11 ~ Operasi

48 14 30
                                    


•• Happy Reading ••


Hari ini sesuai dengan penyampaian dari dokter Gilbran, pagi ini sekitar pukul 10.00 waktu Paris, Zia akan menjalankan operasi cangkok jantung.

Pagi ini Zia bangun lebih cepat dari biasanya. Tepat pukul 05.00 pagi gadis cantik itu sudah bangun dan mempersiapkan dirinya untuk operasi nanti.

Zia begitu gugup, karena ini pertama kali dalam hidupnya melakukan operasi. Segala kemungkinan pasti akan terjadi selama operasi berlangsung, Zia takut jika hal-hal yang tidak di inginkan terjadi nantinya.

Buru-buru ia menghilangkan pikiran buruknya. Yang penting sekarang ia jangan gugup apalagi takut, karena itu bisa memicu jantungnya akan semakin lemah.

Berbeda dengan dokter Gilbran, sebelum memulai operasi ia memutuskan untuk mengecek dahulu kondisi Zia saat ini. Ia tahu gadis itu pasti gugup, karena kebanyakan juga pasien akan gugup jika akan melakukan operasi.

Dokter Gilbran mendorong pintu ruang ICU. Ia tersenyum melihat Zia yang begitu cantik pagi ini menurutnya. Untuk beberapa detik dokter Gilbran terus memandangi gadis yang ada di depannya saat ini.

"Hai dok," sapa Zia tersenyum.

"H-hai," balas Gilbran gelagapan karena jantungnya berpacu dengan sangat cepat.

"Operasinya dimulai jam berapa?" tanya Zia lagi.

"Tepat jam 10, kamu sudah siap?" tanya Gilbran memastikan.

"Zia sedikit gugup dok," ucap Zia.

"Ya itu wajar karena siapa pun akan gugup jika ada di posisi kamu saat ini. Intinya buang jauh-jauh hal-hal buruk yang ada di pikiran kamu, dan kamu pasti sembuh." ujar Gilbran memberikan dorongan dan semangat agar Zia tidak memikirkan hal-hal yang nanti akan membuat gadis itu semakin down.

"Iya dok, makasih ya selalu support Zia dalam kondisi apapun." ucap Zia tulus.

Gilbran mendekat ke brankar Zia lalu mengacak-ngacak rambut gadis itu saking gemasnya. Ia tidak sabar setelah Zia sembuh, secepatnya ia akan mengungkapkan perasaan yang ia simpan rapat-rapat selama ini.

"Aku benar-benar mencintaimu gadis kecil." batin Gilbran."

"Oke, kalo gitu sekarang kamu tunggu disini sebentar aku akan ambilkan kursi roda untukmu." ujar Gilbran. Kemudian keluar mengambil kursi roda.

Tak lama Gilbran kembali sambil mendorong kursi roda yang akan digunakan oleh Zia. Dengan sangat hati-hati Gilbran membantu Zia turun dari atas tempat tidur, dan menundukan perlahan di atas kursi roda.

"Makasih dok," ucap Zia tereenyum hangat.

"Sama-sama, lain kali gak usah senyum kaya tadi ya."

"Kenapa? Dokter gak suka ya kalo Zia senyum?"

"Bukan gitu Zi, maksud aku kalo kamu senyum-senyum terus seperti tadi, itu gak baik buat jantung aku."

"Gak baik buat jantung dokter? Emang dokter sakit juga kek Zia?"

"Bukan Zia. Tapi aku deg degan tiap kali kamu senyum seperti itu."

Queenzia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang