silent tears

540 113 0
                                    

"Nona?"

Yujionna memaksakan matanya yang masih berat itu untuk terbuka.

Pintu kamarnya masih diketuk beberapa kali dari luar. Dengan suara serak khas bangun tidurnya, Yujionna meminta Kalaresh untuk masuk.

"Kenapa?" tanya Yujionna.

"Ada Kak Hanna di depan, katanya mau ketemu lo."

"Yang bener lo."

"Ngapain gue bohong?" Kalaresh melangkah menuju arah jendela lalu membuka gorden grommet yang menghalangi masuknya cahaya ke kamar Yujionna. "Ayo, Nona. Kasian masa disuruh nunggu gitu di bawah."

"Gue mandi dulu."

"Katanya dia cuma mau ngobrol sebentar sama lo."

Yujionna jadi berpikir. "Ngobrol apa?"

"Gue suruh ke atas aja ya?"

Yujionna mengangguk lalu bangkit dari kasurnya. Belum sempat dia melangkahkan kakinya, Hanna sudah lebih dulu mengintip ke dalam kamarnya dari luar.

"Hai Nona. Kata Gio gue boleh ke atas aja." panggilnya.

"Kakak! Gue baru bangun," Yujionna memeluk Hanna lalu menarik tangan perempuan itu masuk ke dalam kamarnya.

"Maaf ya Kak, masih begitu bentukannya." ujar Kalaresh sebelum benar-benar pergi dari kamar itu. "Kak Hanna udah makan?"

"Udah kok. Tadi di bawah dikasih jus jeruk juga sama Gio."

"Ya udah. Gue tinggal ya," pamit Kalaresh.

Yujionna menatap Hanna dengan senyumnya. Hanna Aubree tidak pernah tidak mengesankan. Bahkan dengan dress tanpa lengan dengan desain seadanya dan wajah tanpa riasan, Hanna terlihat sangat cantik pagi itu.

"Kapan flight lo ke Jakarta, Kak?"

"Besok sore."

Yujionna mengangguk. Butuh waktu beberapa lama bagi Yujionna hingga akhirnya dia menyadari mata Hanna lebih bengkak dari biasanya. Tak lama, mata itu memerah dan bulir-bulir air mata mulai berjatuhan dari sana.

"Kak,"

Hanna menunduk. Dia tangkup wajah mungilnya dengan tangannya yang dingin. Diam-diam Yujionna menatap cincin silver yang tidak asing baginya.

Cincin milik San.

Hati Yujionna seakan dihujam ribuan pisau yang runcingnya bukan main. Untuk sesaat, Yujionna harus menahan napasya karena setiap usahanya untuk memasuki oksigen ke dalam paru-parunya itu justru membuat dadanya nyeri.

"Nona..."

"Kak Hanna, you know how I feel. You know I'm good with this."

Hanna menggeleng. Kembali di ingat-ingat bagaimana Yujionna menjadi yang pertama untuk mendatangi ruang tunggu dengan cooling spray yang masih utuh itu untuk kemudian diberikan ke Hanna yang saat itu sedang membutuhkannya. Yujionna pijat lengan Hanna yang kebas karena bermain seharian penuh di hari itu. Pada akhirnya, kemenangan berpihak ke Yujionna, namun dengan hati yang lapang, Yujionna mendatangi Hanna untuk membesarkan hatinya yang sedang kalut akan kekalahannya.

Yujionna bukan junior biasa bagi Hanna. More than everything, Yujionna is her little sister.

Suatu ketika, Yujionna ajak Hanna ke tribun menuju Papanya yang terduduk di kursi roda. Hanna peluk Papa Yujionna seraya membisikkan bagaimana lawan mainnya itu sangat keren dalam meraih kemenangan. Susah payah Eric dan Yujionn artikan apa yang ingin Papa katakan kepada Hanna, yang ternyata merupakan "Hanna juga sudah hebat di permainan tadi. Kemenangan Yujionna dibagi dua, supaya Hanna menang juga."

Okinawa | RemakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang