down the road in Tokyo

428 101 0
                                    

Sudah tepat enam bulan mereka di Okinawa. Karena tidak bisa pulang ke Indonesia, mereka sempat bingung bagaimana caranya menghabiskan libur tiga minggu yang ada.

Minggu pertama liburan semester itu masih mengharuskan Yujionna rajin ke kampus untuk memenuhi tuntutannya sebagai anggota club tenis yang terpaksa dia ikuti. Seharusnya program itu sudah selesai dari beberapa minggu sebelum masa ujian, namun ada kendala yang mengharuskan program itu diundur ke minggu setelah masa ujian. Alhasil, liburan Yujionna hanya tersisa dua minggu.

Kalaresh dan Giovanno tidak pernah berhenti menggoda Yujionna hingga perempuan itu marah dan mengambil bola milik Kalaresh yang ada di kamarnya dan mengancam akan melempar bola itu untuk dibuang ke pantai.

Namun, Yujionna dihibur oleh dua temannya itu yang menjanjikan liburan ke Tokyo selama tiga hari.

Awalnya Giovanno minta dua minggu penuh di Tokyo. Namun, Yujionna rasa dua minggu di Tokyo tidak akan jauh berbeda dengan bulan-bulan yang sudah mereka habiskan selama ini di Okinawa. "Ngapain lama-lama? Mau cari cewek cantik ya di Tokyo?" yang kemudian dibalas Giovanno sambil mendelik tidak terima. "Gak pernah gak berpikiran buruk ya soal gue?"

Kalaresh bertugas menyiapkan semua keperluan mulai dari tiket pesawat hingga penginapan mereka. Selain menjadi yang paling fasih berbahasa Jepang, Kalaresh juga menjadi yang paling berpengalaman di Jepang. Dengan percaya diri Kalaresh membuat urutan tempat makanan yang harus mereka coba sesampainya di Tokyo.


Di pesawat menuju Tokyo, Yujionna membiarkan bahu kanan dan kirinya dibuat sandaran Kalaresh dan Giovanno yang mengantuk sebab malam sebelumnya sibuk bermain game.

Setelah menghabiskan dua jam setengah dalam tidur, akhirnya Giovanno terbangun akibat guncangan yang cukup kencang.

"Gak tidur?" tanya Giovanno pada Yujionna.

Yujionna menggeleng sambil membenarkan letak topi Giovanno yang tidak karuan sebab digunakan saat tidur sebelumnya.

"Mau tidur lagi? Masih sisa setengah jam sebelum landing."

Giovanno menggeleng. "Mau ngobrol sama lo aja."

Di sebelah jendela, Kalaresh masih tertidur pulas sambil bersandar ke bahu Yujionna yang sudah mulai pegal sejak beberapa menit yang lalu.

"Gio, itu siapa?" tanya Yujionna ke lockscreen ponsel Giovanno yang menunjukkan bayangan dua orang yang sedang bergandengan tangan.

"Mama sama Papa waktu masih muda."

"How cute."

"Liat, Nona. Papa selalu gandeng Mama kaya gini sampe sekarang." Giovanno memperhatikan bagaimana Papa selalu menggenggam ibu jari Mama sebagai caranya tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayangnya.

Giovanno melakukan hal yang sama ke tangan kanan Yujionna yang tidak sedang memegang ponselnya. Giovanno genggam ibu jari Yujionna seperti cara Papanya menggenggam jari Mama di foto.

"It is kinda cute," balas Yujionna seraya memperhatikan bagaimana kini tangannya bertaut dengan jemari Giovanno. "Gue pernah liat orang tua lo di pers World Championship yang di Laos."

"Iya. Itu pertama kalinya ada wawancara yang minta Mama Papa hadir. Mereka panik banget waktu itu."

Yujionna terkekeh. Sejauh yang dia tahu, Giovanno memang sangat dekat dengan orang tuanya. Pernah suatu ketika Kalaresh jatuh sakit sampai tidak bisa bangun dari kasur. Karena Kalaresh tidak bisa merespon obrolan dengan baik, maka Giovanno sibuk menanyakan cara merawat Kalaresh ke Mamanya. Mama Givanno jelaskan secara runtut segala cara yang bisa menurunkan panas Kalaresh. Tak hanya itu, Mama Giovanno juga turut mendoakan kesembuhan Kalaresh kala Giovanno tiba-tiba mengatakan, "Mama, tolong minta sama Tuhan buat sembuhin Aresh ya. Katanya sekarang telinganya Aresh berdengung terus. Itu karena suhu tubuhnya terlalu panas atau gimana ya, Ma? Mama bantu doa ke Tuhan ya." Ketika Yujionna tanya kenapa Giovanno meminta Mamanya mendoakan kesembuhan Kalaresh, Giovanno hanya menjawab, "Kebiasaan, Nona. Gue selalu melibatkan doa Mama di segala hal."

Okinawa | RemakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang