first week

574 129 1
                                    

Yujionna rutin menanyakan kabar Papa ke adiknya. Tak lupa, Yujionna juga rutin mengisi saldo e-money adiknya itu secara diam-diam, sebab sejak adiknya itu masuk SMA, dia menolak menerima uang dari Yujionna. Selama itu, Eric mengandalkan uang dari keseriusannya sebagai atlet taekwondo junior.

Pagi itu, Yujionna berjanji akan lari pagi dengan Giovanno dan Kalaresh. Selagi menunggu waktu, Yujionna habiskan waktunya untuk ngobrol dengan Eric melalui video call.

"Luka apa itu, Ric?" tanya Yujionna saat Eric tak sengaja menunjukkan plester di tangannya.

"Sobek ketendang temen waktu sparring semalem."

"Belom tidur?" tanya Yujionna ketika teringat di Jakarta masih jam empat pagi.

"Belom. Eh, Kak,"

"Apa?"

"San."

Yujionna memandang lurus ke Eric yang kini tampak ragu untuk meneruskan kalimatnya. Yujionna tahu bagaimana Eric, teman clubnya, bahkan Coach Dean yang selalu berusaha hati-hati akan perasaannya jika ada hal yang berhubungan dengan San.

Seiring berjalannya waktu, Yujionna menyadari bahwa sakit di hatinya bukanlah tanggung jawab semua orang. Yujionna tidak bisa membayangkan bagaimana repotnya orang-orang berusaha menjaga hati yang patahnya tidak disebabkan oleh mereka.

Yujionna mengangguk, "Kenapa San?"

"Dia masuk list 2nd Open Water Swimming Championship 2024."

"Iya. Dia balik ke Jakarta minggu depan bareng dua temen lainnya."

"Selama di sana udah ketemu sama lo?"

"Udah kok. Minggu lalu dia ke rumah." jawab Yujionna tenang.

Eric tampak gusar di layar tablet Yujionna. "Dia gak macem-macem kan?"

Yujionna terkekeh. Sejak kapan adiknya jadi sangat pengertian dan protektif seperti ini? "Kenapa emangnya? Mau lo ajak sparring?"

"Anak renang pasti kalah kalo gue ajak tonjok-tonjokan."

"Eric!"

Eric tampak tidak peduli dan kembali mengurut tangannya yang terasa kebas karena sparring semalaman. "Gue mau tidur seharian setelah ngurusin Papa."

"Tidur aja. Gue mau jogging sama Gio dan Aresh."

Eric mengangguk. "Papa baik, Kak. Gak usah khawatir."

"Lo juga baik-baik ya."

Eric pamit dengan lambaian tangannya. Setelahnya, sambungan telpon dimatikan.





***





Yujionna turun ke lantai satu sebab ada aroma roti bakar yang membuatnya lapar. Di dapur, Kalaresh tengah sibuk mengolesi mentega di alat roti panggang. Di sebelahnya, Giovanno tampak tidur dalam keadaan duduk dengan kepala yang disandarkan ke tumpukan tangannya.

"Peluk." pinta Giovanno yang sudah setengah bangun.

"Males." jawab Yujionna.

"Peluk aja. Rewel tuh dari pagi." sahut Kalaresh yang kini sibuk mengoleskan selai Aohata, selai yang terkenal di Jepang.

"Kenapa?" tanya Yujionna yang kini menangkup kepala Giovanno dan membawanya ke pelukannya. "Sakit?"

Giovanno menggeleng. "Lemes aja."

"Kurang gula?"

Giovanno menggeleng.

"Kurang vitamin?"

Okinawa | RemakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang