"Maaf, Junkyu-ssi. Kupikir kau bisa melubangi ponselku dengan matamu."
Junkyu yang tersadar dengan apa yang dilakukannya, segera mengembalikan ponsel milik Karina dengan segera. Dia memandang wanita berambut hitam legam itu sambil tersenyum. Tak lama, jeritan kegirangan terdengar di penjuru ruangan itu. Tanpa sadar, Junkyu menarik tangan orang yang berdiri di dekatnya. Kemudian, membawa ketiganya untuk melompat-lompat sambil berputar, mengitari satu sama lain.
"Laguku masuk chart! Laguku masuk chart!"
Tawa riang Junkyu benar-benar terdengar di sana. Karina dan Haruto yang kebingungan karena diseret secara paksa hanya bisa menatap satu sama lain. Bedanya, Karina tetap tersenyum, mengerti bagaimana kebahagiaan tengah menyelimuti lelaki berpipi gembul itu. Sementara Haruto, lelaki itu masih setia memasang wajah datarnya. Tak lama, riang itu terputus ketika Haruto menyentakkan tangannya. Menyadarkan kelancangan Junkyu yang sebenarnya merupakan reaksi alami dari kebahagiaan.
"Kau gila?"
Junkyu membelalakkan matanya ketika menyadari apa yang baru saja dia lakukan. Menyentuh tangan aktor yang telah menghasilkan begitu banyak kertas yang mampir di dompet dan nominal di rekeningnya adalah suatu kesalahan baginya.
"Maafkan aku."
Haruto hanya menatap Junkyu yang tertunduk, merasa bersalah atas apa yang telah dia lakukan. Kemudian, lelaki jangkung itu pergi dari sana, menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
"Tak usah pedulikan anak itu. Masa pubertas memang sulit." Ucap Karina sambil menepuk punggung Junkyu. "Yang jelas, lagumu masuk chart."
Karina membawa Junkyu berputar-putar seperti apa yang baru saja mereka lakukan.
-
"Apa tidak bisa batalkan berita ini? Aku sungguh tidak suka dengan situasi ini."
"...."
"Kau sudah mengatakannya sejak aku kecil. Aku bahkan selalu menurutimu tanpa banyak bicara. Dulu aku sangat menyukaimu karena kau membimbingku. Tapi sekarang, seperti sampah."
"...."
"Tidak! Jangan berani menyebut namanya!"
"...."
"Aku tidak peduli. Tolong batalkan. Gunakan orang lain. Jangan aku."
Telpon ditutup sepihak dengan ponsel keluaran terbaru itu terhempas ke kasur dengan begitu saja. Lelaki jangkung itu sangat tidak senang dengan keadaan yang menimpanya. Dia tidak akan pernah bisa berpikir bahwa dia akan terjebak di rumahnya sendiri.
"Sudah kubilang untuk mengetuk pintu."
Sosok wanita yang sedari tadi berdiri di bingkai pintu hanya tersenyum. Dia membuka pintu kamar Haruto menjadi semakin lebar.
"Sudah kubilang untuk tidak menghubungi dia lagi."
Haruto memicing ke arah Karina. "Sampai kapan noona mau menguping? Apa kau tidak dengar? Gossip di seberang sana mengatakan kalau—"
"Astaga! Anak muda mana yang masih percaya dengan pamali." Karina berjalan mendekati Haruto yang tengah berbaring bebas di kasurnya.
"Aku tahu kau sangat tidak suka dengan permainan ini. Tapi, apalagi yang bisa kau lakukan? Kalau kau menolak, agensi akan semakin mempersulit tawaran aktingmu."
Karina mengelusn kepala seseorang yang sudah seperti adiknya sendiri itu dengan sayang.
"Tunggu, sebentar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCREEN [Harukyu]
FanfictionWatanabe Haruto, salah seorang aktor senior yang terpaksa mengikuti keinginan agensi untuk menutupi skandal yang tengah terjadi. Hingga dia tidak menyangka bahwa hal tersebut melibatkan seorang idol yang sama sekali tidak dia kenal. Dengan adanya hu...