Matahari telah terbenam, kini waktunya malam. Jam dinding sudah menunjuk pukul 17.48, Stava, Kavone, dan Herlin belanja ke supermarket untuk membeli bahan barbeque, karena malam ini Herlin dan Ari menginap, mereka ingin makan-makan dan melakukan barbeque di rumah sebelah.
Setiba di supermarket, mereka masuk bersama dan memilih-milih makanan untuk di bakar. "Apa saja yang harus kita beli?" tanya Herlin dengan tangan menyelip dalam kedua saku celana sambil berjalan.
"Mmmm... Bagaimana kalau kita beli sosis, nanti kita bakar bersama di sana?" ujar Stava.
"Nah, boleh juga tuh!" jawab Herlin sambil mengeluarkan kedua tangan dari saku.
"Iya tuh, enak banget kayaknya!" tambah Kavone.
"Ya sudah, ayo kita cari sosisnya!" ajak Stava sambil berjalan membawa keranjang belanja.
"Cari saja sendiri!" desak Herlin. Stava hanya diam sambil memasang wajah muram. "Ahahahaha, canda Va, jangan marah dong!" ledek Herlin.
"Mmm... Oke lah, cepetan cari!" Herlin langsung berlari mencari sosis dan meninggalkan Stava beserta Kavone.
"Kakak, romantis banget sih, sama Herlin... Hehehehehe.." puji Kavone.
"Isshhh... Apa sih, jangan gitu dong!" jawab Stava masih berjalan.
"Kakak! Herlin ke mana?" tanya Kavone.
"Loh, bukannya kamu yang tahu arah lari dia? Kok malah tanya sama Kakak sih?"
"Aku tidak tau Kak, beneran loh, nanti kalau hilang bagaimana?" panik Kavone.
"Ah biarin saja deh, lagian dia juga sudah besar... Nanti juga bisa kembali kok!" jawab Stava.
"Yang ngajak bakar-bakar dia loh kak, yang bawa uang juga dia, tapi yang bawa keranjang Kakak, bagaimana ini? Herlin katanya lagi nyari sosis, dia tidak bawa keranjang, sedangkan Kakak yang bawa keranjang mau cari apa?" Kavone terheran.
"Mmmm, apa ya?" Stava memikir-mikir. "Oh iya, beli saos sama mayones, pasti enak kalau sosis bakar di beri dua bahan itu!"
"Nanti kalau kita sudah beli, terus tiba-tiba Herlin tidak mau bayar bagaimana? Kakak mau bayar?" tanya Kavone bingung.
"Tenang, Kakak bawa uang kok!" jawab Stava.
"Oke deh, kalau gitu!" setuju Kavone. Stava mengambil satu kemasan saos dan mayones. "Nah ini sudah, eh tapi kalau hanya satu kayaknya kurang deh, Kakak ambil dua deh!" Stava mengambil satu kemasan saos dan mayones, lagi.
Setelah belanjaan Stava tersebut masuk keranjang, kini saatnya ia mencari Herlin yang entah ke mana. "Herlin.. Herlin.. Kamu di mana?" teriak Stava ditengah keramaian supermarket. "Duh... Tuh orang ke mana ya?" tanya Stava disertai perasaan bingung.
"Salah Kakak sendiri lah, mengapa Kakak suruh dia mencari sosis tanpa ditemani?" tuduh Kavone.
"Mmm... Iya-iya ini salah Kakak, sudah deh cepetan kita cari dia!" jawab Stava. Mereka pun memutari arah supermarket bersama untuk mencari Herlin. "Aduuhh... Dia ke mana ya?"
"Jangan-jangan dia malah memcari kita di bagian rak saos, tadi!" duga Kavone.
"Oh iya, ayo kita ke sana lagi!" ajak Stava sambil menggandeng tangan sang Adik dan membawa ke bagian rak saos yang tadi mereka tempati.
"Nah, itu dia!" ucap Kavone sambil menunjuk Herlin yang tengah duduk sambil bermain handphone.
"Herliiiiiiinnn..." Stava berteriak sambil berlari mendekati Herlin. Tangan Stava telah berhasil meraih kepala Herlin yang dielus-elus olehnya. Dia menengok pada Stava yang mengelus-elus kepalanya.
"Maaf, Mbk siapa ya?" tanya laki-laki tersebut yang ternyata bukan Herlin. Stava sontak melepas kepala laki-laki tersebut dan memasang wajah malu.
"Maaf Mas, saya salah orang!" ucap Stava malu.
"Lain kali kalau lagi mencari orang jangan langsung menyentuh tubuh, Mbk, nanti kalau salah memalukan loh! Apalagi saya laki-laki, Mbk perempuan mengelus-elus kepala saya itu tidak baik loh Mbk, apalagi kita lawan jenis Mbk, itu dosa!" nasehat laki-laki tersebut.
"Iya Mas, saya minta maaf sekali!" ucap Stava seraya lanjut mencari Herlin. Di tengah berjalannya yang santai, tiba-tiba ia menabrak seseorang entah siapa.
Dabruk ...
"Aduuhh.." ucap Stava dan orang tersebut secara bersamaan. Mereka pun berdiri dan saling menatap.
"Herlin, astaga, kita mencari kamu ke mana-mana loh, untungnya sudah ketemu!" ucap Stava setelah mengetahui bahwa orang yang ditabrak adalah Herlin.
"Ehehehe... Maaf Va, ini aku beli daging dan sosis lima plastik!" jawab Herlin sambil memasukkan belanjaan tersebut ke dalam keranjang belanjaan Stava.
Setelah itu, mereka membayar belanjaan tersebur ke kasir seraya pulang.
Setiba di rumah, mereka memarkir mobil di garasi rumah Stava seraya bersiap di rumah sebelah.
Saat Herlin dan Kavone berjalan ke rumah sebelah, mereka melihat sosok hitam di teras rumah tersebut dan sosok merah di bawah pohon. "Von, itu apa Von?" tanya Herlin sambil menunjuk sosok hitam dengan sedikit rasa takut.
"I-i-i-itu apa Her?" tanya Kavone kembali yang melihat sosok merah di bawah pohon.
"Aaaaaa..." Mereka berteriak bersama sambil berlari masuk rumah Kavone.
"Kavone, Herlin kalian kenapa?" tanya Stava yang melihat mereka berlari masuk rumah ketakutan.
"A-a-ada seeeeeeeettaaaannnnn!" jawab Herlin dengan sedikit berteriak.
"Lagi-lagi setan terus, di mana setannya, mau aku usir?"
"Ada 2 kak, yang satu warna hitam di teras, satu lagi warna merah di bawah pohon!" jawab Kavone. Mereka bertiga langsung keluar rumah dan melihat kembali setannya.
"Itu kak!" Kavone menunjuk kedua sosok tersebut. Tanpa berlama, Stava langsung menengahi keduanya."Hai, makhluk baik, aku tau kamu baik, tolong jangan ganggu kami ya! Ini kawasan kami, rumah kami, jadi mohon pergi!" usir Stava.
Sosok merah yang berada di bawah pohon, terlihat seperti meledak namun tak bersuara bagai darah yang mancur. "Aaauuu!" Herlin dan Kavone menutup mata saat melihat sosok itu hancur. Setelah itu, sosok tersebut telah hilang. Kini tinggal sosok hitam yang berada di teras tersebut.
"Waahh... Kamu pandai mengusir setan juga ya! Ya sudah sekarang kamu usir tuh yang satunya!" ujar Herlin.
"Aku tidak berani kalau yang hitam, soalnya terlihat menakutkan seperti ingin menirkam manusia!" jawab Stava.
"Astaga, ya sudah biar aku coba usir dia!" Kini giliran Herlin yang maju mengusir setan. "Hai setan, k-k-k-kamu pergi dong, kita mau barbeque nih!" usir Herlin yang sebenarnya sedikit takut. Makhluk tersebut tidak hilang, malah mendekati Herlin. Ia pun berlari mencari perlindungan pada Stava. "Stava, kamu saja deh yang usir, cepetan dia nanti malah mendekat, aku takut!" pinta Herlin yang berada di belakang Stava.
"Benar kan, apa yang aku bilang, kalau setan hitam itu menyeramkan!"
"Iya benar, sudah cepetan usir dia!"
Stava mencoba mengusirnya dengan mengucap ayat kursi. Setelah ayat kursi terucap, setan tersebur hilang. Stava, Kavone dan Herlin merasa lega, mereka pun bergegas menyiapkan alat dan bahan untuk pelaksanaan barbeque.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Rumah Sebelah (Completed)
KorkuHello everyone👋Dalam cerita ini, saya mengisahkan seorang perempuan bernama Stava yang tinggal disebuah kota kecil bernama Deru. Rumahnya tidak terlalu besar, namun di sebelah rumahnya terdapat rumah mewah dan megah. Sayangnya, rumah itu kosong sej...