hari kesembilan

218 58 7
                                    

Sudah bagai dewa
Parasnya dipuja banyak pasang mata
Lakunya dielukan para wanita
Kamu ini, manusia bukan ya?

-janardana

"Manusia" Asha menjawab soalan dari puisi yang diterimanya.

"Hah?" Asha tersentak. Badannya mulai menegak. Kemudian tolehkan kepala pada sosok yang kini sudah duduk di sampingnya.

"Kenapa sih suka banget tiba tiba?"

"Ya kamu tiba tiba ngomong manusia, siapa yang gak bingung coba?"

"Aku habis baca surat dari Janardana. Kamu gausah rese, aku lagi males berantem." Asha tatap malas sang Januar. Dirinya sedang tidak mood untuk bertengkar. Tidak mood untuk digoda sampai pipinya memerah seperti ditampar.

"Iri deh." Ungkapan Januar yang tiba tiba hanya dapat lirikan malas dari Arasha.

"Iri kenapa?"

"Kamu kalo sama Janardana jadi soft banget? sama aku mah apaan, cuma diumpatin mulu akunya."

"Perasaan dari dulu aku udah jadi manusia paling soft sejagat raya??!?"

"Enggak. Bohong banget. Kalo bisa diukur, dulu intensitas soft kamu tuh cuma 3/10. Tapi habis dapet surat dari Janardana kamu mendadak berlagak kaya orang paling soft di dunia."

"Ya soalnya Janardana juga soft??? masa dia ngasih aku puisi mau aku bales maki maki? aneh."

"Kalo Janardana liat kamu kaya gini, paling dia jadi geli."

Bibir Asha membentuk lengkungan ke bawah secara tiba-tiba. "Jadi mikir, Janardana ini beneran suka aku gak ya? Kok gak pernah nampilin muka??"

"Ya emang kamu pernah nyoba nyari dia?" Tanya Januar dapat anggukan ragu sebagai jawabnya.

"Pernah kok, tapi gak ketemu. Bingung, males, buntu. Gatau deh pusing banget."

"Emang kalo ketemu Janardana mau ngapain?"

"Siapa tau dia mau nembak aku."

"Emang kalo dia nembak bakal kamu terima?"

Pertanyaan itu, kenapa buat lidah Arasha jadi kelu? Pasalnya dirinya juga tak tahu.

"Ya nggak tahu."

Januar terkekeh geli. Tangkup Asha tepat pada kedua pipi. Kemudian tepuk tepuk pelan seolah tak mau menyakiti.

"Kamu aja gak yakin sama jawabanmu Asha. Gimana kalo nanti Janardana udah nembak tapi kamu malah tolak? Kasian dong dianya."

Yang ditepuk pipinya mulai kerutkan dahi.

"Ya kan usaha. Lemah amat gitu doang gak berani."

Jawaban Asha dapat kerlipan kecil dari sosok di depannya. Seolah tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Semua orang takut sama penolakan Sha. Gak semua orang seberani itu ngambil resiko. Harusnya kamu paham kalo ngungkapin perasaan bukan cuma masalah usaha atau bukan."

Nadanya cukup rendah. Namun Asha tau pasti bila Januarnya ini tengah tahan amarah.

"Kenapa jadi kamu yang keliatan marah?"

"Enggak marah, cuma gak habis pikir sama omongan kamu. Kamu bisa bilang gitu soalnya kamu selalu dikejar dan gatau rasanya takut sama penolakan."

Jawaban dari Januar buat Asha sedikit tersinggung.

"Aneh, kamu aneh."






tbc

⚘◂ jαnαrdαnα៹↲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang