Kalaresh selalu merasa ada yang tidak biasa di antara Yujionna dan Giovanno. Entah mengapa, Kalaresh selalu lebih peka dibandingkan siapa pun tentang segala hal yang menyangkut hati dan perasaan.
Dua tahun yang lalu, Kalaresh yang menyadarkan bahwa hubungan Jeno dan pacarnya sudah tidak patut diperjuangkan lagi. Setelah beberapa kali mengelak, akhirnya Jeno sadar bahwa yang dikatakan Kalaresh ada benarnya. Dengan berat hati, Jeno putuskan pacarnya yang ternyata sudah menjalin hubungan dengan lelaki lain beberapa bulan tanpa diketahuinya.
Begitu juga dengan Naren. Naren tidak menyadari bahwa Kaia, sahabatnya sedari SMA ternyata menyimpan rasa kepadanya. Setelah melewati sesi persidangan dari selesai latihan hingga besok paginya, akhirnya Naren mengaku bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama.
Sama seperti yang sudah-sudah, Kalaresh merasakan ada yang tidak biasa antara Yujionna dan Giovanno.
Puncaknya adalah ketika malam pertandingan Giovanno di Jakarta. Malam itu, dengan hati-hati Kalaresh beritakan kekalahan Giovanno pada Yujionna yang masih di kampus karena ada mata kuliah tambahan. Dengan sabar Kalaresh tunggu kepulangan Yujionna malam itu di ruang TV. Diluar dugaannya, Yujionna menangis sejak dia belum sampai di rumah. Ketika menemui Kalaresh yang terduduk di sofa malam itu, Yujionna menghambur ke pelukan Kalaresh dengan tangis yang sudah tidak bisa dia tahan lagi.
Kalaresh mendengarkan bagaimana tangis perempuan itu memenuhi setiap sudut rumah yang malam itu gelap karena belum sempat dinyalakan lampu-lampunya oleh Kalaresh. Perlahan-lahan Kalaresh jelaskan bagaimana perkembangan skor Giovanno dan lawannya di pertandingan sore itu.
Yujionna terus menangis meratapi kekalahan dan celah kosong di hatinya yang lama-lama kian membesar tanpa bisa dia kendalikan.
Setelah beberapa saat, Yujionna pamit untuk membersihkan dirinya ke lantai atas. Diam-diam Kalaresh mengekor di belakang Yujionna. Ketika sampai di pintu kamar Yujionna, perempuan itu kembali menangis sekencang sebelumnya.
Yujionna kemudian menggelengkan kepalanya di hadapan Kalaresh. Kalaresh artikan gelengan lemah itu sebagai tanda dari tanyanya atas segala luka yang ada di hatinya.
Dengan suara pelan, Yujionna berucap, "Kenapa sakit banget ya, Aresh? Kenapa rasanya lebih sakit dibandingkan kekalahan pertama gue bertahun-tahun yang lalu? Ini apa sih, Resh?" tanya Yujionna. "Ini perasaan apa?"
"Nona," panggil Kalaresh pelan. "Mau kita obrolin ini? Lo mau bahas hal ini sama gue?"
Yujionna tampak berpikir. Kalaresh hanya akan membahas hal ini jika dia mendapatkan izin dari Yujionna. Sebab, ini perkara hati Yujionna. Kalaresh enggan memaksakan kehendak yang nantinya berujung melangkahi dan mengintervensi soal isi hati Yujionna.
Yujionna mengangguk lalu membiarkan Kalaresh masuk ke kamarnya yang selalu wangi lavender.
Di kamarnya yang masih agak berantakan sebab sudah Yujionna tinggal sejak pukul enam pagi, Kalaresh dan Yujionna duduk berhadapan di karpet bulu yang menghantarkan rasa hangat. Biasanya Giovanno akan bermain di kamar itu untuk mengerjakan tugas atau menonton pertandingan taekwondo melalui ponselnya. Ketika Giovanno melakukan itu, Yujionna pasti marah dan memaksa lelaki itu menggunakan headphone agar suara pertandingannya tidak memenuhi kamar Yujionna.
Diam-diam Yujionna merindukan Giovanno yang sudah nyaris satu minggu di Jakarta.
"Gak tau, Aresh." lirih Yujionna. "Gue gak tau."
"Gapapa, Nona. Pelan-pelan kita cari tau. Apa yang lo rasain sekarang?"
"Sedih."
"Apa yang lo mau?"
"Sekarang?" tanya Yujionna lagi.
"Iya." Kalaresh mengangguk.
"Ketemu Gio."
KAMU SEDANG MEMBACA
Okinawa | Remake
FanfictionHere in Okinawa, let's just let the wave washes the pain away.