Bagian 17 : Menghindar

1.3K 228 15
                                    

Jarum panjang sudah mendekati angka sebelas. Namun, tak ada tanda-tanda kedatangan lelaki berpipi gembil itu. Katanya, lelaki itu akan segera tiba kira-kira lima belas menit sebelum latihan dimulai. Tetapi, matanya sama sekali tidak bisa mengonfirmasi keberadaannya. Jihoon—yang sedari tadi sudah menunggu di balik pintu ruang latihan—mulai meregangkan ototnya. Siapa tahu dia bisa melakukan sesuatu pada Junkyu dengan bisep penuh hasil berolahraganya.

Baru saja ingin memutar otak, Jihoon mengenali sebuah suara decit sepatu dengan rengekan kecil khas yang hampir selalu didengarnya selama beberapa tahun ini. Seorang lelaki yang menjadi penyebab kegundahan hatinya—hati anggota yang lain juga—akhirnya tiba. Dia sudah bersiap dengan menaikkan lengan kaosnya. Tidak berniat melakukan apa-apa, hanya mencoba menggertak.

"Dari mana? Ini su—"

Raut wajah Jihoon berubah drastis ketika melihat ada sesuatu yang salah dengan salah satu anggotanya itu. Seketika, sifat lembutnya keluar. Dia segera membolak-balik badan Junkyu yang saat ini masih mencoba mengatur napasnya. "Kau sakit? Kenapa pipi dan telingamu merah?"

Junkyu hanya menggeleng, lalu segera masuk ke dalam ruang latihan. Meninggalkan Jihoon yang masih mengeluarkan tanda tanya.

-

Yang Jungwon, lelaki yang sedang sibuk dengan naskah film yang sedang dibintanginya itu melirik ke arah lelaki yang ada di sebelahnya. Lelaki jangkung yang menjadi lawan mainnya itu mulai menutup naskahnya, menatap Haruto yang tersenyum sambil memandangi ponselnya. Dia bisa melihat Haruto tengah menggeser layar ponsel yang memperlihatkan beberapa foto dengan wajah yang asing. Mungkin foto teman-temannya.

"Sudah hafal dialog hari ini?"

Haruto menoleh sedikit, lalu mengangguk. Jungwon dengan sengaja mengambil ponsel Haruto lalu menjauhkannya. "Ada apa?"

Melihat ponselnya diambil sembarangan, membuat Haruto kesal. Tapi, dia tidak bisa kesal begitu saja dengan lelaki mungil yang ada di depannya.

"Menatapku begitu sama sekali tidak membantu. Energi 'sweet boyfriend'mu sudah habis? Kenapa? Orang-orang mengelu-elukan sikap manismu sepanjang syuting."

Jungwon semakin menjauhkan ponsel milik Haruto. Dia mendekat ke arah Haruto dan mulai berbisik. "Kita pernah berkencan selama dua tahun. Jangan kira aku tidak tahu ada sesuatu yang terjadi padamu."

Dia berucap sembari mengatur jaraknya dengan Haruto. Sementara, Haruto masih diam sambil menatap Jungwon yang sepertinya sudah siap mendengarkannya.

"Aku baru saja menyatakan cintaku. Tapi, orang yang kunyatakan cinta malah pergi menjauh sambil menutupi wajahnya. Aku mencoba menghubunginya lewat ponsel, tapi belum dapat balasan. Lalu, aku mendatanginya, tapi dia malah langsung berlari. Apa itu artinya dia tidak menyukaiku?"

Mendengar keluhan Haruto malah membuat Jungwon tertawa. "Memang tidak seharusnya aku percaya pada berita bohong itu. Aku tahu kalian hanya berpura-pura, tapi mengapa kau malah menyimpan perasaan sungguhan padanya?"

Haruto menggeleng. "Aku juga tidak mengerti. Kau tahu aku tidak suka berkencan dengan lelaki yang lebih tua, tapi ketika berada di dekatnya, aku merasa ingin mendekapnya. Ada satu hal yang selalu membuatku ingin melindunginya. Apalagi dia bersikap sangat manis dan membuatku selalu tersenyum."

Jungwon menopang dagunya melihat binar mata Haruto yang memancar saat membicarakan Junkyu. Sebuah pancaran mata yang sama ketika Haruto bercerita mengenai sesuatu yang sangat dia suka. Mata kucingnya menyipit ketika menyadari seberapa suka dia terhadap si idola yang sedang naik daun itu.

"Kau lihat wajahnya? Saat kau menyatakan cinta?"

Haruto mengangguk. "Merah."

Tertawa kecil, Jungwon menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Kurasa dia malu." Dia mengambil ponsel milik Haruto yang dia jauhkan. "Coba tanya dia sekali lagi. Kupikir dia terlalu malu untuk bertemu denganmu."

SCREEN [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang