"Gio, bangun." Yujionna membangunkan Giovanno untuk ketiga kalinya.
"Iya."
"Iya doang tapi gak bangun. Lo udah ditelponin orang-orang nih. Gak malu dicariin satu kampung?"
"Iya." jawab Giovanno lagi.
"Gio!"
"Iya, Nona. Ini kan udah bangun."
"Mandi! Nanti ditinggal kumpul sama temen-temen!"
Giovanno bangkit dari kasurnya. Hari ini dia harus menghadiri acara club yang akan melakukan kunjungan ke club kampus lainnya. Meskipun tidak jauh, namun Giovanno merasa sangat malas untuk mengikuti kegiatan itu.
Setelah memaksakan diri untuk bersiap-siap dan sarapan seadanya, akhirnya Giovanno berangkat menuju kampus meninggalkan Yujionna dan Kalaresh di rumah.
***
Kalaresh belum keluar kamar sejak semalam. Karena khawatir, Yujionna mengetuk pintu kamar lelaki itu untuk kemudian masuk dan membuka gordennya lebar-lebar. Saat sinar matahari mulai menerangi kamar Kalaresh, lelaki itu mulai bangun dan tersenyum ketika melihat Yujionna yang sedang duduk di karpet yang ada di kamarnya.
"Nona," sapa Kalaresh.
"Jalan yuk hari ini. Gio baru pulang nanti malem."
"Boleh. Mau ngapain?"
"Gak tau. Lo mau apa?"
"Jalan aja naik bus. Nanti kita cari makan yang enak di deket pelabuhan sana."
Yujionna mengangguk lalu membiarkan Kalaresh siap-siap untuk memulai petualangan kecil mereka.
Yujionna selalu suka dengan Kalaresh. Selain sikapnya yang selalu tenang, Kalaresh juga tidak terlalu banyak bicara. Jika dibandingkan dengan Giovanno yang menggigil jika tidak bicara selang lima detik, Kalaresh justru akan menggigil jika terlalu banyak bicara.
Biasanya Yujionna tidak terlalu menyukai orang yang pendiam. Selain merasa terbebani untuk terus mencari topik pembicaraan, Yujionna juga malas terjebak dalam suasana canggung. Namun, Kalaresh berbeda.
Jika dengan Kalaresh, Yujionna tidak pernah merasa terpaksa untuk menjadi yang aktif dalam setiap obrolan. Sering Yujionna biarkan dirinya dan Kalaresh larut dalam keheningan yang lama. Ternyata, hening bisa bersifat menenangkan.
Pagi itu mereka berdua memutuskan mampir ke pasar yang ada di dekat halte bus. Setelah membeli dua roti dengan isi kacang merah, mereka memulai perjalanan dengan bus pertama.
Selama perjalanan, Kalaresh menanyakan kabar dan kesibukan Eric. Dengan singkat Yujionna jelaskan bagaimana Eric menjalani hari-harinya sebagai atlet taekwondo junior. Selain itu, Kalaresh juga bertanya bagaimana keseharian Yujionna di Jakarta yang lalu mengundang jawaban yang menyenangkan untuk Yujionna ceritakan.
Sebagai gantinya, giliran Yujionna yang membuka pertanyaan untuk mengupas hidup Kalaresh.
"Jadi anaknya Prof Vito gimana, Resh? Seneng gak punya Papa hebat?" tanya Yujionna.
Kalaresh tampak menatap lurus ke depan. Dia pandangi anak-anak sekolahan yang baru saja mau berangkat dengan tas yang penuh dan tampak berat.
Seneng gak punya Papa hebat?
Apakah Papanya hebat?
Apakah seorang Vito Morrigan Barresh adalah sosok yang hebat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Okinawa | Remake
FanfictionHere in Okinawa, let's just let the wave washes the pain away.