari sosok Yerim yang kini masih sibuk menatap lurus kebawah

“Choo Yerim,” gumam Kakek Ji sejenak, mungkinkah ada hal besar yang masih belum Yerim ketahui? Ataukah beliau sejak kemarin hanya berpura-pura saja? Entahlah.

“Apa yang Ayah lihat?” ucap Wanita itu sembari mendekati Kakek Ji sesekali mengikuti arah pandangnya.

“Aku tidak yakin apakah bisa melenyapkannya,” gumam Kakek Ji lantas mengundang tatapan heran dari Wanita itu.

“Setiap kali melihat ke arahnya, aku selalu tersiksa.” Wanita itu berbalik menatap Kakek Ji, “Ayah lakukan sesuatu.”

Kakek Ji menggertakkan giginya. Amarah yang terlihat jelas saat ini. Semua kepura-puraan mereka lakukan kemarin sungguh membodohi pikiran Yerim. Gadis kesepian itu nampaknya sudah masuk ke dalam perangkap.

“Kamu masih ingin memperalatku atas semua tindakanmu dimasa lalu, huh!”. Suara Kakek Ji memecah keheningan di lantai bawah. Lelaki tua itu sepertinya sudah lepas kendali tadi, sedangkan Wanita di sampingnya langsung terdiam begitu Yerim menatapnya penuh penasaran dari bawah sana.

Yerim mendongakkan kepalanya. Ada sedikit keanehan begitu dirinya menangkap kata yang terselip di kalimat yang baru saja didengarnya itu. Pandangannya menurun begitu menyadari kedua sosok yang baru di kenalnya kemarin kini mulai melangkah menuruni anak tangga.

“Hawon, mau kemana?” suara Wanita itu agak sedikit meninggi begitu menyadari pergerakan dari Pemuda yang sejak tadi duduk bersama Yerim.

“Bukan urusanmu,” ucap Hawon dengan nada dinginnya.

“Di Rumah ini masih ada tamu, pantas kamu bersikap begini pada Ibumu!”

Hawon berbalik menatap tajam ke arah Wanita itu seakan tidak suka dengan setiap kata yang sudah keluar dari bibirnya. Mungkin disini Yerim mulai tahu darimana terciptanya sifat acuh seorang Kim Hawon.

“Kamu bukan Ibuku,” ketus Hawon langsung pergi meninggalkan ruangan tanpa membungkuk hormat sekalipun.

Kakek Ji sepertinya tidak mempermasalahkan hal itu karena sebagian dari sifat cucunya adalah hal yang wajar dan patut diterima oleh Wanita yang kini menyandang status sebagai anaknya.

“Selamat pagi.” Yerim membungkukkan badannya memberi hormat pada pemilih Rumah yang kini masih dipijakkan oleh kedua kakinya.

Yerim agak bimbang, pasalnya dia masih terlalu awam dengan segala yang terjadi di rumah hari ini. Gadis itu begitu penasaran kenapa barusan Hawon terlihat tidak suka begitu melihat kedatangan sosok Wanita cantik nan anggun didepannya itu.

Kakek Ji berjalan menuju salah satu Sofa kemudian mulai mendudukkan dirinya disana. Beliau sempat tersenyum pada Yerim sebelum mengambil gulungan koran diatas Meja.

Dreaming Of You [TERBIT] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang