22. Siapa mereka?

437 46 61
                                    

🏴‍☠️🏴‍☠️🏴‍☠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏴‍☠️🏴‍☠️🏴‍☠️

Kecepatan motor Arlando sangat tinggi begitu Jessica menekat ingin menyakiti dirinya sendiri. Tadi pagi, Arlando dapat pesan dari pacarnya itu, sebuah keluhan saja awalnya, tapi begitu di scroll ke bawah, Jessica mengetikan bahwa dia akan menyakiti dirinya sendiri sebagai pelampiasan.

Tidak, Arlando tidak mau itu terjadi lagi. Arlando tidak mau Jessica-nya menyakiti dirinya sendiri lagi.

Begitu Arlando sampai di rumah bercat putih itu, dia langsung membuka pintu, menaiki satu persatu anak tangga.

Clek! Pandangan pertama yang Arlando lihat saat membuka pintu adalah Jessica yang sedang menatap kosong langit atap, dengan air mata menyertai. Tapi, wajah perempuan itu tetap datar.

Arlando lemas. Lemas melihat Jessica seperti itu. Bahkan, tampak sedikit darah keluar dari telapak tangan Jessica yang terperban.

"Jessica." Arlando mendekati perempuan itu, berlutut di sampingnya, menatap wajah datarnya. Sial, Arlando sakit rasanya melihat Jessica seperti ini. "Kenapa? Kenapa harus gini?" Tanya Arlando dengan suara bergetar.

Tangannya menyentuh telapak tangan Jessica, meremasnya, menatap mata Jessica dengan dalam. "Aku udah bilang sama kamu, kalo kamu ngerasa lagi kacau, telepon aku. Biar aku tenangin kamu lewat telepon. Telepon aku, minta aku buat dateng."

Arlando menghela nafas sesak. "Kamu bisa jadiin aku samsak. Jadiin aku pelampiasan kamu, di dalam keadaan kayak gini."

Tangannya menarik tubuh Jessica, mendekap Jessica, merasakan rasa sakit yang luar biasa melihat Jessica seperti ini. "Aku di sini, Sayang. Selalu di sini. Jangan gini."

Jessica bersuara, menjelaskan apa yang di rasakannya. "Kacau banget Land. Aku gak pernah ada benernya kalo di mata Papa. Selalu salah. Kemaren dia marah-marah, hampir mukul aku. Kalo Kaleva nggak ngehalangin, mungkin kejadian pas aku kecil terulang lagi."

"Sialan! Seharusnya yang koma itu kamu, bukan temen kamu!" Kalimat yang Arthur lontarkan tadi malam benar-benar terngiang di kepala Jessica.

Arlando mengepal tangannya marah, tapi Arlando tau, dia harus menenangkan Jessica sekarang. Di redanya amarah itu, mengelus punggung Jessica.

"Aku di sini."

Arlando melepas dekapan, menatap telapak tangan Jessica yang terperban berdarah. "Kamu ngapain sampe bisa berdarah gini?"

"Aku sayat telapak tangan aku pake ini. Gak nyangka kalo perbannya bakal langsung sobek." Jessica menunjukan pisau kecil di tangannya.

EROTAS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang