the beauty of a three

462 100 1
                                    

There is always a beauty in a three.

Three comes after one and two.

Three comes in between the one and two and the four and five.

Three is not so little. On the other hands, three is not so many.

Three is enough.

Three─ Kalaresh, Giovanno, and Yujionna is more than enough.


"Kangen banget. I miss you, I miss you, I miss you!" Yujionna memeluk Giovanno seerat mungkin.

Giovanno terpaksa menjatuhkan tas bawaannya begitu saja di pintu masuk demi membalas peluk Yujionna.

Kalaresh di belakang Yujionna tampak menunggu giliran untuk memeluk Giovanno.

Dengan tepukan singkat di punggungnya, Kalaresh menguatkan Giovanno yang baru saja menghadapi kekalahan hebat.

"Pipi lo bengkak." ujar Kalaresh.

Giovanno mengangguk. "Gusi gue luka. Kemaren masih sempet berdarah, tapi sekarang udah enggak."

Yujionna sudah beralih ke dapur untuk menyiapkan jajanan yang ada di kulkas.

Di sofa ruang TV, Giovanno tampak menjawab semua tanya Kalaresh seputar pertandingan beberapa hari yang lalu. Tak hanya itu, Kalaresh tampak menyingkap jaket Giovanno untuk meneliti beberapa memar yang ada di sana.

Yujionna kemudian bergabung sambil mengompres luka Giovanno dengan es batu. Beruntung kala itu Okinawa mulai memasuki musim semi yang tidak sedingin musim sebelumnya. Jadi, Giovanno tidak protes ketika es batu itu ditempelkan ke kulitnya sambil Yujionna pijat pelan.

Berkali-kali dua temannya membesarkan hati Giovanno yang masih merasa malu akan kekalahan pertamanya.

Lambat laun Giovanno sadar bahwa ada banyak sekali remahan dirinya yang berserakan di sekitarnya. Karena dia tidak mampu menangani kerapuhannya sendirian, maka Tuhan kirimkan dukungan Jesse, pelukan hangat Mama, kalimat semangat Papa, tulusnya pujian Yujionna, serta tepukan penenang Kalaresh.





***





Giovanno minta untuk tidak dibangunkan hingga tidurnya cukup. Sudah lima jam anak itu tidur siang, namun Kalaresh dan Yujionna enggan untuk menginterupsi.

Di hari pertandingan Giovanno beberapa hari yang lalu, Yujionna tidak bisa menonton langsung karena ada ujian yang harus dia ikuti untuk mata kuliah Sport Coaching Education. Berulang kali dia tanya Kalaresh tentang kabar Giovanno.

Ketika Kalaresh memberi tahu kekalahan Giovanno, Yujionna melemas seketika. Yujionna buang jersey yang saat itu ada di genggamannya akibat terlalu terkejut dengan kekalahan pertama seorang Giovanno Hayya Ilios.

Lantas, bagaimana keadaan Giovanno?

Bagaimana Giovanno menyikapi kekalahannya itu?

Bagaimana cara Giovanno mengembalikan semangatnya yang meluruh dari dirinya?

Bagaimana dia harus menenangkan hati Giovanno nantinya?

Kepulangannya ke rumah disambut Kalaresh yang sudah terduduk di sofa ruang TV. Yujionna tidak mengerti kenapa dia langsung menangis ketika bertemu dengan Kalaresh malam itu. Masih dia ingat jelas bagaimana Kalaresh mengatakan bahwa Giovanno kalah telak setelah ronde ketiga resmi selesai.

Kalaresh merengkuh Yujionna yang kala itu menangis pilu di dekapannya.

Memasuki bulan kelima kebersamaan mereka, wajar jika mereka mulai merasa terikat satu sama lain. Kalaresh tidak heran dengan reaksi Yujionna. Wajar ketika bahagia dengan mudahnya dibagi, sama seperti bagaimana kesedihan dan kekalahan yang sama sifatnya; dibagikan ke satu sama lain tanpa kurang sedikit pun.

Okinawa | RemakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang