Sudah satu setengah tahun berlalu. Rasa Januar pun Arasha masih abu. Sama sama suka namun enggan bersatu. Tak mau mundur, tapi takut pula untuk maju.
Sudah hari kelulusan. Kesempatan terakhir nyatakan perasaan. Itu pula bila mereka punyai keberanian.
.
.
.
.
.Arasha langkahkan kaki dengan senyuman. Dekati sang Januar yang sedang bersenda gurau dengan para teman.
Hari ini hari kelulusan. Wajah lega tampak terpatri di semua sudut penglihatan.
Tepuk bahu lirih, Arasha kode Januar lewat netra. Isyaratkan untuk ikuti dirinya, untuk bicara berdua.
Melangkah bersama, tak ada yang coba bangun obrolan diantara keduanya. Lantas berhenti kala sampai di lapangan belakang sekolah.
"Pertama, selamat buat kelulusannya?" pernyataan sekaligus pertanyaan Arasha hadiahkan kekehan sang Januar.
"Iyaaa, selamat juga Arasha buat kelulusannyaaa."
"Errrr, aku bingung," Arasha tundukkan kepala. Hentak hentakkan sepatu depannya. Otaknya tengah sibuk rangkai kata.
"Mau ngomong apa Arasha Anjasmaraa," Januar tersenyum gemas. Lucu, batinnya.
"Kamu tuh pasti tau aku mau ngomong apa!!"
Januar kerutkan dahi, berlagak tak mengerti.
"Loh, emang apaan? aku gatau tuh."
Arasha hela nafas dalam. Siapkan diri untuk beri pengakuan.
"Satu setengah tahun yang lalu aku bilang ke kamu, kalau mau usaha buat bahagiaku, bahagiamu. Sekarang aku mau wujudin itu. Kita udah lulus, jadi aku ngerasa udah saatnya kita lebih berani." Arasha beri jeda sedikit dalam kalimatnya, kemudian lanjutkan celotehannya.
"Kalau yang kamu takutkan tuh anggapan orang lain ke kita, kamu gak usah mikir itu. Kalau kamu gak siap dunia tahu, yaudah mereka gak perlu tahu. Aku cuma mau kita sama sama yakin dan sama sama tahu kalau kita punya satu sama lain. Mau ya.. Januar?"
Januar tertegun sejenak, tatap netra Arasha lamat lamat.
"Arasha yakin?"
Arasha anggukkan kepala mantab.
"Sayangku, jujur aku emang takut dunia tahu. Diberi tatapan hina dari banyak pasang mata selalu buat kita merasa kecil kan Arasha? Merasa gak punya tempat buat kita di dunia. Tapi sayang, kalau kamu mau, ayo kita buat tempat kita sendiri. Kita gak perlu sembunyi. Kalau memang mereka gak bisa terima kita, yaudah kita bangun tempat sendiri di dunia. Jadi kalau kamu tanya aku mau apa nggak sama kamu. Udah jelas jawabannya gak sih? haha."
Malu. Arasha malu. Tapi jawaban Januar masih belum sah di rungu.
"Belum jelas. Aku mau kamu jawab iya atau enggak."
Januar lagi lagi tersenyum lugu. "Iya sayangku, aku mau."
Saling mendekap hangat, senyum tak henti henti mendarat.
"Finally i'm yours and you're mine" bisikan rendah Januar di telinga Arasha buat dekapan makin mengerat.
Selesai, keduanya lepaskan pelukan. Masih dengan tangan yang menggenggam, keduanya putuskan kembali bergabung dengan para teman.
Akhirnya, hari ini mereka resmi berhubungan. Setelahnya, doakan saja mereka dapatkan kebahagiaan.
-end
yeyyy, beneran ending!! maaf ya kalau molor dan mengecewakan...🙇🏻♀️
sekali lagi makasih udah baca, dan tunggu faii di book selanjutnya^^
tapi btw kalau boleh tanya, menurut kalian siapa ship yang 2 2 nya keliatan dominan dan bisa saling ngedominasi? makasih yang udah mau jawab=D
KAMU SEDANG MEMBACA
⚘◂ jαnαrdαnα៹↲
FanfictionSelama 2 minggu, Asha mendapat puisi puisi singkat dan satu susu kotak dalam loker bangkunya. Puisi singkat, tapi terlihat memujanya. Asha yang awalnya tak menghiraukan lama lama penasaran juga. Siapa sebenarnya dibalik nama Janardana yang selama in...