Wushhh..
Angin kencang menerpa para cadet yang sedang memantau tepat di atas dinding Rose.
Dengan datangnya Titan tanpa tanda-tanda penjebolan tembok, membuat para survey corp kewalahan memikirkan peristiwa janggal tersebut.
Ditambah lagi dengan Annie yang membekukan diri, membuat mereka seakan kehilangan salah satu pintu informasi tentang kebenaran.
Disamping dari pikiran dan keresahan masing-masing para anggota survey corp, Reiner dan Bertholdt memiliki persoalan yang berbeda. Reiner dengan keinginan untuk kembali secepat mungkin dan Bertholdt masih menunggu teman perempuan satu-satunya, Annie.
Wushh..
Lagi- lagi angin berhembus, menyentuh rambut coklat milik Eren, membuatnya bergoyang mengikuti perginya arah angin.
Eren menatap pemandangan hijau didepannya, hamparan rerumputan luas, pohon-pohon yang menjulang, dan langit biru serta burung-burung yang berterbangan menambahkan keindahan pemandangan yang ia lihat.
Tangan Eren meraba dadanya, menyentuh benda berbentuk kunci yang ia kalungkan di dalam bajunya.
"Ka-kau yang bilang untuk mencari kebebasan kan?! Tolong bantu aku!"
Seketika Eren mengerutkan alisnya dan menajamkan pengelihatanya ke depan, tekatnya bulat.
"Kebebasan, laut, gurun pasir... kita akan mendapatkannya, Mikasa, Armin, Y/N" Gumam Eren masih diposisi yang sama.
"Yo Eren!" Eren menoleh ke asal suara, ia melihat Reiner dengan perban ditanganya.
"Ya?" Eren pun tanpa pikir panjang menghampiri Bertholdt dan Reiner.
"Hmm.. begini, maafkan aku Eren, aku berbo—" ucapan Reiner terpotong setelah Bertholdt tiba-tiba menyela dengan wajah panik.
"Ti-tidak, ap-apa maksudmu Reiner?!" Bertholdt tergagap dan Eren hanya menatap mereka curiga, mengingat Annie adalah teman dekat mereka berdua, bisa jadi mereka Titan shifter juga kan?
"Aku berbohong kalau aku tidak mengenal Y/N, Eren" Bertholdt menghela nafas setelah mendengarnya.
" jadi kau mengenalnya?!" Tanya Eren antusias.
"Ya, dia sepupuku" tangan Reiner -yang bebas tanpa perban- menyentuh pundak Eren pelan, seketika suasana terasa serius.
"Apa kau mau bertemu dengannya, Eren?" Tawar Reiner.
"Benarkan?! Tentu saja aku ingin, apa kau akan memberikan alamatnya?" mata Eren melebar, senyum pun mengembang di wajahnya.
"Tentu saja Eren, kau bisa ikut dengan kami.. sekarang" ujar Reiner tenang.
"Apa yang—" Bertholdt heran dengan apa yang reiner rencanakan.
"Kau mau kan?"
"Tentu saja aku mau, ta-tapi bukan sekarang kan? Maksudku, tentu kita harus selesa—"