Di ruangan penuh laci penyimpanan dan dokumen penting berada, berdiri perempuan dengan seragam gelapnya yang kontras dengan ruangan bernuansa silver tersebut.
Y/N dengan sigap membuka salah satu laci yang di duga terdapat dokumen yang menjadi alasan dirinya berada sini.
"Bagaimana?" Tanya seseorang yang mengintip ke arah Y/N dari balik pintu ruangan tersebut, Alexa.
Berbeda dengan misi-misi sebelumnya, sekarang Y/N ditemani dengan teman sejawatnya tersebut. Entah apa alasannya.
Manusia yang ditanyai itu hanya menoleh dan memberikan sinyal bahwa ia akan segera selesai.
Tak butuh waktu lama, jari-jari tangannya menyentuh dokumen yang terlihat bersih dan terlindungi dengan sampul yang lebih tebal dibandingkan dokumen-dokumen lainnya.
Walaupun begitu, file tersebut dapat mudah di buka, bahkan Y/N dapat mengintip kertas-kertas yang ada di dalamnya.
Seringai terbentuk di dalam masker berwarna senada yang menutupi wajahnya itu.
'Sedikit lagi hingga misi ini selesai'
Y/N sangat tidak sabar untuk istirahat. Ia bekerja dengan keras seminggu ini, untuk menyelesaikan misinya tersebut. Diulangi lagi, seminggu.
Yah, waktu yang sangat singkat, bukan? Tidak seperti misi lainnya yang menghabiskan minimal satu bulan untuk menemukan ruangan berisikan catatan-catatan penting suatu negara.
Selain karena dikirimnya dua agen, tugas kali ini bergitu mudah bagi Y/N, dan hal tersebut merupakan pesan positif untuknya yang hendak beristirahat dari pekerjaannya ini.
Selayaknya pagi ini, saat sedang berkutat dengan blue print gedung tersebut dan beberapa petunjuk lainnya, Y/N dapat dengan mudah menemukan ruangan penyimpanannya.
"YEYYY!" Seketika Y/N loncat dari duduknya, Ia tampak senang sekali.
"Eren! Eren!" Dipanggilnya Eren dengan antusias, tidak sabar untuk memberitahu lelaki tersebut bahwa ia bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
Disisi lain, Eren yang sedang sibuk dengan ritual mandinya seketika berhenti ketika mendengar seseorang memanggilnya dengan tergesa-gesa. Tanpa pikir panjang, dia pun segera mengenakan baju yang ada dan segera berlari ke asal suara.
"Eren! Ere—Pffth" bersamaan dengan suaranya yang tertahan, Y/N melihat Eren yang hanya dibalut celana pendek dengan handuk yang menggantung di pundaknya, bahkan rambutnya masih meneteskan air.
"Apa yang terjadi?! Ka-kau baik-baik saja kan?!" Eren dengan segera menghampiri Y/N. Ia menangkup wajahnya dan matanya menerawang ke tiap sudut dan sisi tubuh Y/N, menganalisis apakah ada luka yang terbentuk disana.
"Hahah.. aku baik-baik saja Eren. Maaf membuatmu khawatir haha.." Gigi-gigi putih tergambar dalam senyumnya, tak menyangka panggilan antusiasnya ini ternyata salah ditafsirkan oleh Eren yang sekarang telah melepaskan ketegangannya setelah mendengar jawaban Y/N.