9. | 𝑻𝒉𝒆 𝑻𝒓𝒖𝒕𝒉

283 30 1
                                    


Aerin baru saja pulang dari shift kerja nya. Ia kini sudah nyaman duduk di sofa, menatap laptop nya yang menyala di tengah kamar nya yang gelap karena memang sengaja ia matikan lampunya agar menambah suasana seperti di bioskop.

Nonton drama korea.

Ia memakan keripik kentang di tangan nya tanpa pandangan dari layar laptop yang sedang memutar drama korea yang baru saja ia download kemarin.

Wonyoung menyarankan nya beberapa judul dan aerin pun langsung mengunduh nya kemarin mengingat di toserba tempat nya bekerja menyediakan WiFi gratis.

Lumayan kan.

Ia melongo kala melihat adegan kiss yang tiba-tiba lewat begitu saja tanpa permisi, mereka melakukan nya tanpa beban dan melakukan nya seperti mereka memang ingin melakukannya.

Ia menggeleng pelan sembari bertepuk tangan.

"Jadi aktor susah ya...." Gumam nya di sela kunyahan.

Film itu masih terus berlanjut dan seiring itu pula aerin terus melahap cemilan yang sengaja siapkan untuk maraton kali ini. Sesekali ia bangkit menuju dapur untuk mengambil air putih atau cola untuk menyegarkan tenggorokan nya.

Film itu berakhir dengan aerin yang menangis sesegukan, sang karakter utama pria mati demi menyelamatkan sang gadis pujaan.

Aerin mengusap ingus nya, ia sedih dan marah bercampur aduk menjadi satu.

Bagaimana tidak, sang pemeran utama wanita dengan mudah nya kembali ke pemuda yang ia sukai dan hidup bahagia.

'Tidak tau terima kasih' , begitu lah batin aerin.

Gadis itu bangun dari posisi nya, membersihkan kekacauan yang sebagian besar adalah bungkus-bungkus makanan ringan dan botol-botol cola yang berserakan. Merapikan kembali tempat tidur nya, tak lupa ia mengembalikan laptop nya sebelum patah menjadi dua bagian karena ia duduki nanti nya.

Bulan purnama sudah membumbung tinggi di langit sana.

Aerin menatap nya cukup lama, ntah kenapa sejak kecil ia selalu terpana dengan benda langit itu. Ia merasakan kedamaian kala ia terkena sinar rembulan.

Saat ia mencuci piring, tak sengaja telinga nya menangkap suara seperti benda jatuh di belakang rumah nya. Dengan segera aerin pergi melihat darimana suara itu berasal.

Tak ada siapapun atau apapun, tak ada yang janggal di sana.

Aerin menyerengit bingung, lalu darimana suara itu ??. Ia melangkah keluar untuk memastikan lebih detail.

Sebenarnya dia parno dengan hal-hal berbau mistis seperti ini kalau saja ia malah bertemu mbak kunti dan kawan-kawan nanti nya, tapi bisa rumit jika yang masuk ke rumah nya adalah seorang pencuri.

Dia bisa tinggal nama saja.

Ia berjengit kaget kala melihat seseorang berdiri di belakang pohon, menatap nya dengan intens. Aerin meneguk ludah nya kasar, dengan tangan yang gemetar ia mencoba menggapai sekop taman yang tak jauh dari nya sebagai senjata.

"S-siapa kau ?! Bagaimana kau bisa masuk ke mari ?!" Tanya aerin sambil menyiagakan sekop taman.

Orang itu diam membisu. Aerin melangkah mundur perlahan hingga punggung nya membentur sesuatu di belakang nya.

Aerin berputar cepat, seseorang bertubuh tinggi berdiri di belakang nya, senyuman tipis terlihat mengerikan di wajahnya yang pucat.

Oke, jelas-jelas mereka bukan pencuri dengan wajah sepucat itu.

Aerin hendak berlari masuk ke dalam rumah, namun seseorang Sudah berdiri disana seolah tidak memperbolehkan nya kabur. Ia bersandar di ambang pintu seraya melambaikan tangannya seolah menyapa aerin dengan senyuman manis.

𝑳𝒖𝒏𝒂 𝑷𝒖𝒆𝒍𝒍𝒂 || 𝑻𝑹𝑬𝑨𝑺𝑼𝑹𝑬 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang