"Astaga! Nuna! Jangan jambak rambutku! Aku baru saja keluar dari salon!"
Suara mesin mobil yang dinyalakan menjadi pertanda bahwa setelah ini dirinya tidak akan baik-baik saja. Lelaki tinggi dengan pengalaman sejuta bintang itu merapikan rambutnya yang baru saja diacak-acak secara brutal oleh seseorang yang saat ini sedang duduk di kursi kemudi.
"Sudah berapa kali kuperingatkan untuk tidak keluar tanpa izinku?"
Seseorang itu menghela napasnya panjang. "Aku tidak mau mendengar alasan apapun."
"Aku tidak membuat masalah."
Mobil silver itu berhenti tepat saat lampu lalu lintas berhenti pada lampu merah. "Kau pikir aku buta? Aku bisa lihat kau sedang bersama seseorang. Bagaimana jika paparazzi mengincarmu?"
"Dia bukan siapa-siapa, Nuna. Hanya seseorang yang kutemui di jalan."
"Aku tidak tahu bahwa seseorang yang kau temui di jalan bisa memegang pipimu seperti tadi."
"Nuna! Itu tidak seperti yang kau pikirkan!"
"Simpan saja alasanmu itu jika suatu hari seseorang menyebarkan berita kencan tentangmu." Wanita di balik kemudi itu mengintip lampu lalu lintas yang masih merah. "Kenapa lama sekali? Aku ingin pipis."
Haruto yang duduk di sebelahnya mengambil botol air mineral yang baru saja dihabiskannya. Dia memberikannya pada satu-satunya wanita yang dekat dengannya itu. Wanita itu menaikkan satu alisnya, tampak kebingungan. Haruto kembali menyerahkan botol kosong itu.
"Katanya ingin pipis?"
"Ya!" Haruto segera membuat tameng menggunakan kedua tangannya sebelum serangan Karina datang. Dia paham apa maksud lelaki ini. "Jika aku tidak bekerja untukmu, sudah kutendang jauh-jauh dari mobilku."
Bukannya takut, Haruto malah tertawa. Menggoda wanita yang lebih tua empat tahun darinya itu rasanya menyenangkan. Namun, tawa itu berhenti ketika ponsel Karina bergetar menandakan ada pemberitahuan yang masuk. Wanita itu segera mengecek apa yang ada di layar persegi panjang itu.
"Ada uang masuk ke rekeningku."
"Berapa?"
"Delapan ratus lima puluh ribu won."
Mendengarnya membuat Haruto hampir tersedak ludahnya sendiri. Dia tahu betul nominal ini. Sepertinya dia tahu siapa orang yang melakukan transaksi ini.
"Wow~. Kupikir dia tidak mampu membayar sebanyak itu."
-
"YA TUHAN! AKU JATUH MISKIN!"
Setelah melakukan perdebatan—yang sebenarnya tidak terlalu penting, visual grup idola itu terbirit pulang sembari mengomel melalui telepon setelah ditinggalkan oleh salah satu rekan satu grupnya. Begitu ditemukan oleh van, Junkyu dan Jeongwoo dimarahi habis-habisan oleh manajer dan Si Leader. Keduanya saling menunjuk satu sama lain untuk disalahkan. Hingga akhirnya keduanya tetap dimarahi. Begitu sampai di asrama, Junkyu buka mulut mengenai apa yang terjadi padanya.
"Salah siapa berlagak sok." Tanggap Jihoon.
"Aku tidak tahu bahwa dia akan memberikan nomor rekening manajernya!"
"Hyung, kau kan bisa saja tidak membayarnya." Junghwan berucap sembari memakan snack yang ada di genggamannya.
Junkyu mengangkat jaket mahal bernoda milik aktor itu untuk ditunjukkan kepada teman-temannya.
"Dia menukar jaket murahanku dengan jaket mahalnya. Katanya alergi kalau pakai jaket kotor."
Jeongwoo yang sedari tadi duduk di sofa menunggu giliran untuk mandi, ikut berbicara. "Memangnya berapa uang yang kau ganti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCREEN [Harukyu]
FanfictionWatanabe Haruto, salah seorang aktor senior yang terpaksa mengikuti keinginan agensi untuk menutupi skandal yang tengah terjadi. Hingga dia tidak menyangka bahwa hal tersebut melibatkan seorang idol yang sama sekali tidak dia kenal. Dengan adanya hu...