Chapter 7

1.3K 150 29
                                    

[Cr multimedia on image]

Votement ya biar yang baca berkah dan yang nulis bahagia.

*Awas Typo*


***

Wang Yibo menyipitkan pandangannya saat cahaya lampu berdesakan masuk ke retina matanya. Dia pun bangun dari tempat tidurnya dengan keadaan linglung, apalagi saat menemukan sebuah kompresan yang terjatuh dari keningnya saat dia mencoba duduk tadi.

Mata setajam elang itu akhirnya terbuka sepenuhnya, meneliti setiap sudut ruangan megah yang dia kenali sebagai kamar miliknya. Dia pun menghela napas pelan, sambil mencoba mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya. Pria itu melihat jam di nakas yang menunjukan pukul 02.00 pagi. Lantas di jam-jam sebelumnya apa yang dia perbuat? Sial kepalanya masih pening luar biasa saat mencoba mengingat apa saja aktivitasnya hari ini.

Di tengah kebingungannya, pintu kamar di penthouse miliknya tiba-tiba terbuka. Sosok Song Jiyang terlihat berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah napan berisi segelas air, semangkuk sup, dan beberapa butir obat.

"Kau demam," kata Jiyang sambil meletakkan nampan tersebut pada nakas di samping Yibo.

Pria bermarga wang itu sedikit mengernyit saat mendengar fakta tersebut. Yibo pun meneliti tampilan dirinya yang sudah berbalut pakaian santai, padahal dia tidak ingat kapan dia menganti setelan kantornya dengan pakaian ini.

"Makan dulu," ujar Jiyang kembali.

"Minum obat saja," sahut Yibo sambil menggeleng kecil.

Jiyang menghela napas mendengar ucapan Yibo barusan, tapi dokter muda itu tau, Yibo akan tetap keras kepala menolak untuk makan. Maka dia pun menyodorkan beberapa butir obat pada pria tampan yang dia kenal sebagai sahabatnya itu.

Tanpa bicara Yibo menerima obat tersebut lalu meminumnya cepat.

"Kau harus makan, Tuan Wang."

Yibo menggeleng pelan, "Aku sepertinya melupakan beberapa hal."

"Kau terdengar mabuk saat menelepon ku tadi malam, menyuruhku ke sini,  lalu aku malah menemukanmu tergeletak dengan suhu tubuh yang tinggi," jelas Jiyang sambil menaruh telapak tangannya pada kening Yibo, "Tapi sepertinya kau sudah baik-baik saja sekarang, demam mu sudah turun," tambahnya lembut.

Yibo bersandar pada kepala tempat tidur sambil mengangguk kecil, dia sedang mencoba mengingat beberapa hal. Netranya menatap pria menawan yang sedang duduk di sisi tempat tidurnya saat ini dengan pandangan tidak bisa diartikan.

"Lain kali, jika aku menghubungimu dalam keadaan mabuk, kau tidak perlu menuruti ucapanku," ujar Yibo tenang.

Sementara Jiyang menatap pria di depannya dengan senyum miring, "Kenapa? Tidak mau aku semakin jatuh cinta padamu? Atau kau sudah memiliki teman baru?" tanya Jiyang  dengan raut berpikir, namun dokter muda itu kembali menambahkan perkataannya, "Ah tidak, bahkan selama ini, jika kau memiliki teman baru kau tidak pernah memintaku untuk berhenti seperti sekarang ini."

Yibo menunduk sambil tersenyum kecil, dia kemudian menatap bola mata selentik merak itu dengan pandangan bersalah. "Aku hanya merasa kita harus berhenti. Entahlah, aku tidak memiliki alasan lain selain itu."

Dokter muda itu tertawa miring, "Kau tau kalau kau brengsek kan? Jadi tidak perlu bersikap seolah pria baik seperti ini. Aku mengenalmu lebih dari siapa pun," katanya dengan nada sedikit kesal.

"Karena itu, aku memintamu berhenti," Yibo menghentikan ucapannya sambil menatap sosok menawan di depannya dengan pandangan serius. "Aku memang brengsek, dan karena itu aku memintamu untuk berhenti. Dengar, kita sudah pernah mencobanya, tapi tidak berhasil kan. Hubungan kita memang tidak bisa lebih dari tahap ini, dan aku tidak mau menyakitimu. Jadi kita harus berhenti di sini, kau mengerti?"

Mirrors [YIZHAN] [End On PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang