Keesokan harinya, terbitlah matahari dan bersinar terang. Stava bangun tidur seraya melakukan aktivitas paginya. Setelah semuanya selesai, ia pun berangkat kerja dengan menaiki taxi.
Beberapa menit kemudian, Stava tiba di tempat kerjanya. Ia bersama teman-temannya membersihkan Saturnus store. Vella mengumumkan kepada seluruh pekerjanya jika hari ini akan ada lembur. Stava pun kaget dan berpikir bagaimana suasana rumahnya saat malam hari, seram sekali. Setelah itu, Stava mulai menduduki tempat kasir dan bekerja. Walaupun ia melayani para pembeli, namun, pikirannya masuh terusik pada rumah sebelahnya. Akan ada apa nanti malam? "Mengapa harus lembur? Ussshh bagaimana jika nanti malam mentalku habis terganggu setan," batin Stava sambil melayani pembeli. Setiap belanjaan pembeli di total satu per satu hingga waktu istirahat tiba.
"Stava, apakah kamu capek, aku bisa menggantikanmu!" ujar Fendi.
"Iya Fen, aku capek banget, tolong ganti ya!" jawab Stava.
"Oke, kamu silakan istirahat!" Stava pun keluar dari tempat kasir seraya istirahat di ruang belakang. Ia duduk bersantai sambil memikirkan sesuatu. "Mmm... Capek juga ya, jadi kasir, rasanya aku ingin undur diri, mending jadi karyawati biasa, bisa kesana kemari, tidak seperti kasir, seharian di tempat saja, sudahlah, deal aku mau undur diri!" batin Stava yang merasa lelah. Ia membuka ponsel untuk mengirum pesan kepada Kavone.
Kavone👦
Dek, hari ini
Kakak lembur
kerja sampai
malam, nanti
kamu jemput
Kakak, ya!Stava langsung menutup ponselnya sambil menunggu balas pesan dari Kavone. "Semoga dia mau menjemputku!"
"Stava ... Stava." Suara Vella terdengar nyaring entah dari mana. Stava pun langsung berdiri dan menghampirinya. Ternyata Vella sedang berjalan mencari Stava.
"Iya Bu, apakah Ibu mencari saya?" tanya Stava.
"Mengapa kamu tidak bekerja?" tanya Vella. Pertanyaan itu sangat mengagetkan Stava dan membuatnya bingung.
"M-m, a-a-aku... " Alasan sudah berusaha dicari, namun Stava tidak menenemukannya, sehingga ia sangat bingung dan gugup saat hendak menjawab pertanyaan Vella.
"Mengapa kamu gugub? Jawab saja apa adanya!" desak Vella.
"Haduh ... Bagaimana ini, Bu bos tau kalau aku tidak bekerja, tapi aku harus menjawab apa?"
"Stava, kamu kok malah melamun, ayo jawab!" Seakan-akan Vella sangat penasaran dengannya.
"I-i-i-iya Bu, maaf, saya sangat capek!" jawab Stava pelan.
"Aiihh ... Namanya juga kerja, semua orang capek, harusnya kamu tidak beristirahat sebelum waktunya tiba. Lihat teman-temanmu itu, mereka juga pada kerja walaupun capek, ayo kerja sekarang!" pinta Vella.
"T-t-t-t-tapi ..."
"Tapi apa, cepat kerja, ingat ya, kamu sudah beristirahat sekarang dan nanti kalau teman-temanmu istirahat, kamu sudah tidak lagi!" ucapan Vella memotong ucapan Stava.
"Tapi saya mau undur diri jadi kasir!" jujur Stava.
"Mengapa?" tanya Vella.
"Saya capek Bu!" jawab Stava.
"Oke, kalau memang kamu tidak sanggup menjadi kasir, saya akan ganti, biar saya sendiri yang jadi kasir!" celetuk Vella.
"Ya Bu." Stava pun pergi ikut kerja bersama teman-teman lainnya.
"Stava, kok kamu di sini?" tanya Gracea yang berada di gudang.
"Iya, aku mengundurkan diri jadi kasir!" jawab Stava.
"Mengapa kamu mengundurkan diri?" tanya Gracea.
"Capek banget tau, jadi kasir, tidak bisa pindah tempat seperti kalian, bebas, mau ke belakang, ke depan, kesamping boleh semua, tidak seperti aku, seharian di tempat terus, capek banget!" jawab Stava.
"Oowwhh."
"Lalu, apa yang harus aku bantu?" tanya Stava.
"Bantu aku memilih pakaian yang masih layak dipakai!" jawab Gracea. Stava mengangguk seraya membantu Gracea.
***
Beberapa jam kemudian, malam pun tiba, arloji yang dikenakan Stava sudah menunjuk pukul 19.30. Kini seluruh pekerjaan telah usai, waktunya pulang. Stava keluar dari toko dan bermain ponsel sambil menunggu Kavone menjemputnya. Pesan darinya untuk Kavone telah bercentang biru, namun entah mengapa Kavone tidak membalas sama sama sekali. "Pesan dariku sudah dibaca, namun mengapa dia tak membalasnya, apakah dia mau menjemputku, padahal ini sudah pukul tujuh lebih."
Tak lama setelah Stava memikirkannya, datanglah mobil berwarna kuning yang berhenti di depan Stava. Apakah itu mobil yang dikendarai Kavone? "Hai Kak, salam kenal!" Turunlah seorang laki-laki dari mobil itu dengan mengenakan celana hitam dan jas serta berkaca mata. Memang penampilannya sangat keren dan begitu menakjubkan. Namun Stava merasa kecewa setelah melihat dia, karena ternyata itu bukan Kavone. Stava hanya diam. "Mengapa Kakak di sini, rumah Kakak dimana?" tanya laki-laki itu.
"Tidak jauh dari sini!" jawab Stava.
"Mari saya antar!" tawar laki-laki itu.
"Tidak, terima kasih!" jawab Stava."Ayo kak, tidak apa-apa kok, mari saya antar!" tawarnya lagi.
"Cowok ini memang keren, namun aku tidak terbiasa dengan orang asing. Warna mobilnya sangat mirip dengan mobilku, tapi dia bukan Kavone, suaranya saja berbeda dengan Kavone." batin Stava. Laki-laki itu melepas kacamatanya.
"Kak Stava, mengapa Kakak diam saja, mari kita pulang!" ajak laki-laki itu.
"Kavone, ini beneran kamu?" tanya Stava belum percaya.
"Iya kak, ayo pulang!" Stava dan Kavone langsung masuk mobil seraya pulang. "Kamu seperti orang asing, tadi!" ucap Stava yang berada di dalam mobil.
"Hehehehe... Masak sih Kak, terlalu keren ya?" tanya Kavone kepedean.
"Iya," jawab Stava.
"Kakak sampai kena prank karena penampilanku yang terlalu keren... Hehehehe," ringis Kavone.
"Iya, eh tapi mengapa suaramu bisa berbeda?" tanya Stava.
"Memang aku bikin suara beda supaya Kak Stava kena prank... Hahahaha," tawa Kavone.
"Kamu bisa aja deh!" jawab Stava sambil tertawa kecil.
Tanpa disadari, mereka sudah tiba di rumah, Kavone memarkirkan mobilnya di garasi sedangkan Stava langsung masuk rumah. Ia berganti pakaian piyama di kamar. Karena merasa panas, Stava membuka jendela kamarnya dan mengamati rumah sebelah. Pintunya terbuka sendiri, Stava pun kaget. Namun, ia tak lepas dari pandangannya dan terus mengamati rumah itu. Stava melihat ada sosok hitam yang berlarian. Karena takut ia pun menjerit. Jeritannya membuat keluarga Tivone kaget dan bertanya-tanya. "Stava, kamu kenapa?" tanya Stavone.
"Ayah, aku melihat sosok hitam berlarian di sana!" jawab Stava sambil menunjuk ke arah sosok hitam, tadi.
"Sudah, kamu tidak perlu takut, tutup jendela dan kordenmu, tidurlah!" nasehat Stavone.
"Ya Ayah." Stava langsung menutup jendelanya seraya tidur.
"Aaaaaaa." Jeritan yang berbunyi nyaring mengganggu tidur Stava. Ia yang sedari tadi memejamkan mata, langsung membukanya.
"Isshh ... Apa sih, malam-malam berisik banget," batin Stava sambil turun dari ranjang dan melihat rumah sebelah dari jendela. Muncul sosok makhluk berambut dan berbadan putih serta berwajah merah bagai darah. Jantung Stava berdebar kencang, ia langsung menutup korden jendelanya seraya tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Rumah Sebelah (Completed)
HorrorHello everyone👋Dalam cerita ini, saya mengisahkan seorang perempuan bernama Stava yang tinggal disebuah kota kecil bernama Deru. Rumahnya tidak terlalu besar, namun di sebelah rumahnya terdapat rumah mewah dan megah. Sayangnya, rumah itu kosong sej...