16

718 91 5
                                    


Pagi-pagi sekali Dirandra sudah tiba di kediaman Adam Chandrakusuma. Seperti biasa dia sarapan bersama pegawai tapi tidak mengikuti senam.
Sikap bu Hamidah kembali seperti biasa, pegawai lain pun tidak menggunjingnya. Cara beliau mendidik pegawai terbilang hebat.

Sarapan dan mengobrol seperti biasa, setelah itu Dirandra menuju ke ruang kerjanya. Wanita itu punya alasan kuat sehingga berani kembali ke kediaman Adam.
Melihat tak ada orang di ruangan, ia masuk ke kamar yang pernah mengukir kisah panas.

Duduk di sisi ranjang, tak berniat menggeledah kamar itu Dirandra menunggu seseorang keluar dari kamar mandi.
Walaupun tak sekuat beberapa bulan yang lalu tekadnya masih sama untuk menghancurkan pemilik rumah megah ini.

"Lama tidak bertemu." ada senyum simpul di sudut bibir pria itu.

Suntikan itu tak ada efek samping serius, kenapa pikiran Adam terganggu?

Dirandra tidak mengelak ketika pria laknat itu mencium bibirnya. "Kamu langsung masuk, merindukanku hm?"

Handuk menutupi bagian bawah pria itu, bagian yang sudah diketahui oleh Dirandra bahkan sudah dirasakan olehnya.

Bibir itu menyunggingkan senyum dengan tatapan tersirat tajam. Sedang Dirandra dengan sikap tenang menghadapi pria tersebut.

"Tidak mudah melupakan yang telah terjadi, tapi aku tidak bisa melepaskanmu."

Tidak ada yang salah, di hadapannya berdiri pria yang sama tapi kenapa Dirandra merasa aneh?

"Jangan menyinggung hal yang telah kita kita lewati, aku ingin mendengar sesuatu darimu."

Sepertinya Dirandra tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Adam.

"Katakan hubunganmu dengan almarhumah Denada."

"Aku tidak mengenalnya."

"Kalian bukan saudara." karena tidak ada data untuk kebenaran itu. "Teman mungkin?"

Dengan teliti Dirandra menilai raut yang sedikit tegang itu.

"Anda tidak nyaman saat menyebut namanya, apakah ada kaitan dengan kematiannya?"

Adam tersenyum masam. "Kamu mengintai orang yang salah."

Mata Dirandra menatap tenang wajah Adam.

"Apapun alasanmu, hentikan." karena ini akan melukai wanita itu.

"Anda mengancamku?"

"Kasus ini sudah selesai tiga tahun yang lalu."

Selesai? Dirandra yakin, Adam tidak menginjakkan kakinya di kantor polisi. Kasus ini selesai menggunakan kekuasaan, tak adil untuk mereka yang hanya rakyat biasa.

"Kalau begitu kenapa anda ketakutan?" Dirandra langsung menyerang. "Seperti apa kasusnya, aku melihat kejanggalan di wajah anda."

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, karena kami memang tidak tahu apapun dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan kami."

Begitukah? Bagaimana dengan gaun, file terpotong di komputer juga Villa yang dikunjunginya?

Pesona Yang Ternoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang