Bagian 24 : Resolusi

1K 182 9
                                    

Lelaki berpipi gembil itu mendongak, melihat ke arah lelaki jangkung yang saat ini tengah menatapnya juga sambil melipat tangan di depan dada. Tentunya saat ini, Haruto sudah mandi dan berpakaian dengan lengkap. Lelaki itu tampak menunduk sejenak. Lalu beralih kembali pada pemandangan Junkyu yang duduk di atas kasur di kamarnya sambil memainkan ujung tali hoodie-nya.

"Aku tahu kau sedang ada masalah denganku, tapi kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau pergi dengan Jang Eunho?"

Haruto menaikkan satu alisnya sambil menatap Junkyu yang masih dengan posisi yang sama, bedanya dia memajukan bibirkan sambil menunduk rendah.

"Sebelumnya aku sudah peringatkan untuk selalu bicara denganku jika itu menyangkut hubungan kita."

Lelaki tinggi yang sedang berdiri itu mengusap kasar wajahnya. Berita yang dibawa Junkyu benar-benar membuatnya sakit kepala. Haruto mulai berjalan dari ujung ruangan ke ujung ruangan. Bolak-balik seperti itu sampai ucapan Junkyu membuatnya berhenti.

"Aku sudah janji dengannya. Selain itu, aku mau jujur dengannya. Aku ingin mengatakan bahwa dia tidak perlu mendekatiku lagi. Selama beberapa hari itu pikiran dan hatiku sedikit kacau. Entah persiapan comeback dan hal-hal yang tidak menjadi prioritas malah menjadi beban pikiranku. Aku mencoba kabur dari semua ini untuk mendapatkan ketenangan, bukannya diomeli seperti ini."

"Jadi, aku hanya pelampiasan?"

Junkyu menggeleng dengan kuat. Dia tahu Haruto hanya menggodanya, tapi lebih baik dia bisa menjawab dengan serius. "Aku ingin mencobanya."

"Mencoba apa?"

"Ya kau tahu sendiri. Aku tidak perlu menjelaskannya. Aku sudah pernah mengatakannya."

Mendengar itu membuat senyum Haruto mengembang. Haruto yang memang dasarnya memiliki soft spot untuk Junkyu langsung berjongkok untuk mencoba untuk meraih Junkyu dengan lebih jelas. Sepertinya menggoda buntalan merah muda ini tidak begitu buruk.

"Aku tidak tahu. Memangnya mencoba apa?"

Wajah lelaki manis itu terlihat merah bahkan sampai menyebar ke telinganya. Dia berdiri dan menghentakkan satu kakinya.

"Aku mau pulang saja."

Sebelum Junkyu berbalik, Haruto segera menarik lelaki itu ke dalam pelukannya. Lalu, mengelus kepala yang ada di balik hoodie merah muda itu dengan pelan.

"Maafkan aku." Ujar Haruto sambil mengeratkan pelukannya. "Aku tidak tahu kalau ternyata aku malah memberimu beban yang lebih. Maaf juga karena sudah mengomeli di saat kau membutuhkan yang lain. Maaf juga sudah menggodamu tadi."

Kata-kata Haruto tampak menyenangkan di telinga Junkyu. Lelaki yang lebih pendek itu membalas pelukan Haruto dengan mendekap punggungnya yang ternyata cukup lebar. Dia juga mulai menyamankan dirinya ke dalam dada Haruto. Sentuhan Haruto benar-benar membuatnya merasa nyaman.

"Ada begitu banyak yang harus kau lalui sendirian. Jika agensimu tidak bisa menangani rumor ini, aku yang akan—"

Sebelum berhasil menyelesaikan kalimatnya, Junkyu mendongak dan menatap ke arah Haruto lalu menggeleng. "Sudah cukup kita bicarakan hal ini."

Haruto menurut. Junkyu kembali menaruh wajahnya di tubuh Haruto yang lebih besar darinya. Dia juga menyukai bagaimana Haruto tetap menepuk lembut kepalanya. Rasanya begitu tenang.

"Kau hangat. Aku suka baumu."

Lelaki jangkung itu tertawa. "Mau kubelikan parfum yang kupakai?"

Junkyu menggeleng. Dia masih mau bertahan di posisi ini. Sepertinya keputusan untuk memilih Haruto adalah benar. Tidak lama, Junkyu teringat akan sesuatu dan dia mendorong Haruto agar menjauh darinya.

SCREEN [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang