the cut that always bleeds

506 115 1
                                    

Walaupun menghadiri kelas yang sama, Yujionna dan Giovanno sangat jarang melihat Kalaresh sebab anak itu sering dilanda kesibukan lainnya di club sepak bola yang banyak pertemuan tidak pentingnya.

"Mana si Kalaresh Kalaresh itu?" tanya Yujionna saat menemui Giovanno di tempat yang sudah dijanjikan sebelumnya sebab Giovanno harus ke perpustakaan dan Yujionna harus ke gedung rektorat untuk mengurus sesuatu yang genting.

"Kita duluan aja. Dia masih kumpul dan latihan. Ada program ngajar club futsal junior dan dia ikut jadi pengajarnya."

"Sibuk banget. Gue kan kangen."

Giovanno mendelik. "Gue nih di depan mata lo gak pernah lo kangenin!"

"Justru karena lo di depan mata gue terus makanya gue muak!"

"Serius lo ngomong kaya gitu, Nona?" Giovanno menghentikan langkahnya. Kini tangannya meramat dadanya dramatis. "Sakit banget."

"Apa sih? Udah ayo pulang! Katanya mau ke tempat ramen dulu?"

"Nona..."

Yujionna memperhatikan bagaimana terlukanya Giovanno di belakang sana. Dia berdecak frustasi. "Gapapa. Gue sama laki-laki Jepang aja makan ramennya."

"Enak aja!" jerit Giovanno lalu menyusul langkah Yujionna. "Emang lo naksir siapa?"

"Bukan urusan lo!" balas Yujionna.

"Lo dideketin ya sama temen kelas? Namanya siapa? Yang atlet Hungaria itu ya?"

"Gak usah nanya-nanya."

"Mendingan juga gue gak sih? Gimana menurut lo?"

Yujionna menggelengkan kepalanya lalu berlari menuju kedai ramen yang ada di ujung jalan. Tak mau ditinggal, Giovanno menyusul dengan tangan yang kemudian dia kalungkan di leher Yujionna.


Kedai ramen tidak pernah sepi. Padahal mereka sedang di Okinawa, bukan di pusat kota seperti Tokyo atau kota besar lainnya. Namun, mereka tetap harus menunggu beberapa menit sebelum akhirnya mendapat slot duduk dan siap menyantap ramen.

"Lo yang pesenin." pinta Yujionna.

"Gak lah. Lo aja."

"Suit?"

Giovanno mengangguk lalu menyaksikan bagaimana dirinya kalah melawan Yujionna. Dengan berat hati, dia kumpulkan keberanian dan pengetahuannya untuk memesan ramen dan side dish lainnya dengan bahasa yang seadanya.

Chashu Don dan Ajitsuke Mayashi Ramen sudah ada di hadapan mereka. Tak hanya itu, Giovanno juga memesan Gyoza tambahan dan chili oil yang paling enak sedunia menurutnya.

Giovanno menunggu Yujionna mengikat rambutnya, menggulung lengan kemejanya, memotret makanannya, mengabari adiknya, hingga termenung dua menit hingga makanan di hadapannya tidak panas lagi. Sudah berkali-kali Yujionna minta Giovanno untuk makan duluan, namun laki-laki itu menolak dan berikeras ingin memulai makan bersama-sama.

Karena makanan mereka masih mengepul, Yujionna terpaksa harus menunggu sedikit lebih lama lagi agar lidahnya tidak terluka karena makan makanan yang masih panas. Diam-diam Giovanno menahan rasa laparnya yang sedikit lagi membunuhnya.

"Kita beliin Aresh apa? Dia pasti gak sempet makan malem." tanya Yujionna.

Giovanno membenarkan posisi anak rambut Yujionna yang berterbangan asal sebab angin masuk dari sisi-sisi kayu jendela di kedai ini. "Coba tanya."

"Pesan gue belom dibales dari pagi."

"Berarti belum ada waktu senggang. Kita beliin dia katsu aja, nanti tinggal dipanasin di rumah."

Okinawa | RemakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang