Langit perlahan menyembunyikan sinarnya. Warna jingga-kemerahan dapat terlihat sepanjang mata memandang, menemani sepasang sahabat yang sedang berdiri dalam diam.
"Apa aku untukmu, Mikasa?" Eren menolehkan wajahnya, menatap lurus ke arah Mikasa yang sedang menahan nafasnya mendengar pertanyaan tersebut.
"Kau adalah keluargaku, Eren" jawab Mikasa dengan tangannya yang mengerat memegang syal merahnya. Eren yang mendengarnya pun tersenyum senang.
"Terima kasih, Mikasa. Kau yang terbaik"
"Y/N.." Mikasa bergumam kecil. Tetapi suaranya masih dapat Eren dengar, membuatnya memasang wajah bertanya.
"Siapa dia untukmu?" Sekarang Mikasalah yang bertanya. Membuat Eren mengedipkan matanya cepat.
"Y/N?.. Hmm" gigi-giginya terlihat dalam senyumnya tak kala mengingat Y/N.
Entahlah, ia suka semua yang ada di dalam diri perempuan tersebut. Senyumnya, suaranya, sikapnya, dan entah apa lagi.
Tiba-tiba senyum tersebut sirna saat sekelibat gambaran-gambaran bahagia berubah menjadi gambaran dengan darah, luka, goresan, dan wajah pucat Y/N. Tanganya tanpa sadar mengepal erat, perasaan marah seketika terkumpul di dadanya.
"Aku ingin selalu melindunginya, menjaganya, membuatnya bahagia..." Mikasa terdiam, menunggu kalimat Eren yang selanjutnya.
"Aku mencintainya" ujar Eren penuh arti.
Mikasa yang mendengarnya sedikit merasakan rasa sakit di dadanya, tetapi melihat bagaimana Eren tersenyum membuatnya ikut senang.
"Jika aku mengganggapnya sebagai keluarga, apa kau juga akan mengganggapnya juga?" Entah apa yang ia pikirkan, seketika pertanyaan tersebut terlintas dibenak Eren.
"Iya, jika kau mengganggap Y/N keluarga, aku juga" tatapan lembut mengarah ke arah Mikasa.
"Jagalah ia Mikasa, Jaga dia sebagaimana kau mengganggapku sebagai keluarga"
" Ya, Eren. Jika itu maumu, aku akan menjaganya"
"Terima kasih.."
.
.
."SASHA! Aku bukan makanan!" Teriakan Connie membuat yang lain tertawa.
"Sasha tenanglah.. kau terlalu banyak minum" Mikasa mengeratkan pelukannya, membantu Connie yang hampir saja tergigit oleh temannya yang selalu kelaparan ini.
Disisi lain, Jean, Armin, dan Eren sedang berlomba siapa yang kuat dalam meminum minuman beralkohol tersebut.
"Ku pikir aku tidak bisa melanjutkannya" Armin menatap gelas di genggamannya dengan senyum kecut dan alis yang mengerut. Wajahnya bahkan sudah memberikan warna merah di pipinya.
"Oh ayolah Armin, kuatkan dirimu.." ujar Jean dengan nada mabuk yang sedikit heboh.
"Hei! hei sudahlah muka kuda, Armin sudah tidak kuat, kaulah lawanku"
"Tenang saja, aku akan melawanmu, Eren"
"TAMBAH LAGI!" Ujar keduanya.
Tepat setelah Mikasa dan Eren menyelesaikan pembicaraannya, tiba-tiba seorang anak kecil datang bersama orang tuanya. Rupanya dia adalah anak laki-laki yang sempat Eren selamatkan dari kejaran petugas Liberio.
Kedua orang lokal tersebut pun memberikan mereka waktu bersenang-senang dengan minuman beralkohol yang mereka suguhi. Mereka banyak tertawa, bercanda, menari, melakukan hal yang menyenangkan setelah beberapa bulan terakhir harus berkutat dengan perpolitikan dan kerja sama antara negara.
Saking menyenangkannya, Eren bahkan sampai lupa bahwa malam ini ia akan meninggalkan mereka semua, keluarganya.
"Sudah lama kita tidak bersenang-senang seperti ini, ya kan Eren?" Armin membuka suara.
"Ya, kau benar. Sudah lama sekali" Jawab Eren sembari menatap lekat teman-temannya tersebut.
.
.
.Eren merasakan usapan lembut di kepalanya. Jari-jari lentik menyisir rambutnya, membuat rasa pusingnya berkurang dan keinginan untuk tidur kembali datang.
Tetapi sebelum Eren kehilangan kesadarannya, ia merasakan benda kenyal dan basah menyentuh pipinya.
Cup
"Eren, bangunlah.. ayo kita pergi" suara bisikan itu membuat Eren membuka mata dan melihat langsung siapa yang membangunkannya.
"Y/N, ah maaf aku—"
"Ssstt.. teman-temanmu sedang tidur" seketika Eren sadar di mana ia berada. Mikasa, Armin, Jean, Connie, dan Sasha sedang tergeletak tertidur begitu saja.
Y/N tersenyum melihat wajah bangun tidur Eren. Wajahnya menggemaskan menurut Y/N.
"Apa masih pusing?" Tanya Y/N sambil mengusap pundak Eren. Dengan pemandangan yang ia lihat sekarang, Y/N tau apa yang telah mereka lakukan.
"Ya, sedikit. Tapi kita bisa pergi sekarang"
"Baiklah, ayo"
Y/N membantu Eren untuk berdiri, dan mereka pun berjalan sambil mengenggam tangan masing-masing.
Hingga saat ingin meninggalkan tempat tersebut langkah Eren berhenti, ia memutar balik tubuhnya, menatap teman-temannya yang sedang tertidur tenang.
Beberapa detik Y/N menunggu pergerakan Eren. Tetapi tak satu detik pun Eren menoleh ke arahnya.
"Hahh.. Eren, jika kau tidak mau—" disaat yang bersamaan Eren menarik tangan Y/N membawanya pergi.
Senyum merekah di bibir Y/N. Ia menatap tanganya yang digenggam erat oleh Eren.
"Eren"
"Iya?"
"Terima kasih telah memilihku" suara Y/N menggambarkan rasa haru. Matanya berbinar bahagia menatap Eren.
"Ya, kau adalah keluargaku sekarang" bukanya senang, senyum Y/N pun luntur.
"Aku tidak mau" ucapnya membuat Eren memiringkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Karena aku mencintaimu.." mendengar ucapan tersebut membuat Eren tertawa pelan. Walaupun mereka sering mengatakan kalimat tersebut, Eren masih saja senang mendengarnya
"Hahah.. Kalau begitu, bagaimana dengan menjadi kekasihku?"
____
Dikit dlu ya bestie.
Walaupun aku ship EreMika
But still :