"Bagaimana rasanya?"
Lelaki jangkung itu mengangguk dan mengacungkan jempolnya pada lelaki yang lahir di tahun yang sama dengannya itu. "Dari dulu, seleramu memang tidak perlu diragukan lagi."
Jeongwoo tersenyum mendengar pujian dari Haruto. Dia menatap ke arah donkatsu yang tersaji di depan mereka. Rasanya menyenangkan bisa kembali menikmati hari-hari bersama seseorang yang berharga. Kemudian, dia melirik ke arah Haruto yang masih sibuk menghabiskan makanannya. Walaupun terkadang dia melihat Haruto tampak mencuri pandang ponselnya. Entah apa atau notifikasi dari siapa yang kabarnya sedang dia tunggu, jujur saja agak mengganggu perasaannya.
"Bisakah kau tidak mengkhawatirkan ponselmu saat kau sedang bersama orang lain?"
Mendengar itu, Haruto segera membalik layar ponselnya menjadi di bawah. Rasanya memang sedikit tidak sopan karena berbagi fokus. Tapi, tidak adanya balasan pesan dari Junkyu benar-benar membuatnya gelisah. Sudah berapa hari buntalan menggemaskan itu tidak membalas pesannya, padahal dia berpikir usahanya cukup progresif dan membuahkan hasil yang cukup menjanjikan. Apa ada suatu kesalahan yang dia buat tapi dia tidak menyadarinya?
"Haruto!"
Hingga teriakan Jeongwoo baru menyadarkannya dari lamunan panjang. "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Haruto menggelengkan kepalanya. Mencoba untuk fokus dengan orang yang saat ini bersamanya.
"Kau ini sedang menunggu kabar dari siapa?" Tanya Jeongwoo dengan nada yang sedikit kesal. "Apa itu Junkyu hyung?"
Pertanyaan Jeongwoo hanya bisa membuat Haruto menggaruk bagian bawah kepalanya yang sebetulnya tidak gatal. "Dia tidak membalas pesanku. Aku jadi kepikiran."
"Dia pergi dengan Jang Eunho. Makan malam katanya. Aku juga lihat Junkyu hyung memakai pakaian yang bagus."
"Jang Eunho?"
Jeongwoo mengangguk. "Lagipula kau ada perlu apa dengan Junkyu hyung? Kau bisa tanya aku kalau ada perlu dengannya. Kurasa dia akan sibuk dengannya, jadi pesanmu tidak akan dibalas."
Perkataan Jeongwoo membuatnya kembali berpikir. Junkyu pergi makan malam dengan Jang Eunho? Junkyu tidak pernah membalas pesannya lagi, padahal baru beberapa hari yang lalu mereka bertukar pesan dengan sangat cepat. Apa jangan-jangan dia sudah dikalahkan oleh Jang Eunho? Ini tidak bisa dibiarkan. Dia harus membicarakan hal ini dengan Junkyu. Dia harus meminta kejelasan. Dia tidak ingin ada misundestanding di antara keduanya.
"Jeongwoo-ya, mau minum?"
-
Lelaki manis itu membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah bagian langit-langit yang terlihat bersih. Matanya mulai menyapu ke bagian yang ada di depannya. Dia melihat sebuah lemari kayu besar, di sebelahnya terdapat sebuah meja kerja yang dilengkapi dengan satu set komputer. Matanya menyusuri bagian kiri, terdapat sebuah gorden besar yang berhasil menutupi seluruh dinding. Tempat ini tampak asing baginya. Dia juga bisa merasakan bagian belakang kepalanya yang terasa sakit. Seingatnya, dia dan Eunho berniat untuk pulang setelah makan malam bersama. Setelahnya dia tidak ingat apa-apa. Dia mengecek pakaiannya masih sama dengan yang dia pakai tadi malam. Bahkan dia tidur dengan mantelnya. Sebenarnya ada apa?
Junkyu terlonjak ketika dia ingat bahwa dia belum mengabari Jihoon dan Hyunsuk. Dia buru-buru mencari ponselnya dan melihat betapa ramainya layar notifikasinya. Ini masih pagi. Jam baru menunjukkan pukul 04.50. Terlihat ada begitu banyak missed call dari dua orang itu. Mati aku. Sampai asrama, Jihoon pasti akan memanggangku. Apalagi dia sedang senang-senangnya menanam selada, batin Junkyu sambil berniat untuk menelpon Jihoon. Ketika masih berkutat dengan pikirannya, dia terkejut ketika mendapati pintu yang ada di kamar itu terbuka dengan tiba-tiba, menampilkan Eunho yang terlihat tergesa-gesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCREEN [Harukyu]
FanfictionWatanabe Haruto, salah seorang aktor senior yang terpaksa mengikuti keinginan agensi untuk menutupi skandal yang tengah terjadi. Hingga dia tidak menyangka bahwa hal tersebut melibatkan seorang idol yang sama sekali tidak dia kenal. Dengan adanya hu...