ᴅᴜᴀ ᴘᴜʟᴜʜ ꜱᴇᴍʙɪʟᴀɴ

4.3K 414 94
                                    

Raka menghela napas dan menatap sendu wajah pucat milik keponakannya yang kini di khiasi masker oksigen.

Beberapa waktu yang lalu ia mendapat kabar jika Vino kembali Collaps dan betapa syok-nya ia saat mendapati Vino yang kembali tidak sadarkan diri, ohh jangan lupakan lukanya yang kemarin di jahit kembali terbuka.

"Kita gak boleh biarin mereka menang Vin. Terutama dia, dia harus bertanggung jawab atas kematian ibu mu." Ucapnya seraya memegang tangan sang keponakan.

Vino yang sudah sadar sejak tadi tampak meremat kecil selembar kertas bergambar sketsa wajah seseorang yang beberapa waktu lalu di berikan oleh Devan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vino yang sudah sadar sejak tadi tampak meremat kecil selembar kertas bergambar sketsa wajah seseorang yang beberapa waktu lalu di berikan oleh Devan

Di depan orang lain ia harus berpura-pura baik-baik saja, seolah ini hanyalah masalah sepele, tetapi di belakang itu, ia merasa sangat ketakutan.

Salah jika ia merasa takut sekarang?

Jelas ia takut, saat tiba-tiba ada seseorang yang menikam dirinya dan mengatakan banyak hal yang tidak ia mengerti.

'Bun, aku harus gimana?'

Devan menyerahkan sebuah map pada Vino saat hanya ada mereka berdua di ruang perawatan itu.

"Aku gak tidur demi ini. Pokoknya kalau udah sembuh, abang harus traktir Devan."  Ucap Devan dengan wajah tanpa dosanya.

"Siap, Thanks dek."

Devan mengangguk, lalu menatap sang kakak dengan wajah seriusnya "Gimana bang, udah ada perkembangannya?"

"Soal?" Tanya Vino seraya membuka map tersebut dan terdapat selembar kertas di mana tergambar seseorang di sana, wajahnya memang tidak terlihat jelas.

"Ooo, Btw, cuma itu yang bisa aku gambar, orang itu pakai topi jadi aku gak liat muka-nya dengan jelas."

Deg!

Di lihat dengan seksama dan dari pakaian yang di gambar Devan, Vino memang yakin jika orang ini adalah orang yang sama dengan yang sudah menikamnya.

Jadi orang ini memang sengaja dengan aksinya sebelum pada akhirnya melukai.

"Abang,?"

"Ha? Sorry. Lo bilang sesuatu?" Tanya Vino seraya menolehkan atensinya pada sang adik.

Devan menghela nafas, "Bang, kalau butuh teman buat curhat, abang harus inget, sekarang abang udah gak sendiri lagi, abang punya Devan sama yang lain, yang jelas akan selalu ada buat abang." Ucap Devan, yang kali ini terdengar begitu dewasa dan tak ayal membuat Vino tertawa lalu meringis kecil saat lukanya terasa perih.

Devan berdecak kecil, "Ini bukan masalah kecil yang bisa abang selesaikan sendiri."

"Iyaaaa..." Gemas Vino.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐒𝐀𝐔𝐃𝐀𝐑𝐀 ? (SOTB LOKAL VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang