Part 11

4 1 0
                                    

Keesokan harinya, Stava kembali malakukan rutinitas. Hari ini ia berniat masuk kerja. Setelah semua selesai, ia bersiap diri seraya berangkat kerja naik taxi.

"Selamat pagi semua!" sapa Stava saat sampai di tempat kerja. Semua yang melihat Stava seperti menyimpan rasa tidak enak. Tatapannya membuat Stava juga heran dan merasa aneh. "Mereka kenapa ya, kok menatapku seperti menyimpan rasa tidak enak?"

  "Stava kamu dicari Bu Bos tuh, karena tidak masuk kerja tanpa izin!" ucap salah satu temannya yang bernama Kayli.

  "Iya, izinkan aku masuk ke ruang Bu Bos ya!" jawab Stava seraya masuk ke ruang Bos-nya.

  "Assalamualaikum Bu Bos!" ucap Stava sambil menunduk.

  "Waalaikumsalam, duduk!" jawab Vella sambil menyuruh Stava duduk dengan sedikit tegas.

  "Apakah Ibu mencari saya?" tanya Stava.

  "Kamu bertanya seperti itu, jelas saya jawab, iya! Sudah lama saya mencari kamu karena kamu sudah lama tidak masuk kerja tanpa ada alasan, mengapa, apa kamu sakit?"

  "Maaf Bu, selama beberapa hari ini saya sibuk di rumah."

  "Sibuk apa?" tanya Vella.

  "Saya sempat masuk ke rumah sebelah saya, di sana sangat angker sampai saya terjebak didalamnya dan hampir tidak bisa keluar sampai dini hari. Walaupun pada saat itu saya sudah keluar, namun Ayah dan Adik saya masih didalamnya dan saya panik memcari akhirnya sampai lupa masuk kerja." Stava menjelaskan sebagian alasan tidak masuk kerja.

  "Oh, jadi karena itu sampai kamu lupa kerja, apakah kamu tidak butuh uang?" tanya Vella.

  "Butuh Bu, saya mohon maaf jika sudah membuat Ibu bingung mencari saya!" ucap Stava dengan lemah.

  "Ibu minta sama kamu, tolong kalau kamu tidak masuk kerja kamu izin, beri alasan suapaya Ibu tidak bingung mencari kamu, paham!"

  "Paham Bu. Saya minta maaf!"

  "Sudah, sekarang kamu kerja ya, dan jangan kamu ulangi lagi!"

  "Iya Bu, sekali lagi saya minta maaf dan permisi!" Stava pun keluar seraya ikut bekerja teman-temannya.

  "Ria, apa kamu butuh bantuanku?"

  "Stava, tolong kamu gunting kardus-kardus yang tidak terpakai!" pinta Ria. Stava hanya mengangguk seraya melaksanakan. Karena hari ini adalah hari Minggu, Saturnus Store hanya buka setengah hari. Stava dan teman-temannya diperkirakan pulang pada jam 12.00.

  ***

  Siang hari telah tiba, jam dinding telah menunjuk pukul 12.00, kini waktunya Satusnus Store ditutup. Stava dan teman-temannya pulang setelah bersih-bersih dan menutup pintu. Seperti biasa, Stava pulang dengan naik taxi.

  Setiba di rumah, Stava masuk seraya makan siang. Makan siang kali ini tidak lengkap, karena Kavone tidak di rumah dan pergi entah kemana. "Kavone di mana Bu?" tanya Stava disela makan siang bersama kaluarga.

  "Katanya dia main sebentar,tadi!" jawab Tika sambil mengunyah makanan.

  "Dia naik mobil kan?" tanya Stava.

  "Iya."

   "Wiihhh kayaknya tuh anak lagi pergi sama pacarnya... Ihihihihihihihi." canda Stava.

  "Iya, kayaknya Kak Kavone lagi pergi sama pacarnya ... Hahahahahaha." Setelah seisi rumah membicarakan Kavone, tiba-tiba terdengar suara mobil yang tengah parkir di garasi, mereka mengira bahwa itu adalah Kavone. Stava pun memberi jeda makan siangnya dan mengecek.

  "Kavone, dari mana kamu?" tanya Stava.

  "Mainlah, ini kan hari minggu!" jawabnya sambil masuk kamar.

  "Kamu habis pergi sama pacarmu ya... Hahahahahaha?" tanya Stava meledek sang Adik dari depan kamarnya.

  "Rahasia," jawab Kavone tak mau jujur.

  "Eleh, jujur saja kamu!"

  "Mmm... Iya-iya aku habis pergi sama pacar aku... Hehehehe!" jeblos Kavone.

  "Nah gitu kan bagus, ya sudah ayo kita makan siang!" ajak Stava seraya melanjutkan makan siangnya.

  "Ibu, coba deh Ibu tanya anak Ibu yang satu ini, katanya dia habis pergi sama pacaranya," ucap Stava sambil mendudukkan badannya di kursi makan. Tika yang mendengar, sontak tersedak.

  "Uhuk.. Uhuk.. Uhuk, benarkah?"

  "Kakak, kenapa bilang sama Ibu sih?" gerutu Kavone.

  "Loh, emang kenapa? Kamu jujur aja sama Ibu!" jawab Stava.

  "Eleh, kamu tidak perlu basa-basi, jujur saja, iya kan?" tanya Tika, lagi.

  "Iya Bu, tapi bolehkan aku pacaran?"

  "Kavone, kamu itu masih kuliah, sebaiknya fokuskan dulu kuliah kamu, nanti kalau kamu sudah lulus, lalu kerja, baru kamu pacaran, kalau kamu punya uang sendiri kan mudah mau traktir pacar kamu!" Stavone yang mengetahui, sontak menasehati anak laki-lakinya.

  "Mmmm... Tapi aku sudah terlanjur pacaran sama cewekku, lalu bagaiman acara mutusinnya?"

  "Sebentar.. Sebentar, nama pacar kamu siapa sih?" tanya Stava yang hendak minum.

  "Kalau itu, biarlah rahasia!" jawab Kavone tak ingin menunjukkan nama kekasihnya.

  "Rahasia-rahasia, nanti kalau ketahuan kamu malu loh!" ringis Stava usai minum.

  "Cara mutusinnya, kamu tinggal bilang sama dia kalau kamu ingin putus, mudah kan?" tutur Tika.

  "Tidak semudah itu Bu!" jawab Kavone.

  "Salah Kakak sendiri pacaran!" Adik cantik Kavone sontak ikut bicara.

  "Ssstt, diam kamu, adik kecilku!" Sika hanya memutar bola mata sambil mengeluarkan separuh lidahnya. Setelah beberapa waktu, makan siang mereka selesai. Kavone dan Stavone tampak duduk di ruang keluarga. Sepertinya Stavone tengah menasihati anak laki-lakinya.

  ***

  Malam hari telah tiba, Stava yang besok masuk kerja, ia tidak ikut bersantai dengan keluarganya dan hanya diam di kamar. Sedikit-sedikit ia melirik rumah sebelah melalui jendela kacanya. Tampak sosok merah yang seperti berlarian kian kemari melewati jendela kamar Stava. "Upsss, apa itu?" Untuk mengobati rasa penasaran, ia langsung membuka jendela dan mengamati. Tidak terlihat bentuk tubuhnya, namun hanya terlihat warna merah yang tengah berlarian. Stava juga mengamati salah satu pohon di rumah tersebut. Ia juga melihat sosok hitam diatas pohon yang tengah mengayun-ayun seperti anak kecil bermain ayunan.

  Tatapannya beralih mencari sosok merah, tadi, namun sosok itu hilang entah kemana. Lalu, ia beralih tatapan lagi dan menatap pohon-pohon yang ada di situ. Dan sepertinya sosok merah tadi berhenti di pohon mangga yang ada di situ, karena Stava melihat. Tubuhnya hanya ada kepala dan sebagian organ dalam, dan wajahnya ada bercak darah yang menutupi mata. Apakah itu kuyang?

  "Wow, super amazing, makhluk itu berani menampakkan diri didepanku!" Stava tidak takut, ia malah menetapkan tatapan dan kefokusannya pada sosok tersebut.

  Ixixixixixixixixixi....

  Sepertinya kuntilanak muncul, Stava kalau mendengar suara kuntil anak langsung ketakutan. "Eh Badak, kuntil anaknya datang." batin Stava yang melihat kuntil anak berjalan. Ia langsung menutup jendela beserta kordennya seraya berbaring di kasur. "Plis.. Plis, kuntil anak kamu diam, jangan bersuara terus ya, aku mau tidur, suara kamu itu sangat merdu alias merusak dunia, jadi tolong kamu diam!" batin Stava sambil menutup kedua telinganya karena mendengar suara kuntil anak.

 

 

 

 
 

 

 

 

 

Misteri Rumah Sebelah (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang