Setelah menghabiskan beberapa bulan di Okinawa, Yujionna mulai terbiasa bergabung dalam percakapan teman-teman yang berasal dari Jepang. Karena kelasnya adalah kelas internasional, maka tidak semua temannya menggunakan bahasa Jepang untuk komunikasi sehari-hari. Namun, mau tidak mau mereka mempelajari bahasa itu untuk sekedar bertahan hidup di sana. Yang awalnya menolak belajar karena malas kebingungan, akhirnya Yujionna bisa berbahasa Jepang dengan sendirinya.
Sore itu dia habiskan dengan teman-teman kelasnya di auditorium sambil membahas International Tennis Federation (ITF) 2023 yang diadakan di Wimbleon. Akhirnya teman-teman Yujionna tahu bahwa dia adalah atlet ternama asal Indonesia, begitu juga dengan beberapa temannya yang ternyata atlet dari masing-masing negaranya. Program ini membuat Yujionna sadar bahwa banyak orang yang sedang berjuang untuk mengejar mimpinya setelah melewati berbagai rintangan selama di perjalanan. Sama seperti mereka, Yujionna juga menceritakan bagaimana sulitnya menjadi dirinya selama ini. Tidak jarang Yujionna membenci tenis, namun dia selalu tahu apa yang membuat semangatnya kembali ke lapangan dengan raket tenis di genggamannya.
She fell out of love with tennis for thousand of times.
Sering Yujionna pulang latihan dengan berderai air mata sambil memaki betapa payahnya dia selama di lapangan. Sering juga Yujionna bilang ke Coach Dean bagaimana muaknya dia melihat raket dan bola hijau itu selama beberapa tahun belakangan.
Satu yang Yujionna tahu; dia tidak boleh berhenti berjuang.
Jika bukan untuk dirinya, maka dia harus tetap berjuang untuk Papa, Eric, dan Mama.
Yujionna ingat bagaimana Mama memeluk Yujionna yang masih kecil beberapa tahun yang lalu. Kala itu, Mama membisikkan bagaimana Yujionna akan menjadi orang yang sangat keren jika Yujionna tidak pernah menyerah dan selalu semangat mencoba. Jika gagal, bangkit lagi. Jika terlalu berat untuk bangkit, maka mulai dari merangkak.
Suatu ketika, Mama harus pergi dari dunia Yujionna. Pagi itu, ditengah banyaknya manusia yang datang untuk mengantar kepulangan Mama dari dunia, Yujionna fokus sembunyi di belakang punggung Papa. Berulang kali Yujionna gumamkan takut di belakang Papa hingga akhirnya dia menemukan Eric yang sedang memeluk lututnya di ujung ruangan. Lantas Yujionna hampiri adik kecilnya untuk dia bawa ke pelukannya. "Ada Kakak. Kamu gapapa." begitu kata Yujionna.
Memang, sudah tidak ada Mama lagi yang akan mengelus rambutnya sambil berkata "Ada Mama, Kakak gapapa.", tetapi Yujionna percaya Mama akan selalu menjaganya dari sana.
Yujionna yakin, harapnya untuk selalu kuat di pijakannya itu bukan semata-mata miliknya, melainkan ada harapan dari Mama, Papa, dan Eric juga di sana.
***
Awalnya Yujionna hendak menyusul Kalaresh di lapang baseball milik kampus yang berada di gedung utama. Namun, Yujionna ketinggalan bus terakhir, akhirnya dia sampaikan maafnya ke Kalaresh karena tidak jadi menyusul dan makan malam bersama.
Dengan langkah gontai, Yujionna jalan menuju arah rumah yang tidak jauh dari kampus.
Ternyata lampu luar sudah dinyalakan, tanda bahwa Giovanno sudah pulang sejak sore hari. "Gio?" panggil Yujionna.
"Di atas, Nona!"
"Lagi apa?"
"Lagi beres-beres."
"Gue siapin makanan ya. Kita makan duluan, gak usah nunggu Aresh." ujar Yujionna yang langsung memanaskan air di panci untuk membuat sup seadanya.
Selama di Okinawa, berbulan-bulan mereka tidak bosan memakan sup atau makanan hangat lainnya demi memanjakan perut. Kalau sedang malas, Yujionna hanya memasak ramen instan yang akhirnya tetap disantap habis oleh Giovanno dan Kalaresh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Okinawa | Remake
FanficHere in Okinawa, let's just let the wave washes the pain away.